2 years later
"Richard Hamilton, pebisnis muda yang terkenal akan kesuksesan dan ketampanannya ini diam-diam memiliki pacar seorang model? Apakah benar atau tidak?"
Annie memencet tombol power dan seketika televisi yang berada di ruang keluarga pun mati tidak mengeluarkan cahaya lagi.
"Ya sudahlah, dia memilih siapapun juga bukan urusanku."
Annie berbicara kepada dirinya sendiri sebelum dikejutkan oleh dering telepon yang ternyata berasa dari papanya, Ray.
"Halo?"
"Iya, papa. Annie sudah sampai di mansion dengan selamat."
"Nanti saja, Annie tunggu papa pulang dulu baru kita akan makan malam bersama."
"Iya, papa. Bye, love you too."
Annie mengangkat dirinya dari kursi ruang keluarga dan berjalan menuju kamarnya sendiri. Setelah Annie sampai dikamarnya, ia menaruh ponselnya ke meja belajarnya dan Annie pun membaringkan tubuhnya di kasur yang sudah selama kurang lebih 2 tahun ia tempati kembali. Rasanya sangat senang, bisa kembali lagi ke tempat asalnya, Indonesia. Annie merasa memang hidupnya lebih bahagia di Indonesia ketimbang di Amerika.
Sejak kejadian itu, dimana Annie diculik dan diperkosa oleh Rafael, dirinya menjadi lebih tertutup dengan dunia luar. Ray sebagai papanya pun membawa Annie pulang kembali ke Indonesia dan mengatur kuliah Annie menjadi kuliah online saja, menurutnya itu jauh lebih baik dan aman. Annie pun hanya mengikuti saja saran dari Ray karena mungkin memang tempat yang paling aman dan nyaman untuknya adalah berada dekat dengan keluarganya.Walaupun Albercio tidak berada di Indonesia, karena dia tetap harus meneruskan perusahaan sang ayah yang berada di Amerika, tetapi Albercio rutin mengunjungi Annie seminggu sekali agar Annie tidak merasa kesepian.
Huh
Annie menghela nafasnya ketika melihat lagi buket bunga yang berada di balkon kamarnya. Buket bunga yang pernah membuat hatinya bergetar walaupun sekarang sudah tidak bahkan mungkin ia benci setelah mengetahui siapa pengirim buket bunga tersebut. Selama 1 tahun ini, buket bunga tersebut selalu saja mendarat di balkon kamarnya. Padahal ia sudah meminta para pelayan untuk tidak membiarkan orang lain memasuki kamarnya, tetapi tidak tahu mengapa buket bunga tersebut selalu ada. Annie pun akhirnya lelah dan tidak bisa berbuat apa-apa.
Annie beranjak dari kasurnya dan berjalan kearah balkon kamarnya, lalu dia mengambil buket bunga tersebut dan membaca isi suratnya.
"Untuk Annie....Aku senang melihat Annie sekarang bisa tersenyum lagi dan gembira seperti dulu sebelum bertemu dengan aku. Maaf karena tidak bisa menjadi pacar yang baik untukmu, maaf tidak bisa menjagamu dengan benar. Memang seribu maaf tidak bisa mengembalikan keadaan kita sekarang, tetapi apapun akan kulakukan demi bisa melihat senyummu yang cerah itu. Dari Kak Leo (Richard)."
Annie membacanya dengan nada yang datar, seakan hal itu adalah bukan hal yang romantis ataupun hal yang dapat menggerakkan hatinya. Ia pun berjalan kearah ujung kamarnya dan membuka tong sampah lalu membuang buket bunga beserta dengan suratnya.
"Kulakukan demi bisa melihat senyummu? Haha. Bullshit."
"Memang dia pikir dia siapa? Seenaknya saja memberikan buket bunga. Kali ini, aku bukanlah Annie yang bodoh ataupun lemah lagi. Lihat saja nanti siapa yang akan meninggalkan siapa. Lagipula bukannya kau sedang sibuk dengan model papan atas itu? Kenapa malah memberikan aku buket bunga? Dasar cowo genit."
Annie pun memandang datar kearah tong sampah dan berbalik badan menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Suasana hatinya sedang buruk dan menurut Annie dengan membaringkan dirinya di bathup dengan busa yang mengelilingi tubuhnya sambil menonton series juga meminum soda akan membuat mood nya naik kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
My First and Last Love
Romance"Lo dapet buket bunga lagi Ann?" Violet bertanya kepadanya temannya, Annie, yang selalu mendapatkan buket bunga setiap bulannya. "Mungkin hanya orang iseng saja, Vi." Ucap Annie berusaha bersikap cuek. "Ga mungkin, secara lu udah dikasih 23 buket bu...