***
"Sabar Mell... mungkin butuh waktu untuk kesembuhan kaki kamu ini. Jika memang gak bisa sembuhpun aku bersedia jadi kakimu selamanya..." Bella duduk kembali di ujung ranjang bersama Amell yang duduk di pangkuannya. Bella Mengelus-ngelus punggung Amell agar berhenti tersedu, peluh berhias di kedua wajah pilu mereka.
Bella baringkan lagi Amell sempurna bersama dua kaki sakitnya itu ke atas kasur, Bella mengusap-ngusap pelan kaki Amell dari mata kaki hingga telapak kakinya dan itu cukup membuat kondisi Amell tenang mereda dan menjadi diam.
"Maafin aku yah, aku malah bikin kamu sakit lagi kek gini." sesalnya seraya terus mengelus lenturkan dua pergelangan kaki Amell tersebut.
Tak ada jawaban dari Amell karena terlihat Amell yang terpejam.
"Mell? Kamu tidur ya?" menoleh ke arah paras Amell yang terpejam itu rasa khawatir Bella kian bertambah.
"Mell? Kamu baik-baik aja kan??" menghapus keringat di wajah dan leher Amell, Bella bertanya-tanya sendiri di antara wajar dan was-was. Apakah Amell terpejam itu tertidur ataukah pingsan? Bella meradang dengan nafas yang agak naik turun meraba-raba kening dan kepala Amell.
"Mell?? Mell???"
"Aku laper..." gumam bibir Amell masih bermata terpejam.
Bella menghela nafas berat, bersyukur Amell tak apa-apa ternyata.
"Aku pikir kamu pingsan tadi, kamu bikin aku jantungan aja!" cemberut Bella kini, mata Amell pun terbuka.
"Aku lelah banget Sayang..." terkulai di baringannya Bella pun medekapnya kembali.
"Kalo gitu ayo kita ke bawah, siapa tau Mbo Inah udah nyiapin makan siang buat kita."
Beranjak dan sodorkan punggungnya lagi pada Amell. Dan Amell meraih lagi punggung Bella, mereka kembali turun ke bawah menuju ruang makan dan Bella menurunkan Amell di salah satu kursi di sana.
Memang benar sesuai dugaan di atas meja sudah penuh dengan menu makan siangnya dari Mbo Inah.
"Mbo? Bella makan ya sama Amell?" seru Bella. Mbo Inah dari ruang belakang pun datang.
"Njih... Silahkan Nok, makan yang banyak biar tambah sehat. Non Amell juga makan yang banyak ya Ndo, biar cepet pulih lagi kakinya." seiring bantu siapin piring dan sendok garpunya.
"Makasih Mbo.." mengangguk Amell cukup santun karena meski Mbo Inah cuma pelayan tapi wujudnya sudah cukup sepuh dan wajib di hormati sama yang lebih muda.
"Simbok suweneeeng bangettt kalau Non Amell maen ke sini tu bikin Nok Abell jadi kaya ceria sekali, senyum-senyum terus kelihatannya tuh Mbo Inah lihatin." lanjut wanita Jawa yang logat jawanya hampir punah karena sudah hampir 20 th lebih sudah tinggal di Jakarta mengabdi pada keluarga Arganta ini.
Amell dan Bella saling noleh tersenyum, karena memang mereka bahagia.
"Ya udah, Simbok tinggal dulu Ndo..." kembali ke belakang. Bella dan Amell pun mulai makan.
___Dan beberapa lama setelah selesai makan...
"Aku mau bawa kamu ke satu tempat." ujar Bella.
"Kemana?" Amell agak penasaran.
"Kamu udah selesai kan makannya?" Amell mengangguk. Kursi roda di raih Bella dan Amell beralih tempat duduk.
Mereka menuju keluar rumah dan menuju ke halaman, dekati wujud keberadaan mobil sport Bella.
"Aku mau ajak kamu jalan-jalan sekarang." Amell cukup terkesima melihat mobil mewah itu dan mendongak melihat wajah Bella.
"Ini punya kamu?" angguk Bella yakin.
KAMU SEDANG MEMBACA
ONESOUL |EnD|
Teen FictionCerita fiktif yang menyuguhkan kisah dua manusia yang saling tergantung satu sama lainnya karena naluri mereka berkata bahwa, secara rasa mereka memiliki satu nafas yang sama dan satu ikatan batin yang sama. Wujud dua perempuan remaja yang menjelaja...