Ding dong
Richard yang sedang mengancingi kemejanya pun berhenti sebentar untuk melihat siapa yang memencet bel lewat intercom yang berada di sebelah pintu penthousenya. Memang, setelah hubungannya dan Annie meregang, Richard membeli penthouse untuk tempatnya tinggalnya yang baru, karena rumahnya dulu memiliki banyak kenangan bersama Annie, dan Richard tidak ingin tidak disana seorang diri. Richard akan pastikan dirinya akan kembali lagi ke rumah itu bersama Annie dan akhirnya mereka membangun sebuah keluarga kecil.
Mau apa dia kesini?
Richard pun membukakan pintunya ketika melihat Clara, model untuk proyek terbarunya dengan salah satu rekan bisnisnya. Memang akhir-akhir ini banyak sekali berita yang mengumumkan kedekatan dirinya dengan Clara, tetapi Richard tidak terlalu perduli dengan gosip murahan yang beredar di internet. Bahkan selama dia berbincang bersama Clara mengenai proyek terbarunya, dia tidak pernah tersenyum dengan tulus sekalipun. Biarkanlah orang-orang pintar saja yang dapat menilai ekspresi bosan yang ditunjukkan oleh Richard sepanjang perbincangan itu.
"Mau apa kemari?"
"Oh, hai, babe."
Richrad terkejut karena tiba-tiba saja Clara memeluk dirinya dengan erat. Langsung saja Richard hempaskan tubuh Clara agar menjauh dari tubuhnya dengan cepat.
Kalau Annie tahu, aku bisa-bisa digorok.
"Jangan sekali-kalinaya kamu peluk-peluk saya lagi. Apalagi didepan kamera."
"Why? Padahal karena gosip kemarin, saham perusahaan kamu meningkat lho. It's good right?"
Memang benar adanya, saham perusahaan Richard meningkat sekitar 5% hanya dalam sehari setelah beredarnya rumor murahan tentang dirinya dengan Clara. Memang Clara merupakan model yang sedang naik daun sekarang, bahkan bisa dibilang ada sedikit pengaruhnya Clara terhadap peningkatan saham kemarin. Tetapi itu semua tidak dibutuhkan oleh Richard, karena apa? Karena Richard pun sudah kaya, jadi sebenarnya peningkatan saham perusahaan yang sedikit itu tidak berpengaruh apapun terhadap kekayaannya.
"Just stay away from me."
"Ga mau." Ucap Clara dengan nada manjanya. Bahkan sekarang kedua tangannya sudah berada di dada Richard untuk mengancingi kemeja yang tadi belum sempat terkancingi.
"Clara."
Richard mengambil napas dan menghembuskannya setelah itu dia memegang tangan Clara yang sedang mengancingi kemejanya dan menghempaskannya.
"What are you doing here?"
"Aku ikut kamu ya pergi ke pestanya. Malu tahu kalau pergi sendiri."
Bohong.
Richard sangat tahu bahwa banyak sekali laki-laki yang mengajak Clara untuk pergi bersama ke pesta rekan bisnisnya. Richard juga tahu bahwa ini adalah salah satu triknya agar Clara bisa mendekati dirinya. Richard bukanlah bocah bodoh yang tidak tahu ketika ada lawan jenis yang tertarik kepadanya.
"No."
Richard berjalan untuk mengambil jas dan kunci mobilnya diikuti oleh Clara yang mengoceh-ngoceh dibelakangnya karena ditolak oleh Richard untuk pergi bersama.
"Kenapa? Padahal aku udah dandan cantik begini cuman buat kamu."
Siapa yang suruh? Ga ada kan?
"Ayolah Richard, sekaliiii aja turutin permintaan aku, yaaa. Please, please, please."
Who the fuck are you? Cuman Annie yang bisa ngatur-ngatur aku.
KAMU SEDANG MEMBACA
My First and Last Love
Romance"Lo dapet buket bunga lagi Ann?" Violet bertanya kepadanya temannya, Annie, yang selalu mendapatkan buket bunga setiap bulannya. "Mungkin hanya orang iseng saja, Vi." Ucap Annie berusaha bersikap cuek. "Ga mungkin, secara lu udah dikasih 23 buket bu...