21. +

2.7K 137 33
                                    

Makin sedikit aja ya yang vote, sepertinya cerita ini membosankan+-+
____________________

Happy Reading
.
.
.
.
.
.
.

Hai semua, apa kabar? Yang sedang sakit jangan lupa minum obat dan istirahat yang cukup🖤
Yang sedang patah hati jangan lupa makan hari ini👍

Cerita ini sebenarnya diperuntukkan untuk orang-orang yang sudah cukup umur, tapi aku yakin banyak juga yang umurnya belum legal membacanya. Mau dilarang juga ga akan ada yang patuh hahaha

Sekali lagi, mohon bijak dalam memilih bahan bacaan 🙌

======

"Ji, b-bisakah kita k-kembali sekarang?" Tanya Jennie yang dijawab anggukan oleh Jisoo yang setuju untuk kembali ke penginapan mereka.

Di mobil, dalam duduknya Jennie tampak tak tenang. Ia merasa gelisah, seperti ada sesuatu yang salah. Walaupun Jisoo sedang menyetir akan tetapi ia dapat menyadari pergerakan Jennie.

Jisoo mengeraskan rahangnya, "Kau baik-baik saja?"

"N-ne..."

Membutuhkan waktu sekitar lima belas menit untuk mereka sampai ke penginapan.

Sebelum Jennie berhasil membuka pintu kamarnya, Jisoo menarik tangannya dan dengan suara serak memanggilnya.

"Jen.." Jennie membalikkan tubuhnya.

"Ya--" Belum selesai ia menjawab, mulutnya sudah lebih dahulu dibungkam oleh bibir hati milik Jisoo.

Ia memagut, melahap bibir Jennie rakus bak seorang yang tengah kelaparan.

Masih dengan melumat bibir Jennie, ia membuka pintu dengan cukup keras. Mendorong Jennie ke dalam dan menyudutkannya ke dinding.

Jennie? Tidak, ia tidak melawan sedikit pun, bahkan ia juga menikmati ciuman panas mereka.

"Hmmph... Ahhh... Ji... Ssh..." Desahan Jennie keluar saat tangan Jisoo mulai meraba-raba area sensitifnya.

Sebelah tangan Jisoo memeluk pinggang ramping Jennie erat dan tangan satunya lagi sudah bergerilya menyusup ke dalam baju Jennie, mengelus perut ratanya dan perlahan naik ke atas, meremas pelan salah satu bukit kembar milik Jennie.

"Ahh... Ji..." Desah Jennie di sela ciuman panas mereka.

Mulai merasa kehabisan pasokan oksigen, mereka menghentikan kegiatannya.

Jisoo menatap dalam Jennie, mengusap lembut bibir itu. Bibir yang membuatnya tak ingin menghentikan kegiatan bercumbu mereka. Ia menggendong Jennie ala bridal style dan merebahkannya di atas tempat tidur.

"Maafkan aku, t-tapi a-aku tidak bisa menahannya Jen" Lagi, ia menyambar bibir Jennie. Sesuatu di dalam dirinya yang membuatnya menjadi seorang yang liar seperti ini. Entahlah ia tidak tahu pasti, tapi hal ini benar-benar harus dituntaskan, ia tidak bisa lagi menahannya.

Walaupun begitu, sedikit pikiran warasnya masih bisa mengendalikan dirinya untuk tidak melakukannya dengan kasar pada Jennie.

Kini, lumatan demi lumatan itu perlahan mulai turun ke area sensitif yaitu tengkuk, telinga, dan leher yang tentunya dapat memberikan sensasi luar biasa bagi Jennie. Jisoo juga membuat tanda kepemilikannya di sana.

Tangannya tak tinggal diam, satu persatu ia membuka kancing kemeja Jennie, melepaskannya dan membuangnya asal. Tak hanya itu, ia juga membuka pengait bra Jennie dan lagi-lagi melemparkannya asal.

"I-ini sangat menakjubkan" Dengan rakus ia menghisap lembut payudara bagian kanan dan yang sebelahnya lagi tentu tak ia sia-siakan begitu saja. Tangannya dengan lihai meremas buah dada milik Jennie.

"Ouhh... Shit... Mmphh... Oh God... K-kau bisa membuatku gila Kim!" Desah Jennie menekan kepala Jisoo agar ia semakin memperdalam hisapannya.

Tangannya yang menganggur, menelusup ke dalam hotpants yang tengah dikenakan Jennie, menyentuh bagian sensitif yang ternyata sudah basah. Mengelus pelan serta menekan klitorisnya yang membuat sang pemilik semakin menggelinjang merasakan sesuatu yang nikmat.

***

"Eugh..." Lenguh Jennie ketika tidur nyenyaknya terusik oleh sinar mentari yang masuk melalui celah-celah jendela yang tidak tertutupi gorden.

Ia merasakan sebuah tangan melingkar di pinggangnya, memeluknya erat dari samping. Perlahan ia menoleh, memperhatikan wajah sempurna Jisoo yang masih tenang dalam tidurnya.

Dengan hati-hati ia merubah posisinya yang awalnya telentang, kini menyamping menghadap Jisoo. Jemarinya menyingkirkan helaian-helaian rambut yang menutupi wajah Jisoo. Dengan gerakan pelan telunjuknya menyentuh hidung mancung Jisoo, kemudian perlahan turun ke bibir hati yang kini menjadi candu baginya. Kini bergantian, ibu jarinya yang mengusap bibir itu. Rasa ingin mencium bibir itu kembali sangat besar.

Ia mengecupnya singkat, takut membangunkan sang empu jika ia melakukannya lebih.

Matanya tak bisa beranjak dari wajah damai Jisoo yang tengah terlelap. Jemarinya tak bisa untuk tidak menyentuh tiap bagian wajah Jisoo, ia begitu mengangumi wajah itu.

Jisoo mengerjapkan mata berkali-kali, mencoba untuk mengembalikan kesadarannya. Pemandangan pertama yang dilihatnya adalah Jennie dengan senyuman manis menatap kearahnya.

"Morning" Ucapnya dengan suara serak khas orang bangun tidur.

"Too" Lagi, Jennie mengecup singkat bibir hati itu.

"Terimakasih"

"Untuk apa?" Heran Jennie.

"Tadi malam" Kali ini Jisoo yang memberikan kecupan hangat.

(What!! Jisoo kulkas dua pintu aku hilang kemana😭 kok jadi gini sih? Fix ini bukan Jisoo🫣)

••••

Jangan hujat, ini pertama kalinya aku ngetik tentang plus² gini😭

Btw kependekan ya babnya?🤣

____

Mungkin ada tertarik dengan cerita Chaesoo, karena diriku sedang terchaesoo-chaesoo. Yuk mampir cek ke akunku🙌

Eits tenang tenang, Jensoo tetap yang pertama di hati✨

_____

Selamat malam minggu💤

Sabtu, 17 September 2022

TBC 🥀

[Must Choose] || [Jensoo]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang