Part 23

42 8 0
                                    

Aretha POV

Aretha tidak perlu menebak untuk mengetahui bahwa di depan sana adalah kota Diamond. Gerbang itu dihiasi dengan batu-batu berlian yang berkilau.

"Kita masuk sekarang?" tanya Ikarus pada Edgar.

"Tidak, yang mulia," kata Edgar membuat semua orang menatapnya. "Kastil tidak berada di kota Diamond lagi, tapi di belakang kita," kata Edgar.

Mereka berbalik ke belakang. Menatap hamparan bukit-bukit yang hijau. Aretha tidak melihat tanda-tanda keberadaan sebuah bangunan disana. Pelindung magis kastil pasti sangatlah kuat.

Mereka mendaki bukit melalui jalan setapak berupa bebatuan besar. Pohon-pohon tumbuh lebat di sekitar mereka. Siapapun tidak akan menyangka bahwa ini adalah jalan menuju ke Istana Zethosiris.

Ketika lutut Aretha mulai lelah, mereka menemukan sebuah pondok kayu sederhana. Tampaknya pondok itu kosong. Namun, Edgar melangkah menuju pondok tersebut. Mereka mengikuti.

Edgar mengetuk pintu kayu itu tiga kali. Tidak ada jawaban.

"Emm, sepertinya tidak ada orang di—" perkataan Izora terhenti ketika pintu terbuka.

Wajah seorang pria berusia kepala empat muncul. Pria itu mengernyit melihat mereka.

"Aku perlu izin untuk memasuki kastil," kata Edgar.

Pria itu tambah mengernyit. "Siapa kau?" tanyanya.

"Edgar Lacerta, prajurit Zethosiris yang baru tiba dari misi di bumi," jawab Edgar.

Pria itu menatapnya sejenak kemudian mempersilahkan mereka masuk.

Isi pondok itu tidak jauh berbeda dengan luarnya. Hanya ada satu penerangan yang diletakkan di atas meja. Di depan meja tersebut, seorang pria duduk menatap mereka. Dia juga mengenakan jubah biru laut, namun emblemnya lebih banyak dari yang lain. Di sekitar mereka, berdiri sejumlah prajurit Zethosiris yang siap bergerak jika sesuatu terjadi.
Pria yang duduk di depan meja berdiri menyambut mereka.

"Aku penjaga gerbang Istana Zethosiris, Raisin Diodar. Katakan keperluanmu dan jangan melakukan hal yang bodoh karena nyawa kalian taruhannya," kata pria itu tegas.

Aretha merasa tegang karena semua prajurit menatap ke arah mereka. Casey maju ke depan Izora sambil menggerung pada pria di depan mereka. Anjing Kuvasz itu mempunyai naluri untuk melindungi majikannya.

Sebelum terjadi kekacauan, Edgar menegakkan tubuh dan berkata lantang.

"Saya prajurit Edgar Lacerta, telah menyelesaikan misi rahasia dari Raja untuk menyembunyikan para pewaris. Sekarang, saya membawa pangeran dan putri kembali," kata Edgar. Dia terlihat berbeda saat mengatakan itu.

Raisin Diodar tampak terkejut, namun dia dengan cepat menetralkan wajahnya lagi.

"Dalam 10 tahun ini, sudah ada sekitar 5 orang yang mengaku sebagai para pewaris dan meminta untuk diberikan izin memasuki kastil." Raisin menatap mereka, "Tunjukkan bukti agar kami percaya kalau anda memang pewaris Zethosiris."

Edgar menoleh ke arah mereka. Dia mendatangi Istvan lalu menunduk dan berkata dengan sopan, "Yang mulia, atas izin anda, mohon tunjukkan tato itu."

Istvan membuka sedikit bahu kirinya, dan menunjukkannya pada Raisin. Pria itu langsung berlutut hingga hampir terjelungkup. Membuat Istvan mundur karena terkejut.

"Hormat kepada Yang mulia! Pangeran dan Putri kerajaan Zethosiris!" serunya.

Para prajurit di sekitar mereka langsung mengikuti teladan Raisin, termasuk Edgar. Mereka menyerukan kalimat yang sama. Tidak ada yang berdiri hingga Ikarus berdehem dengan canggung.

"Emm, terimakasih. Kalian boleh berdiri," kata Ikarus.

Raisin berulang kali meminta maaf pada mereka yang sebenarnya tidak perlu. Toh, dia hanya melakukan pekerjaannya sebagai penjaga gerbang.

Raisin menarik tuas yang menempel di dinding. Dinding kayu itu lantas berubah menjadi sebuah pintu yang dihiasi ukiran-ukiran dari emas murni. Raisin berkata bahwa kastil terletak dibalik pintu tersebut. Setelah mengucapkan terimakasih, mereka mulai memasuki pintu tersebut.

Aretha kini berada di sebuah jalan lurus menuju gerbang besar kurang lebih sekitar tiga meter di depan mereka. Aretha menoleh ke belakang, pintu emas itu telah menghilang.

Gerbang kastil itu terbuka otomatis saat mereka masuk. Aretha terperangah melihat bangunan kastil di depannya. Langit senja membuat penampilannya semakin mempesona. Kastil terbuat dari beton-beton yang keseluruhannya berwarna putih. Terdapat banyak menara dan jendela-jendela besar menghiasi dindingnya. Sebuah air mancur dengan patung naga menghiasi halaman. Taman dengan pilar-pilar bergaya yunani yang indah, dikelilingi kolam yang penuh bunga teratai.

Aretha menoleh ke arah saudara-saudarinya, hendak mengatakan betapa indahnya kastil tersebut. Namun, dia urungkan saat melihat mata mereka yang berkaca-kaca. Ikarus melangkah pelan seperti sedang trans. Istvan menatap ke sekeliling dengan sorot penuh kerinduan. Izora tampak sangat lega hingga menangis.

"Kita pulang...." lirih Istvan. "Kita benar-benar pulang...."

Ikarus mengangguk, "Ya, kita pulang."

Aretha tidak mengatakan apapun. Baginya, melihat kastil itu seperti berwisata ke negeri dongeng. Tidak seperti saudara-saudarinya yang merasa telah tiba di rumah mereka yang sesungguhnya. Aretha hanya melihat keindahan, sementara mereka melihat kenangan.

"Selamat datang kembali, Yang mulia." kata Edgar sambil tersenyum.

Izora menghapus air matanya. "Tolong antar kami menemui ayah, Edgar. Sepertinya... kami lupa jalan di dalam sana."

Perkataan Izora disambut tawa oleh Ikarus dan Istvan. Edgar dengan senang hati membawa mereka masuk. Dua prajurit berjaga di pintu masuk kastil. Mereka segera meletakkan tangan kanan di dada kiri dan membungkukkan badan. Memberi penghormatan pada Aretha dan saudara-saudarinya.

Lobi kastil adalah tempat luas berbentuk persegi panjang. Tirai-tirai menutupi jendela-jendela besar di sepanjang dinding. Empat meja tamu tersusun rapi, menyisakan jalan lurus ditengah, menuju tangga di depan sana. Tangga itu bercabang ke dua arah. Anjing Izora sudah berlari entah kemana. Edgar membawa mereka naik ke atas tangga yang bercabang ke kiri.

Aretha hampir tidak ingat berapa koridor dan ruangan yang mereka lalui. Beberapa makhluk kecil yang mereka lewati tampak sibuk bersih-bersih. Marfic menyebut makhluk-makhluk itu gnome. Tingginya mungkin hanya mencapai pinggang Aretha. Gnome-gnome itu memiliki janggut putih yang panjang dan semuanya memakai topi kerucut.
Meskipun kecil, mereka amat lincah membersihkan kastil.

Ikarus, Istvan, dan Izora terus menerus menatap sekitar dengan wajah nostalgia

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ikarus, Istvan, dan Izora terus menerus menatap sekitar dengan wajah nostalgia. Pada akhirnya, mereka berhenti di depan sebuah pintu besar yang tertutup. Seperti kebanyakan pintu di kastil tersebut, pintu di depan mereka juga dijaga oleh dua prajurit.

"Ini adalah kamar baginda Raja." Edgar memberitahu.

Aretha bisa merasakan saudara-saudarinya gugup. Mereka akan bertemu dengan ayah mereka yang tidak pernah dilihat sejak 10 tahun. Sementara Aretha akan bertemu dengan ayah yang sama sekali tidak dikenalnya. Dia meremas kedua tangan.

Ikarus mengangguk pada Edgar. Edgar lalu menegakkan badan dan mengumumkan, "Pangeran Ikarus Revant Seerkha, Pangeran Istvan Zarlos Seerkha, Putri Izora Danica Seerkha, dan Putri Aretha Akhlys Seerkha datang berkunjung!"

Bersambung...

Kritik dan saran sangat diperlukan!

Kingdom of Zethosiris {I}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang