Part 12

54 9 0
                                    

Ikarus POV

Ikarus memeluk pria yang kulitnya mulai dingin itu sambil menangis. Dia tidak menyangka akan kehilangan Matthew secepat itu. Ikarus ingin Matthew menemaninya lebih lama. Pria itu adalah pamannya, meski mereka tidak mempunyai hubungan darah. Ikarus akan selalu menganggap Matthew sebagai pamannya. Edgar dan Istvan berusaha menenangkan Ikarus, mata keduanya pun berkaca-kaca.

Kemudian Istvan tiba-tiba memegang pelipisnya. "Ada apa?" tanya Edgar.

"Izora... dia di lantai tiga. Sedang terdesak," kata Istvan.

Ikarus menggertakkan gigi. Dia meletakkan jasad Matthew dengan lembut lalu berdiri. Pemuda 17 tahun itu mengambil pedang yang tadi dipakai untuk membunuh serigala tersebut.

"Tidak akan kubiarkan Halkseth menyentuh keluargaku lagi," geramnya lalu berlari menaiki tangga.

Istvan dan Edgar mengikutinya. Mereka menaiki tangga menuju lantai tiga. Suara jeritan anak perempuan mulai terdengar. Ikarus menggunakan kekuatannya untuk berlari di dinding. Dia melihat sosok serigala hendak menyerang dua anak perempuan yang berpelukan. Ikarus berlari dengan cepat. Serigala itu mengangkat cakarnya, Ikarus menyeruduknya dan membuat mereka terlempar menjauhi dua anak perempuan itu.

Ikarus berdiri. Dia berhadapan dengan serigala besar tersebut. Istvan memposisikan dirinya di depan dua anak perempuan, melindungi mereka. Edgar berdiri di sampingnya.

"Siapa kalian? Apa yang dilakukan Jack?" tanya serigala itu bingung melihat kehadiran mereka.

"Teman bodohmu itu sudah mati. Begitu juga dengan kau jika tetap disini," kata Ikarus.

Edgar maju menyerang dengan pedangnya. Ikarus berjalan menuju langit-langit dengan pedang terhunus. Kali ini, dia tidak perlu menunggu waktu yang tepat. Karena Edgar sengaja membuat serigala itu terfokus padanya, sehingga tidak melihat keberadaan Ikarus di atasnya.

Ikarus membiarkan dirinya terjatuh lagi. Serigala itu mendongak, namun terlambat. Pedang Ikarus menancap tepat di punggungnya. Dia mendengar kedua anak perempuan terkesiap. Tubuh serigala meluruh menjadi abu.

"Kalian baik-baik saja?" tanya Istvan pada kedua anak perempuan itu.

Ikarus berbalik dan bergabung dengan mereka. Kedua anak perempuan itu menatap mereka bergantian. Salah satunya berambut cokelat terang bergelombang dan bermata abu-abu. Usianya mungkin sekitar 12 tahun. Sedangkan yang satunya lebih muda, sekitar 10 tahun. Rambutnya lurus dan hitam legam. Matanya pun berwarna onyx, segelap lubang hitam di angkasa. Kontras dengan kulitnya yang putih pucat.

"I-istvan?" tanya perempuan berambut cokelat terang.

"Iya, ini aku," kata Istvan, dia lalu menunjuk Ikarus dengan dagunya. "Itu Ikarus, kau sudah aman sekarang."

Izora, putri ke-9 itu memeluk Istvan dan menangis. Kemudian dia memeluk Ikarus, sambil berkata sesenggukan pada anak perempuan berambut hitam. "Benarkan... kubilang? Saudara-saudara kita... mereka akan datang..."

Tangan Ikarus yang membelai rambut Izora terhenti. Dia menatap anak perempuan berambut hitam tersebut. "Saudara? Apa kau... jangan bilang! Aretha?"

Istvan membelalak. "Kau Aretha? Ya ampun, kau sudah besar sekali!"

Izora tertawa. "Ya, dia Aretha. Saudari bungsu kita."

Aretha tampak malu-malu. Istvan memegang kedua bahunya dan menatap wajahnya dengan antusias. "Astaga! Ini benar-benar kau!" seru Istvan lalu memeluknya.

Ikarus pun memeluk adik bungsunya itu dengan senang. Meskipun gestur Aretha terasa kaku. Ikarus ingat betapa kecilnya dulu gadis itu. Bayi gembul yang selalu menangis. Menyedihkan melihat bayi sekecil itu sudah menjadi korban perang. Ikarus lega bisa menemukan adiknya itu sebelum terlambat. Adalah Aretha Akhlys Seerkha, putri ke-10, anak tunggal dari selir Hestia Zenya.

Bersambung...

Kritik dan saran sangat diperlukan!

Kingdom of Zethosiris {I}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang