18.

724 107 5
                                    

Maaf jika ada typo
______________________

Happy Reading
.
.
.
.
.
.
.

Jisoo berjalan melewati lorong apartemen setelah kembali dari minimarket terdekat. Untung saja ia tepat waktu sampai ke gedung apartemen, jika tidak tubuhnya akan basah diguyur hujan lebat yang tiba-tiba saja turun tak lupa diiringi dengan kilat dan petir.

Namun sialnya saat ini entah kenapa listrik padam di gedung ini yang terpaksa membuat Jisoo harus menggunakan tangga darurat untuk bisa sampai ke unit apartemen Jennie dengan flash dari ponsel sebagai sember penerangan.

"Huft... Akhirnya sampai juga" Lega Jisoo saat setelah sampai di lantai tujuan.

Ia cepat-cepat masuk ke dalam, ingin segera mengistirahatkan tubuh di kasurnya yang empuk.

Tinggal beberapa langkah lagi untuk sampai di kamarnya tapi ia urungkan karena sayup terdengar sebuah suara isakan yang ia yakini berasal dari kamar Jennie.

Apa terjadi sesuatu, pikir Jisoo dengan segera ia berjalan masuk ke kamar Jennie yang kebetulan tidak terkunci.

"Apa terjadi sesuatu" Jisoo mendekati Jennie yang saat ini sedang duduk meringkuk di sudut kasur, ia tampak ketakutan.

"Hei, tenanglah. Ada aku di sini" Ia merengkuh kepala Jennie, lalu didekapnya hangat.

"Hiks... Hiks... A-aku takut, jangan tinggalkan aku hiks..." Ucap Jennie masih dengan isakannya.

"Hush... Tenanglah, aku tidak akan meninggalkanmu" Jisoo mengusap-usap punggung Jennie lembut.

Kini ia ikut mendudukkan dirinya di atas tempat tidur Jennie, masih tak melepaskan pelukannya.

Hujan di luar sana semakin lebat dengan gemuruh yang saling bersahut-sahutan ditambah lagi dengan listrik yang tak kunjung menyala. Hal itu juga semakin mengeratkan pelukannya pada Jisoo. Dirinya takut kegelapan, gelap yang benar-benar gelap dan tak ada pencahayaan sedikitpun seperti saat ini apalagi sekarang juga turun hujan disertai gemuruh yang semakin membuat ia takut.

"Kau tidurlah, aku akan menemanimu" Perlahan Jisoo melepaskan pelukan mereka, membantu Jennie merebahkan tubuhnya lalu menutupinya dengan selimut hingga bahu.

"Tetap di sini" Pinta Jennie dan Jisoo mengangguk sebagai balasan. Jisoo mengusap surai panjang Jennie mencoba menenangkannya.

Lima belas menit ia melakukannya sampai Jennie terlelap, dan tak hanya itu. Selama lima belas menit pula ia memandangi wajah Jennie yang tak kalah rupawan dengan dirinya yang diterangi cahaya dari ponselnya.

Tanpa ia sadari perlahan ia mendekat, lalu mengecup singkat dahi Jennie, "Maaf karena telah meninggalkanmu sendiri tadi" Bisiknya tepat di samping telinga Jennie.

•••

"Sebulan lagi pernikahan kalian akan diadakan" Tegas tuan Park pada Rosé yang sedari tadi tak berselera untuk makan, ia hanya mengaduk-aduk nya menggunakan sendok.

"Tidak mau! Kenapa appa menjadi seenaknya seperti ini! sudah jelas kesepakatan sebelumnya menunggu sampai aku wisuda!" Protes Rosé karena ayahnya yang tiba-tiba merubah keputusannya.

"Seberapa keras kau menolaknya, aku akan tetap melakukan apa yang aku mau Park Chaeyoung!"

"Kau hanya mementingkan kebahagiaanmu sendiri dengan mengorbankan kebahagiaanku appa!" Rosé berlari ke kamar dan menguncinya.

"Kenapa appa egois sekali hiks..." Entah sudah berapa kali Rosé meneteskan air mata karena keegoisan ayahnya itu.

"Hiks.. hiks.. k-kenapa ia tak pernah sedikitpun memikirkan perasaanku"

Tok... Tok... Tok...

"Chaengie? Bisa eomma masuk?" Tanya ibunya dari luar sedangkan Chaeyoung hanya diam tak menanggapi. Biarlah ia dikatakan durhaka, ia hanya ingin sendiri saat ini.

"Chaengie, kau belum makan dari pagi nak" Tetap tak ada balasan dari dalam sana.

"Eomma membawakan mu makan malam, kau makanlah" Ucapnya lembut, "Eomma akan meletakkannya di meja dekat pintu ini" Wanita paruh baya itu meletakkan nampan berisi makanan dan minuman itu.

"Eomma akan berusaha membujuk appa-mu untuk membatalkan perjodohan ini ne?" Ia masih berusaha untuk membujuk anaknya itu agar mau keluar dan makan.

Rosé yang mendengar itu tentu mendapatkan secercah harapan, dengan cepat ia membuka pintu dan memeluk ibunya erat.

"Hiks... Hiks... Eomma janji?" Sang ibu mengangguk mengiyakan.

"Sekarang kau makan dulu ne?" Nyonya Park menuntun anaknya untuk duduk di atas kasur, ia mulai menyuapkan makan anaknya itu. Jika dibiarkan sendiri maka ia yakin Rosé tak akan memakannya.

"Eomma.." Rosé menatap dengan tatapan kosong ke arah depannya.

"Ne?" Ia prihatin dengan anak gadisnya itu yang terlihat semakin kurus.

"A-apa appa mau untuk membatalkan perjodohan ini?"

"Eomma akan berusaha"

"B-bagaimana jika appa tak mau? Aku hanya mencintai Jisoo, tidak yang lain hiks..." Cemas Rosé mengingat ayahnya itu yang sangat keras kepala.

"Kau percaya pada eomma kan?" Rosé mengangguk, Nyonya Park mengusap lembut bekas air mata yang ada di pipi Rosé.

Ia heran, kenapa anaknya ini masih tidak bisa melupakan kekasihnya itu padahal mereka sudah cukup lama terpisah.

Setelah selesai menyuapi Rosé, ia meninggalkan kamar anaknya itu yang kini tengah ia beri harapan yang entah itu dapat ia wujudkan atau tidak. Tapi ia akan tetap berusaha menyakinkan suaminya yang cukup keras kepala itu.

•••

"Apa ada kabar terbaru?" Tanya seseorang pada orang di seberang telepon.

"....."

Ia menyeringai, "Kabar buruk yang cukup bagus untuk membuat si bodoh itu semakin membencinya"

"...."

"Nanti akan ku kirim bayaranmu" ia menutup telepon tanpa perlu mendengar balasan dari seberang sana.

"Sudah lama aku menunggu hal ini" ia mematikan rokoknya yang masih tersisa setengah begitu saja, "Hal yang membuatmu hancur hahaha" Lanjutnya dengan tawa jahatnya.

======

Aku yang dulu menerima karena tidak ingin membuatmu kecewa, tapi sekarang malah aku yang kau kecewakan.
-hurtful-


Minggu, 14 Agustus 2022

TBC🥀

[Must Choose] || [Jensoo]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang