|SELAMAT DATANG DI CERITA WAFISKA|
|GAK BERAT. RINGAN AJA|
*DONT COPY MY STORY*
Pertama, Wafiska Zaferion. Hasil peranakan Cina-Indo. Cucu tunggal kesayangan pengusaha berlian dan batu bara yang sangat terkenal. Kehidupan cowok bernama Wafi selalu d...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Maafkan author nya kalau up nya lama. Gue tahu gue ngangenin, sabarrr yaa." Wafiska Zaferion.
***
21. FIRST TUTOR
Wafi berjalan malas kearah Intan yang sedang menunggu nya di ruang tamu mansion. Wajah Intan terlihat kusut seperti bosan lama menunggu nya. "Mampus lo." Ia tersenyum puas dalam hati, memang ini lah yang Wafi mau. Setelah pulang sekolah ia sengaja hang-out dulu untuk mengulur waktu.
Brak
Wafi melemparkan asal tas nya diatas meja, hampir saja membuat es teh dan cimol milik Intan tumpah. "Cepet. Gue cuma punya waktu satu jam!" titah nya.
Intan berdecak marah. "Apa-apaan sih lo. Dateng-dateng buat rusuh."
"Asal lo tau. Gue udah nunggu lo dua jam! Dari mana aja lo hah!" sentak Intan. Wajah Intan benar-benar memerah kali ini. Ia sudah menunggu Wafi selama 2 jam, bukan lah waktu yang sebentar.
"Ya salah lo sendiri. Ngapain mau nungguin." Wafi dengan tampang tidak bersalah nya.
Ingin rasanya Intan mengumpat keras didepan wajah Wafi. Tapi ada Teratai di dapur yang pasti akan mendengar umpatan nya. Sedangkan Wafi mengulum bibirnya, melihat Intan seperti ini sangat menyenangkan baginya.
"Kalau gak karena Kakek. Gue ogah jadi tutor lo!" desis nya.
Wafi mengedik kan bahunya acuh.
Intan menarik nafas nya sabar. Ia memakan satu cimol nya agar bisa menetralkan amarah nya. Dalam otak nya berkali-kali merapalkan kata 'Demi Kakek'.
"Mana buku Biologi lo? Hari ini belajar mapel itu." katanya datar. Ia sungguh kesal kali ini.
"Dalem tas."
"Ya ambil dong!" gemas Intan.
"Males." Wafi merebahkan tubuh nya diatas karpet.
Intan menggeram marah. Tangan nya terkepal ingin menghantam otak goblok Wafi. "Ambil sekarang Waf! Atau gue aduin ke Kakek."
Wafi mengusap wajahnya kasar. "Dasar tukang adu!" Wafi meraba meja mencari keberadaan tas nya setelah ketemu ia lemparkan asal hingga mengenai wajah Intan.
"Wafi!" teriak Intan marah.
Melihat itu Wafi tertawa keras. "Hahaha Mampus! Mangkan nya jadi orang jangan tukang adu."
"Sialan!"
Nafas Intan memburu tak beraturan. Sudah cukup kali ini Wafi mempermain kan nya, mulai dari datang terlambat hingga melempari nya tas. Dengan muka marah nya Intan berdiri. Ia hendak menginjak kaki Wafi kemudian meninggalkan nya.
Tapi semua tak sesuai ekspetasi nya. Ia tak sengaja tersandung karpet, hingga tubuhnya limbung. Dan sial nya ia jatuh tepat diatas tubuh Wafi.
Tubuh mereka saling berhimpitan. Rambut panjang Intan menutupi wajah mereka berdua yang hanya berjarak beberapa centi. Mereka masih saling terdiam karena terkejut.