Part 14

55 10 0
                                    

Ikarus POV

Mereka sampai di Brazil pada malam hari. Semuanya lelah dan mengantuk, namun perjalanan belum usai. Mereka harus pergi ke hutan Amazon untuk memasuki pintu bumi Darloth.

Edgar mengeluarkan dua batu teleportasi dan memberikannya pada Ikarus dan Istvan.

“Cukup mudah menggunakannya,” jelas Edgar. “Anda hanya perlu mengucapkan tempat tujuan dalam hati saja, batu itu akan membawa anda kesana. Satu batu bisa membawa dua orang berteleportasi.”

Ikarus menerima batu itu. Bentuknya prisma panjang seukuran telapak tangan. Warnanya ungu dan sedikit berpendar. Mereka bisa langsung berteleportasi ke hutan Amazon. Kemudian, dia menyadari sesuatu. Satu batu hanya bisa membawa dua orang. Jumlah mereka ada lima, berarti...

Istvan menatapnya, sepertinya pemuda itu juga berpikiran sama. Mereka kekurangan batu teleportasi. Istvan menyerahkan batu ungunya kepada Edgar lagi. "Kalian pergi saja lebih dulu. Aku akan mencari taxi dan pergi kesana secepat mungkin."

"Tidak, pangeran tidak boleh pergi sendiri." tegas Edgar. "Saya yang akan tinggal."

"Tapi, kami tidak tahu letak pintunya!"

"Anda akan tahu," kata Edgar yakin. "Portal itu bisa dilihat jelas oleh manusia bumi Darloth. Ikuti saja jalan setapak. Setelah menyebrangi sungai, kalian akan bertemu dengan prajurit Zethosiris yang bertugas menjaga portal. Mohon jangan mengungkapkan identitas kalian pada siapapun."

"Kita naik taxi saja kesana bersama-sama," kata Istvan masih ingin mendebat.

Edgar menggeleng. "Halkseth mungkin akan menyerang di perjalanan. Maaf, Yang Mulia, ini satu-satunya pilihan."

Ikarus mempertimbangkan hal itu. Izora dan Aretha memilih diam. Kemudian, dia menghembuskan napas dan berkata, "Kau harus janji untuk menyusul dengan cepat."

"Jangan khawatirkan saya, Pangeran Ikarus."

Kemudian Ikarus menatap Istvan. Pemuda itu akhirnya mengalah dan mengangguk. Ikarus memegang tangan Izora, Istvan memegang tangan Aretha. Ikarus mengulang tempat tujuan mereka dalam hati berulang kali.

Hutan Amazon... hutan Amazon...

Kemudian, dunia menjadi terbalik dan mereka tersedot ke dalam pusaran udara. Ikarus terkesiap.
Sedetik kemudian, Ikarus berada di tengah-tengah hutan rimbun. Dia terhuyung-huyung, Izora terduduk dan memegangi kepala. Efek teleportasi sangat tidak menyenangkan.

"Kemana kita sekarang?" tanya Ikarus setelah beberapa menit bisa bernapas normal.

"Kata Edgar ikuti jalan setapak. Kurasa itu jalannya," kata Istvan mengarahkan senter ponselnya ke jalan setapak di depan mereka.

Ikarus ikut menyalakan senter ponselnya, lalu menatap Izora dan Aretha. "Kalian tidak punya ponsel? Semakin terang semakin baik. Edgar akan menemukan kita dengan mudah."

Izora menggeleng. "Panti asuhan hanya memberi ponsel jika sudah berumur 15 tahun keatas."

Jadi, dengan berbekal cahaya dari dua ponsel, mereka bergerak. Ikarus memimpin di depan. Izora dan Aretha di tengah. Istvan berjaga di belakang. Mereka menemukan jalan setapak yang dimaksud Istvan dan mengikutinya.

Rasanya sudah berabad-abad mereka berjalan. Hanya suara kaki mereka yang terdengar di jalanan gelap tersebut. Pohon-pohon seolah bertambah besar, membentuk bayangan mengerikan. Kadang-kadang suara gemerisik membuat Ikarus menoleh cepat.

Ponsel Ikarus mati, kehabisan baterai. Istvan menyerahkan ponselnya sebagai penerangan. Ikarus berjalan pelan-pelan, memastikan adik-adiknya tidak tertinggal.

Kingdom of Zethosiris {I}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang