11 | Wanitaku

1.4K 205 23
                                    

***

Siang itu berlalu dan malam pun tiba.

Dalam balutan pakaian piyama bertangan dan bercelana panjang, Amell sama sekali tak bisa memejamkan mata di malam ini atas isi kepala yang terus menerus berputar pada Bella.

Kejadian tadi siang sungguh di luar dugaannya karena dirinya tak pernah menyangka bisa sedekat itu dengan Bella padahal mereka baru kenal. Bayangan tadi siang terus mengusai pikiran Amell terlebih saat dua kepala mereka beradu begitu dekat di dalam mobilnya, Amell sungguh dapat merasakan lubuk hati Bella saat itu yang terlihat sangat gelisah untuknya.

Dari berbaring kembali duduk dari duduk kembali berbaring Amell benar-benar tak mampu terpejam di malam itu bergilir gusik pelan, menggisik-gisik kedua mata yang perlahan basah dan dia terisak lagi sungguh ini tak adil dalam benaknya, di sini dirinya begitu memikirkan Bella padahal Bella di sana pasti sudah lupa lagi kepadanya.

Di dalam redup lampu tidur Amell tersedu pelan di atas kasurnya dari semalaman hingga hampir subuh kedua matanya yang lelah dan sembab itu membawanya ke alam ngantuknya akhirnya dia tertidur di ujung malam yang akan berakhir.

***

Langit membiru dan memutih tanda sudah pagi di hari minggu ini. Jalanan komplek di sekitar rumah Amell sudah mulai ramai lagi dengan segala aktivitasnya.

Amell terbangun di waktu hampir pukul 9 pagi. Mata yang sembab dan masih merah itu masih terlihat muram seraya pelan kedua kaki turun dari ranjang dan tangan meraih kursi roda yang selalu sudah terkuci di depan kasurnya, Amell berpindah duduk pada kursi setianya itu, membuka topangan kunci di kaki besinya agar rodanya dapat berputar lagi, Amell mengayuhnya menuju kamar mandi dan membasuh mukanya sambil menatap wajah sembab miliknya di cermin.

Wajah menunduk bertanya pada dirinya sendiri kenapa bisa sangat memikirkan Bella sampai seperti ini bahkan lebih dari dirinya memikirkan siapapun.

Jemari menepuk-nepuk pangkal pipinya yang cukup terlihat bengkak, tak bisa di tahankan lagi karena obat dari mata sembabnya adalah bertemu kembali dengan Bella.

Ponsel di raih dari meja tidurnya, Amell menekan tombol kontak bernama Mita yang sempat kemarin menyimpannya di daftar contact ponselnya, Amell menghubungi Mita dan Mita tentu mengangkatnya.

"Mit..." suara Amell yang terdengar masih serak terbata itu mengawali.

"Iya Mell?" Mita yang sudah dengan aktivitasnya di dalam cafe ibunya.

"Gw pengen ketemu lagi sama Bella hari ini..." lanjut Amell tanpa basa basi.

"Hari ini Mell??" menggaruk pipi berpikir.

"Iya Mit. Lu bisa kan bantuin gw?" memohon sendu.

"Besok aja yang Mell gimana? Hari ini gw kayanya gak bisa Mell. Gw harus stay di cafe nyokap gw karena ada beberapa karyawan yang lagi ambil cuti pada pulang kampung. Kasian nyokap gw kalo di tinggalin." jujur gak enak menolak karena kemarin adalah janjinya untuk selalu membantu atas ikatan Amell dan Bella itu, tapi membantu nyokapnya adalah utama untuk Mita karena kalau tidak nyokapnya bisa marah besar.

"Oh lu punya cafe yah..." murung Amell atas penolakan Mita tersebut.

"Iya Mell punya nyokap. Kalo dari rumah Bella sih kira-kira 20 menitan." Jadi gimana Mell? Besok yah ketemu Bellanya? Kaya kemaren aja pulang kuliah ketemunya." bujuk Mita lagi.

"Gw maunya hari ini Mit. Gw keinget terus sama dia. Gw gak bisa tenang dan kacau dari semalem gak bisa tidur." mendengar curahan tersebut Mita bergeleng di sebrang telponnya.

"Kalo lu gak bisa biar gw sendiri aja langsung datang kerumahnya ya Mit? Tapi Bella gak lagi pergi kan hari minggu ini??" kalo sudah maunya Amell tak mungkin bisa berubah.

ONESOUL |EnD|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang