Part 18

51 10 0
                                    

Istvan POV

Benar saja, batang pohon itu seperti hendak mengeluarkan sesuatu. Kemudian, sesosok makhluk seperti wanita dengan kulit berwarna hijau muncul. Rambutnya berwarna merah. Dia menatap mereka dengan polos. "Halo, hendak pergi kemana kalian?" tanyanya.

 "Halo, hendak pergi kemana kalian?" tanyanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Izora memekik, "kau bisa bicara?!"

Wanita hijau itu terlihat tersinggung. "Apa kau tidak pernah melihat Dryad berbicara, nona? Dari desa mana kau berasal? Desa Amber? Quartz?"

Wanita itu mendekat dan memperhatikan Izora dari atas hingga bawah. "Hmm, pakaian bumi. Kalian habis melewati portal rupanya."

Wanita pohon itu mengamati mereka satu persatu, kemudian membelalak melihat seragam Estelle.

"Oh! Murid akademi?" Wanita itu kini mendatangi Estelle. "Senang bertemu denganmu, namaku Melia. Aku suka dengan murid-murid akademi Zethis. Mereka selalu menanam bibit-bibit Dryad. Itu baru manusia yang berbudi!"

"Ya, emm, apa kami boleh lewat, Melia?" tanya Estelle.

"Ya! Ya! Tentu saja." Melia menyingkir memberikan jalan.

Mereka melanjutkan perjalanan. Namun, Melia kemudian berkata, "Tunggu sebentar!"

Dia mendatangi Izora dan Aretha. Melia menumbuhkan dua buah pohon maple kecil di tangannya. Dia memberikan masing-masing pada Izora dan Aretha.

"Tanam ini di rumah kalian nona-nona. Ini bibit Dryad. Jika pohon ini sudah tumbuh besar, kalian akan tahu kalau semua Dryad itu bisa bicara."

Pipi Izora memerah. "A-aku tidak bermaksud—"

"Tidak apa-apa." Melia tersenyum. "Sebentar lagi festival Vtigeer, kita harus saling menebarkan kebahagiaan."

Kedua gadis itu berterimakasih, kemudian mereka melanjutkan perjalanan.

"Tadi itu apa? Dryad?" tanya Izora pada Estelle.

"Dryad adalah roh tumbuhan. Mereka hidup dari tumbuhan tertentu yang mengandung sihir. Biasanya, mereka sangat cerewet dan suka bertengkar. Tapi, karena sebentar lagi festival Vtigeer, semua makhluk bersikap baik." jawab Estelle.

Pohon-pohon disekitar mereka mulai jarang. Sinar bulan semakin terang. Mereka sudah hampir keluar dari hutan. Izora yang paling bersemangat. Dia berlari mendahului mereka semua.

"Akhirnya!" seru Izora.

Mereka telah keluar dari hutan. Di depan sana, terdapat bangunan-bangunan dari bata. Beberapa orang terlihat berlalu lalang meskipun hari sudah lewat tengah malam.

"Apa itu desa?" tanya Aretha.

"Apa itu desa?" tanya Aretha

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Desa Amber," jawab Estelle. "Omong-omong, dimana tempat tinggal kalian?"

Istvan memutar otak untuk menjawab pertanyaan Estelle, namun Izora lebih cepat.

"Kami akan menginap di desa Amber, malam ini. Menunggu Edgar. Setelah itu, kami akan pergi bersamanya."

Estelle terdiam beberapa saat, kemudian bertanya pelan, "Bolehkah aku... ikut menginap?"

Izora, Ikarus, dan Aretha saling berpandangan. Istvan segera maju dan berkata, "Tentu saja boleh. Kami belum pernah menginap di desa itu sebelumnya. Mungkin kau bisa membantu mencari penginapan yang nyaman."

Mereka berjalan memasuki desa tersebut. Kios-kios telah tutup. Dua-tiga kereta kuda lewat mengantarkan barang-barang. Ada yang sibuk mendekor bangunan. Istvan yakin, desa ini akan sangat ramai di siang hari.

Estelle membawa mereka ke salah satu penginapan yang buka 24 jam. Mereka memesan dua kamar. Satu untuk  laki-laki, dan satu untuk perempuan.

Sempat terjadi kepanikan saat mengetahui mereka tidak mempunyai uang koin Darloth. Ikarus dan Istvan mengeluarkan uang kertas mereka dengan wajah memelas. Akhirnya, Estelle meminjamkan uangnya pada mereka. Dia membayar satu koin perak.

Pemilik penginapan itu adalah pria tua yang bernama Eddie. Kepalanya botak, dan tubuhnya bungkuk. Dia cukup ramah, mempersilahkan mereka duduk sambil menunggu kamar dibersihkan.

Beberapa menit kemudian, Eddie datang dan menyerahkan kunci kamar mereka. Ikarus dan Estelle menerima kunci tersebut.

Mereka pergi ke kamar yang ternyata bersebelahan. Istvan akan sekamar dengan Ikarus. Estelle sekamar dengan Izora dan Aretha.

Kamar penginapan itu cukup nyaman. Lenteranya menggunakan bunga bersinar yang sama seperti lentera para prajurit Zethosiris. Dindingnya terbuat dari kayu jati yang mengkilap. Terdapat satu lemari kosong, Istvan menggunakannya untuk menyimpan tas sekolahnya. Ikarus langsung melompat ke atas kasur, dan tertidur dengan cepat.

Istvan juga ikut berbaring. Kasur itu sangat lembut dan empuk. Dia mulai memejamkan mata.

Bersambung...

Kritik dan saran sangat diperlukan!

Kingdom of Zethosiris {I}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang