26. KECANDUAN

560 51 11
                                    

"Inpo yang masih baca cerita ini!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Inpo yang masih baca cerita ini!"

***

Malam telah berganti pagi, Intan sudah siap dengan seragam sekolah dan cardigan andalan nya. Sedangkan sang pangeran Wafi masih sibuk didandani oleh pelayan, benar-benar definisi sultan. Setelah selesai mereka pergi ke ruang makan.

Intan melirik kearah Wafi yang santai memakan sarapan nya. Benarkan seperti dugaan nya kemarin. Wafi sekarang melupakan kejadian saat lelaki itu menangis dan meminta pertolongan kepadanya supaya berubah menjadi kebih baik.

"Intan, ada apa nak?" tanya Baron curiga.

Intan gelagapan. "Ehm, gak papa Kek."

"Jujur! Wafi ngapain kamu lagi? Apa dia membully kamu lagi?" tanya Baron datar. Ia tidak akan mengampuni Wafi jika berbuat buruk lagi pada Intan.

"Enggak kok Kek. Intan gak papa." balas Intan dengan senyum nya.

Hubungan Wafi dengan Baron masih belum membaik. Baron masih emosi mengingat perkataan Wafi dan tingkah laku cucu biadabnya itu. Sedangkan Wafi hanya duduk menyimak, sesekali ia menghembuskan nafasnya gusar.

"Baiklah, jika Wafi berani menyakitimu bilang ke Kakek. Oh ya, apa beberapa hari ini kamu didatangi seseorang?"

"Enggak Kek, kenapa?"

Baron terdiam sejenak sambil mengambil nafas lega. "Gak papa. Terusin makannya."

Kening Intan berkerut sejenak, setelah itu dia tak ambil pusing dan melanjutkan menyantap sarapannya. Setelah sarapannya tandas, ia ijin berangkat pada Baron dan Teratai. Intan menaiki sepeda nya yang telah terparkir di teras mansion. Namun saat ingin berangkat, seseorang memegang salah satu tangannya.

"Gue berangkat bareng boleh? Mobil gue masih belum di balikin sama Kakek." ucap Wafi dengan wajah datarnya.

Intan mengerjapkan matanya, ia terkejut saat Wafi menghentikannya. "Yakin?" cicit Intan.

"Ya. Seperti ucapan gue kemarin. Gue minta bantuan lo buat bantu gue jadi orang lebih baik dan gue gak akan bully lo lagi." ucapnya datar. Wafi memang sungguh-sungguh dengan tekadnya, tapi yang membuatnya malu setengah mati adalah sikapnya yang kemarin menangis seperti seorang bayi, sangat memalukan menurutnya. Apalagi dia sudah menangis dihadapan Intan sebanyak dua kali, sangat memalukan!

"Hah? Jadi kemarin Wafi beneran." batin Intan.

Intan terdiam mencerna perubahan Wafi, sedikit aneh tapi Intan berdoa supaya ucapan Wafi tentang tidak membully nya lagi memang benar adanya. "O-oke, naik."

Setelah nya, Intan menggonceng Wafi dengan sepeda scoopy nya. Seteleh beberapa menit perjalanan, seperti biasa, ia menurunkan Wafi jauh dari gerbang sekolah danWafi berjalan menuju sekolahnya. Saat melewati lapangan basket dia melihat banyak murid salah satunya ada Putu, Arjuna dan Garda sedang olahraga melatih persiapan menuju school champion.

WAFISKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang