19. GARA-GARA BEKAL

608 83 115
                                    

"Apa lo liat-liat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Apa lo liat-liat. Gue tau, gue ganteng." Wafiska Zaferion.

Maaf gak pinter buat gambar ginian.

JANGAN LUPA LIKE, VOTE DAN SHARE. WAJIBUN YA!

***

19. GARA-GARA BEKAL

Intan sedang sibuk di dapur menyiapkan bekal berisi sandwich untuk Garda sebagai tanda minta maaf nya. Sedangkan Wafi diam-diam mengintip kegiatan yang sedang Intan lakukan dari samping lemari es. Ia mengrenyit curiga, untuk siapa bekal makanan itu?

Namun sejurus kemudian ia menggelengkan kepala nya tersadar. Untuk apa dirinya peduli, bukankah dirinya datang ke dapur untuk mengambil minum. Wafi menegak kan tubuhnya kemudian berlagak baru saja datang.

Intan melirik malas kearah Wafi yang sedang membuka lemari es. Pagi ini dirinya sedikit lega karena kemarin malam, setelah balik ke mansion Wafi dapat peringatan keras dari Baron dan Teratai. Kali ini Baron dan Teratai tidak mentoleri lagi kenakalan Wafi lagi.

"Puas? Gara-gara lo kemarin gue dimarahin lagi sama Kakek. Dasar tukang adu." sarkas Wafi sambil minum.

Intan mendengus tak peduli, ia memasuk kan bekal itu kedalam tas nya. Kemudian ia berjalan dengan tatapan datar melewati Wafi.

"Sekarang jadi Bisu lo Jalang!" sentak Wafi marah.

Intan berhenti. Diam salah, bicara juga salah. "Jaga mulut busuk lo babu. Gue bukan jalang!"

Wafi tertawa pongah, ia meletakkan botol air asal kemudian berjalan  mendekati Intan. "Bukan jalang ya? Tapi status udah jadi istri tetep seneng, bahagia di deketin sama G--"

Wafi seketika terdiam.

Intan berbalik menatap Wafi yang kini berjarak beberapa centi saja. "Coba ulangi? Gue gak salah denger?"

"Suami? Suami apaan. Gue gak ngerasa punya suami. Dan inget, gue gak sudi status jadi istri lo. Kalau gue bisa milih, gue lebih milih hidup sendiri tapi miskin dari pada kayak gini tapi harus hidup bareng lo..."

"...Gue kesel lama-lama hidup kayak gini. Kalau bisa hari ini lo cerai in gue aja sekalian."

Bruk

Wafi langsung mendorong tubuh Intan hingga terpojok ke tembok. Wafi menatap tajam Intan, hatinya seketika bergemuruh mendengar Intan mengatakan tentang perceraian.

Wajah mereka hanya berjarak beberapa centi. Posisi seperti ini mengingatkan Intan saat beberapa hari yang lalu Wafi menangis dan berakhir memeluk nya.

"Mau apa lo?" gusar Intan. Dia mencari celah agar bisa kabur dari kungkungan Wafi.

"Lo mau cerai? Iya hm?"

"Iya, kenapa? Bukan masalah besar kan? Setelah cerai kita bisa hidup dijalan masing-masing, Gue juga bisa bebas dari kebusukan lo!"

WAFISKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang