16. AMARAH BARON

799 107 28
                                    

Hai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hai

Ada yang kangen cerita ini gak?

Kangen wafi, Intan atau sama authornya. Uehehehe

Semoga selalu suka sama cerita ini. Jangan lupa vote dan comment!

Ini hanya cerita belaka. Maaf jika tidak sempurna, karena sempurna hanya milik Allah.

Tandai typo. Authornya sering banget typo.

***

16. AMARAH BARON.

Plak

Tamparan cukup keras Baron berikan pada Wafi yang saat ini meringis kesakitan sambil memikirkan penyebab kakeknya tiba-tiba saja menamparnya. "Maksut Kakek menamparku, apa hah!" teriak Wafi tak terima.

"Kamu masih bertanya kenapa? Kamu lihat ini. Kenapa kamu melakukan hal serendah ini Wafiska Zaferion!" Baron melemparkan banyak kertas foto didepan muka Wafi hingga berhamburan.

"Selama ini Kakek diam atas kelakuan brengsek mu. Berharap suatu hari kamu bisa berubah setelah memiliki istri, tapi kenapa kamu malah merendahkan istrimu didepan banyak orang. Kamu lelaki brengsek yang sama sekali tidak mencerminkan kelakuan baik mendiang ayahmu!"

Wafi menunduk kan kepalanya, tangan nya mengepal menahan amarah. Baron mengusap wajahnya kasar, bertahun-tahun ia memaklumi sikap Wafi yang mungkin masih dirundung kesepian setelah ditinggalkan alm ayahnya. Tapi setelah hal keterlaluan ini, Baron tak bisa lagi menahan amarahnya.

"Kamu harusnya bisa berubah Wafi, kamu sudah memiliki istri yang harus kamu jaga kehormatan nya!" teriak Baron marah.

Wafi mendongak marah, "Aku ingatkan! Kalau kakek lah yang memaksa aku menikah. Sebelumnya aku sudah bilang kalau aku tidak siap menikah!" balas Wafi tak mau kalah.

"Lalu apa salah jika Kakek menginginkan itu, apa kamu ingat selama ini Kakek tidak pernah meminta apapun padamu. Bahkan Kakek tidak meminta mu membantu mengurus perusahaan! Kakek hanya ingin kamu menikah dengan Intan dan memberikan cicit untuk Kakek apa itu sangat susah!"

"Selama menikah pun Kakek tidak pernah memaksamu memberikan cicit terlalu terburu-buru. Kakek memberikan kamu waktu untuk menyesuaikan diri. Dan lagi semua biaya rumah tangga mu kakek yang tanggung. Semua biaya hidup kamu Kakek menanggung, diumur setua ini tidak seharusnya Kakek melakukan itu."

"Setelah semua Kakek lakukan untukmu, kenapa balasan mu seperti ini. Kamu anggap kasih sayang Kakek padamu apa? Apa kamu menganggap Kakek hanya sumber harta mu hah!"

Baron terduduk lemah diatas sofa. Tubuhnya terasa lemas setelah menyadari kalau tingkah Wafi telah diluar batas kemanusiaan. Ia sebenarnya sudah sangat lelah, diusia yang tak lagi muda ia harus mengurusi perusahaan sebesar itu seorang diri.

WAFISKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang