Malam itu, setelah kejadian pagi itu. Jisoo baru kembali lagi pada pukul dua dini hari. ketika pintu lift terbuka di lantai apartemen mereka, ia berharap Jennie telah terlelap dalam tidurnya dan dapat menghindari pertemuan dengannya.
Namun, harapannya langsung pupus ketika ia memasuki ruang tamu dan menemukan Jennie yang masih terjaga.
Di sana, di ruang tamu, Jennie duduk di sofa dengan tatapan yang sulit diartikan. Cahaya redup lampu ruangan mengelilingi sosoknya yang anggun.
Dengan suara pelan yang penuh dengan ketidaknyamanan Jisoo bertanya, "Kau masih terjaga?" Pertanyaan bodoh macam apa itu? Bukankah ia tahu kebiasaan buruk Jennie yang sering terjaga saat tengah malam.
Jennie mengangguk pelan, tatapannya bertemu dengan tatapan Jisoo. "Aku tidak bisa tidur" Ujarnya lemah.
Jisoo berlalu ke dalam kamarnya, kembali membiarkan Jennie sendiri. beberapa menit berlalu, kini Jisoo telah selesai dengan kegiatan membersihkan diri dan kini ia siap untuk menjelajahi alam mimpinya.
Baru sepersekian detik terpejam, matanya kembali terbuka. Ia teringat Jennie yang tadi ia tinggalkan begitu saja, pasti orang itu masih belum bisa tidur. Cukup lama berperang dengan pikirannya, akhirnya Jisoo mengalahkan egonya dan memutuskan untuk menghampiri Jennie.
"A-apa kau ingin menonton film?" Tanya dari belakang dengan suara yang sedikit meragu.
Jennie menatapnya dengan rasa haru, "Benarkah?" Tanyanya dengan nada yang bergetar.
Jisoo mengangguk mantab, "Ya, kita bisa menonton film bersama-sama"
Mereka memilih film yang mereka sukai dan duduk bersama di sofa, meskipun suasana tegang tetap berada diantara mereka. Tapi, seiring berjalannya waktu, ketegangan itu mulai memudar dan mereka mulai menikmati kehadiran satu sama lain.
Jennie yang awalnya terjaga dengan susah payah, mulai merasa lebih tenang karena kehadiran Jisoo di sampingnya. karena sudah terbiasa dengan kehadiran Jisoo sebelumnya ketika ia mengalami kesusahan seperti ini malah membuat dirinya menjadi ketergantungan terhadap Jisoo.
Ketika film berakhir, Jisoo menoleh ke sampingnya. Di mana Jennie telah tidur dari awal-awal film yang mereka tonton dimulai. Tidurnya tampak begitu tenang dengan kepala yang bersandar di bahu Jisoo.
Jisoo tersenyum memandangi wajah tenang Jennie, kemudian ia mematikan televisi dan membawa Jennie ke kamar. Menempatkannya di tempat tidur lalu menutupi tubuh kecil itu dengan selimut, sebelum berjalan kembali ke kamarnya.
•••
Dalam kehangatan kantor yang terang benderang, Jisoo duduk di meja kerjanya, tetapi pikirannya jauh dari pekerjaan yang menumpuk di depannya. Ada ketegangan yang menggelayut di udara, sesuatu yang membuatnya sulit untuk fokus pada tugas-tugasnya.
Ketika pintu kantornya terbuka, Lisa masuk dengan langkah ringan dan senyum yang menghiasi wajahnya. Namun, matanya yang tajam dan penuh perhatian mencermati sahabatnya dengan seksama. Yang mana, ia menangkap perubahan yang terjadi pada eskpresi Jisoo.
"Apa terjadi sesuatu padamu Jisoo-ya?"
Jisoo menoleh dan menggeleng pelan, "Tidak ada, hanya beberapa masalah pekerjaan yang harus diselesaikan"
"Oh ayolah Kim, aku tau kau sedang memikirkan hal lain"
Jisoo menghela napas sejenak, lalu menjawab "Tidak Lisa-ya, aku hanya memikirkan pekerjaanku"
"Apa itu tentang Jennie?" Tebak Lisa.
"Ck, sudah kubilang tidak memikirkan apapun selain perkejaan. Kau ini keras kepala sekali Manoban!" Kesal Jisoo.
"Woo santai-santai Ms. Kim, jangan emosi begitu" Ucap Lisa takut Jisoo semakin meledak.
"Salahmu! Aish, merusak mood-ku saja"
"Ah iya, nanti malam aku dan yang lain ke rumah Seulgi. Kau mau ikut juga?"
"Hm"
"Ya sudah, ku tunggu kau di sini saja sampai selesai bekerja. Kita pergi ke sana bersama" Lisa beranjak ke arah sofa yang berada tak jauh dari meja kerja Jisoo.
"Dasar pengganguran"
"Yak! Sembarang sekali mulutmu. Aku ini bukan pengangguran, jadwal kuliahku hari ini telah selesai semua, makanya aku ke sini menemani mu supaya tidak kesepian"
"Cih, aku tidak butuh ditemani oleh orang sepertimu"
"Ya ya ya terserah mu, nanti jika aku tidak ke sini lagi pasti kau akan rindu berat padaku"
"Perkataanmu membuatku serasa ingin muntah Manobal" Balas Jisoo tak lupa dengan ekspresi seperti orang yang akan muntah.
Dengan tawa kecil yang penuh kemenangan, Lisa merebahkan diri di sofa, menikmati kesempatannya untuk mengusili Jisoo.
Setelah beberapa saat dalam diam, Jisoo akhirnya selesai dengan pekerjaannya. Ia menatap Lisa yang kini asyik dengan ponselnya di sofa.
"Sudah selesai?" tanya Lisa, mengangkat alis tanpa mengalihkan pandangannya dari layar ponsel.
Jisoo mengangguk singkat. "Ayo pergi, sebelum kau membuatku menyesal mengizinkanmu masuk ke sini."
Lisa melompat bangkit, menarik Jisoo dengan semangat. "Ayo! Malam ini akan seru sekali!"
.
.
.Beberapa saat kemudian, Seulgi, Wendy, Irene, dan Lisa sudah sibuk mengobrol, dengan Lisa yang tampak sangat menikmati perannya sebagai pembawa cerita. Mereka sedang asyik membicarakan kejadian-kejadian lucu, terutama tingkah konyol Lisa di kampus, sampai tiba-tiba Wendy menyenggol Seulgi, mengisyaratkan untuk membahas "topik spesial" malam itu.
"Aku dengar dari sumber terpercaya," Wendy membuka sambil melirik Lisa, "kalau Jisoo-ssi ini ada 'sesuatu' dengan Jennie."
Jisoo yang sedang minum langsung tersedak, lalu buru-buru menutup wajahnya dengan tangan agar tak terlihat pipinya memerah. "Hah? Apa-apaan kalian ini!" Ia berusaha tertawa sinis, tapi nada suaranya malah terdengar gugup.
Lisa menangkap perubahan kecil itu dan langsung menyeringai. "Lihat, Jisoo blushing! Ini sudah tanda-tanda, kan?" goda Lisa sambil tertawa lebar.
"Pftt, kalian berlebihan," Jisoo berusaha memalingkan wajah, tapi wajahnya makin merona, kontras sekali dengan ekspresi cueknya yang biasanya.
Irene ikut bergabung, menatap Jisoo dengan tatapan penuh arti. "Jadi, bagaimana, Jisoo? Sudah mulai jatuh cinta, ya?"
Jisoo langsung mendengus keras, berusaha terlihat sebal. "Cinta? Tch, kalian ini berkhayal terlalu jauh! Aku cuma sekadar... menghargai keberadaannya. Itu saja," ucapnya dengan nada defensif, meskipun pipinya semakin memerah.
Wendy menahan senyum dan memberi isyarat pada yang lain untuk menahan tawa. "Oh, cuma menghargai, ya? Lucu sekali, padahal mukamu sekarang merah semua."
"Sudah cukup, aku tidak tertarik membahas ini lagi," balas Jisoo cepat, semakin salah tingkah. Ia bangkit, berpura-pura merapikan tasnya. "Aku ada hal lain yang harus diselesaikan. Kalian nikmati saja malam ini tanpa aku."
Lisa, yang sepertinya tak rela melewatkan kesempatan mengusili, mencoba menahan Jisoo. "Ayolah, Jisoo-ya, tidak usah menyangkal begitu! Paling nanti kau sendiri yang ketahuan mencari Jennie," godanya, menahan senyum.
"Astaga, terserah kau manobal," Jisoo menjawab ketus, tapi rona merah di wajahnya semakin terlihat jelas. "Aku pergi. Kalian bebas membahas omong kosong ini tanpa aku."
Jisoo cepat-cepat pergi, meninggalkan teman-temannya yang tertawa puas karena berhasil menggoda sisi tersembunyi Jisoo. Begitu Jisoo keluar, Wendy dan yang lain saling menatap dengan senyum lebar.
"Susah sekali, ya, kalau ratu es kita ini sedang jatuh cinta," gumam Wendy sambil terkikik.
Sementara itu, di luar, Jisoo berusaha keras menenangkan wajahnya yang masih terasa panas.
•••
Ada yang mau jelasin secara ringkas bab 1-22 bahas apa aja? Beneran lupa banget tentang cerita ini😭
Makasii
.
.Jum'at, 15 November 2024
TBC🥀
KAMU SEDANG MEMBACA
[Must Choose] || [Jensoo]
Hayran Kurgu⚠️ G×G Area 🚫 _____ "Sampai kapan kau akan tetap merahasiakan ini semua?" "Entahlah, aku tidak tahu" "Tapi kau harus memilih salah satu diantara mereka berdua!" "Apa salah jika aku ingin memiliki keduanya?" "Ck, kau sungguh gila Kim!" ° ° ° ° ° Ing...