Part 22

46 8 0
                                    

Aretha POV

Altys hampir menjatuhkan tongkatnya. Dia lantas mendatangi Edgar dan memegang bahunya, "Edgar! Sudah lama sekali! Wah, kau tidak banyak berubah!" serunya riang.

"Anda juga tidak banyak berubah, tuanku. Putra kembar anda juga sudah besar," kata Edgar.

"Ah, benar. Derian, Damian, beri salam pada Lacerta. Dia rekan bertarung ayah saat perang besar," perintah Altys.

Kedua putranya bersalaman dengan Edgar. Kemudian melirik Aretha dan saudara-saudaranya.

"Aku tidak melihatmu sejak perang selesai. Kupikir musuh membunuhmu!" kata Altys.

"Ceritanya panjang. Tapi, aku selamat." kata Edgar. Dia lalu menoleh pada Jelesy yang sedari tadi menyimak dengan antusias. "Emm, bisakah kau mengemaskan pesanan kami?"

Jelesy mengerjap, "Eh? Oh, baiklah! Untuk tuan muda Altys dan Altys, silahkan pergi ke kasir di sebelah sini."

Altys mengisyaratkan kedua putranya untuk mengikuti Jelesy. Setelah ketiganya pergi, Altys berbisik pada Edgar, "Aku dengar Raja memberikan misi rahasia kepadamu dan beberapa prajurit lain. Misi untuk menyembunyikan para pewaris," kata Altys.

"Yahh, seperti yang kau lihat." Edgar memberi isyarat ke arah Aretha dan yang lainnya.

Altys menoleh ke arah mereka kemudian menatap Edgar. Edgar menganggguk. Altys lalu membelalak dan akan berseru jika Edgar tidak berdesis padanya.

"Jangan ucapkan keras-keras!" bisik Edgar.

Altys terlihat berusaha mengendalikan dirinya. Dia lalu berdehem dan membungkukkan badan 45 derajat, serta meletakkan tangan kanan di dada. Itu adalah salam hormat di kerajaan Zethosiris, yang membuat Aretha tidak nyaman. Saudara-saudarinya pun juga terlihat bingung hendak bereaksi seperti apa.

"Selamat datang kembali, yang mulia." kata Altys dengan suara pelan.

Jelesy, Derian, dan Damian telah kembali. Altys dengan cepat menegakkan tubuhnya lagi.

"Ini pesanan anda, silahkan melakukan pembayaran ke kasir." Jelesy memberikan kotak berisi batu teleportasi pada Istvan.

"Emm, biar saya yang membayar." sela Altys lalu merogoh sakunya.

"Kenapa harus ayah yang membayar?" tanya Derian yang dihadiahi tatapan tajam oleh ayahnya.

Altys menyerahkan 3 koin emas pada Jelesy. Jelesy menerimanya dengan sopan, "Terimakasih tuan Altys. Silahkan berkunjung lagi!"

Mereka keluar dari toko tersebut. Altys merangkul Edgar layaknya teman lama dan mengajak mereka makan bersama. Derian dan Damian menolak dengan alasan mereka harus kembali ke akademi.

"Hanya tinggal untuk makan. Setelah itu, kalian bisa pergi. Kita harus menyambut tamu dengan baik!" kata Altys.

"Mereka tidak bertamu ke rumah! Lagipula, Lacerta teman ayah, bukan teman kami." kata Damian.

"Kalian tidak boleh pergi begitu saja di depan—di depan tamu!" tegas Altys. "Ayo cepat! Nanti, akan ayah belikan seruling satyr yang kalian inginkan itu."

Entah apa yang dimaksud dengan seruling satyr, namun tampaknya tawaran itu membuat Derian dan Damian senang dan setuju untuk ikut.

"Aku akan senang sekali jika bisa menyambut kalian di rumahku. Namun, jarak ke prefektur sapphire terlalu jauh. Bisa-bisa kita melewatkan makan siang," kata Altys.

"Ada urusan apa anda disini, tuan?" tanya Edgar.

"Putra-putraku menjalankan misi mereka di sini dan aku kebetulan sedang berkunjung ke rumah walikota. Tadinya, kami berniat untuk belanja sedikit. Siapa sangka aku akan bertemu dengan teman lama?"

Kingdom of Zethosiris {I}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang