Part 3

108 14 0
                                    

Istvan POV

Istvan mendongak ketika buku tulisnya direbut oleh seseorang. Dia tadi sedang mengerjakan tugas rumah yang tidak sempat dikerjakannya semalam. Guru matematika akan masuk sepuluh menit lagi dan buku tulisnya malah direbut paksa. Istvan menatap si pelaku dengan geram.

"Tobias, kembalikan bukuku." Istvan meraih bukunya namun Tobias menjauhkannya.

"Selama ini aku sudah curiga kepadamu, Istvan." Pipi Tobias lebam karena perkelahian dengan pria asing yang dia lihat tadi malam.

"Aku tahu kalau asal-usulmu tidak jelas. Ditinggalkan di panti asuhan? Tidak punya keluarga?"

Teman-teman di kelas mulai menatap mereka. Istvan merasa marah karena Tobias menyinggung latar belakangnya yang bersifat privasi. Dia berdiri dan berteriak, "itu bukan urusanmu! Kembalikan bukuku atau kulaporkan ke kantor guru!"

Tobias mendengus dan memutar bola mata. "Kau pikir itu masalah besar buatku?"

Dia lalu melemparkan buku tulis Istvan ke lantai. Istvan marah dan mencengkram kerah Tobias. Semua orang di kelasnya menahan napas.

"Tunggu apa lagi? Ayo, pukul aku!" tantang Tobias.

Istvan semakin mencengkram kerah Tobias. "Apa yang sebenarnya kau inginkan?" geramnya.

"Kau," jawab Tobias lalu memukul Istvan. Cengkraman Istvan pada kerah Tobias terlepas dan dia terhuyung meja di sampingnya.

Tobias menarik bahu Istvan hingga berdiri kemudian memukulnya lagi. Istvan tersungkur ke lantai. Kepalanya terantuk kaki kursi. Murid-murid langsung mundur menjauhi pertarungan. Beberapa gadis menjerit ketakutan.

"Aku sudah tahu siapa dirimu, Istvan! Kalau tidak, mana mungkin prajurit itu melindungimu. Bangun dan lawan aku!" seru Tobias.

Kepala Istvan berdenyut-denyut saat Tobias mengatakan omong kosong itu. Dia sama sekali tidak mengerti. Namun, dia tidak mau menjadi karung tinju Tobias lagi. Istvan menjegal kaki Tobias hingga pemuda itu terjerembab ke tanah. Semua orang berdengap ngeri. Istvan berdiri dan hendak meninju Tobias, namun pria itu dengan cepat memegang tangannya.

"Terlalu lambat," cibir Tobias. Dia lalu memukul perut Istvan. Entah seberapa kuat Tobias hingga membuat Istvan terlempar karena pukulan itu.

Istvan merasa mual dan pusing. Dia memegangi perutnya dan beringsut mundur. Sementara itu, Tobias berdiri dan menggerakkan otot lehernya.

"Kau adalah Zethis terlemah yang ku temui," kata Tobias.

"A-apa?" tanya Istvan bingung.

"Tentu saja, mereka menghapus memorimu." Tobias menyeringai. "Itu akan mempermudahku untuk membunuhmu!"

Dia tidak serius ingin membunuhnya kan? Kemudian, kejadian selanjutkan sangat aneh bagi Istvan. Bulu di tangan Tobias bertambah lebat, Kulitnya pun sepertinya menebal. Kuku-kukunya memanjang hingga berbentuk cakar. Yang lebih aneh lagi, Tobias melolong seperti seekor serigala.

"Ka-kau!" Istvan terbata-bata. Dia melihat teman-temannya yang lain dengan panik. Namun, tidak ada satupun dari mereka yang terlihat terkejut. Apa Istvan sedang berhalusinasi?

Tobias yang kini kedua tangannya berbentuk seperti tangan hewan buas melangkah maju perlahan. Dia menyeringai melihat ekspresi ketakutan di wajah Istvan.

"Ah, kau tidak tahu ya? Manusia tidak bisa melihat sihir kaum bumi Darloth. Jadi, jangan mengharapkan bantuan mereka."

Istvan tidak tahu apa yang diracaukan Tobias. Pria itu maju dan menyerang dengan cakarnya. Istvan menghindar namun ujung-ujung cakar itu sempat merobek lengan bajunya. Tobias menyerang lagi, Istvan melemparkan tas entah milik siapa ke arahnya. Tobias menangkis tas tersebut ke jendela kaca dan membuatnya pecah. Murid-murid terkesiap kaget.

"Hentikan dia!" seru Istvan pada teman-temannya. Tidak ada yang bergerak.

Tobias menyerang lagi. Istvan mundur dengan tergesa-gesa dan terpeleset jatuh. Tobias lalu menarik kaki kirinya. Istvan berpegangan pada kaki meja guru dan berusaha menendang-nendang. Pada akhirnya kaki kiri Istvan terluka karena cakar Tobias, dia terlepas dari pegangannya. Tobias segera melemparkannya ke dinding kelas. Punggung Istvan terasa sangat sakit saat menghantam dinding tersebut. Tobias menatapnya dengan seringai tajam. Istvan bangkit perlahan, bertumpu pada kusen jendela yang pecah.

"Dimana Tobias yang asli?" tanya Istvan pada monster tersebut. Dia mengharapkan suaranya tegas dan mengancam, namun yang keluar justru cicitan. Monster itu memiringkan kepala.

"Kau kira aku ini orang lain?" tanya monster tersebut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Kau kira aku ini orang lain?" tanya monster tersebut. "Aku Tobias! Ini diriku yang sebenarnya!"

Istvan menelan ludah. "Ke-kenapa kau disini?"

"Untuk mencarimu!" jawab Tobias seolah itu sudah jelas. "Seluruh Halkseth diperintahkan untuk membunuhmu. Sejujurnya ini bukan dendam pribadi."

Kedengarannya seperti dendam pribadi bagi Istvan.

Tobias menerjangnya sebelum Istvan siap. Kemudian dia baru sadar kalau dirinya berdiri tepat di depan jendela kaca yang telah pecah. Tobias telah mendorong Istvan keluar dari jendela kelasnya yang berada di lantai tiga. Semua murid berteriak kaget.

Istvan meraih-raih udara dengan kalut. Dirinya belum siap mati secepat ini. Dia menutup mata untuk menanti tabrakan keras dengan semen lapangan dan berakhir geger otak. Namun, sesuatu tiba-tiba meraih tangannya. Istvan terkesiap dan tau -tau dia tergantung bersama orang berpakaian biru laut yang familiar. Orang itu memegang tangan Istvan dengan satu tangan, tangannya yang lain memegang belati yang menancap pada dinding. Istvan mengerjapkan mata. Halusinasi apa lagi ini?

Bersambung...

Kritik dan saran sangat diperlukan!

Kingdom of Zethosiris {I}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang