Jantung Ara berdegup kencang saat ini, Ara mau tak mau harus memberikan surat panggilan kepada orang tuanya.
"Bunda, ayah" ucap Ara dengan pelan
"Kenapa sayang ?" Tanya Meyda dengan lembut
"Aduh gimana nih, takut banget loh" ucap Ara dalam hati
"Kenapa dek ?" Tanya Daniel yang melihat Ara hanya diam
"Emm itu yah, besok di sekolah ada rapat orang tua" ucap Ara bohong
"Kamu tuh mau ngomong gitu aja lama" ucap Daniel
"Hehe" cengenges Ara
"Yaudah besok bunda ke sekolah ya" ucap Meyda
****
Meyda masuk ke dalam rumah dengan suasana hati kecewa
"Pak tolong ambilin megaphone" ucap Meyda pada salah satu pelayan di rumahnya
" Megaphone nyonya ??" Tanya pelayan itu dengan bingung
"Iyaa megaphone, masa kamu ngga tau megaphone ?! Itu yang warna putih" Ucap Meyda dengan nada kesal sambil menunjuk megaphone yang ada di meja
"Ohh, ini sih namanya toa nyonya bukan megaphone. Tak kira Megaphone itu handphone hehe" ucap pelayan itu dengan megaphone di tangannya
Meyda menatap tajam pada pelayan tersebut, candaan yang dilontarkan oleh pelayan itu tidak lucu saat situasi hati Meyda seperti ini.
Pelayan yang sadar ditatap tajam oleh majikannya, langsung membungkukkan badan dan menjulurkan tangannya menyerahkan megaphone kepada Meyda.
"CLARA MONGSTAR !!!" Teriak Meyda mengunakan megaphone
Ara tersentak mendengar teriakkan melengking Meyda, tak hanya Ara pelayan-pelayan di rumah itu pun menutup telinganya secara bersamaan.
"Keluar sekarang, bunda hitung sampai 5!!" Ucap Meyda masih menggunakan megaphone
"1"
"2"
"3"
"Kalo ga keluar kamu ngga bakalan dapat uang jajan selamanya !!"
Ara yang mendengar perkataan Meyda langsung mempersiapkan dirinya untuk menghadapi amukan ibu negara.
"4"Meyda menghela nafas panjang setelah melihat putrinya.
"Mau kamu apa sih ?? Bunda capek Ra" ucap Meyda dengan nada kecewa
"Kamu mau jadi apa ke depannya kalo kayak gini terus ??" Lanjut Meyda
"Bunda bener-bener capek dek, Bunda cuma pengen kamu sekolah yang bener, mau kamu apa?? Kamu mau putus sekolah?? Kalo kamu mau kayak gitu, saat ini juga bunda bakalan keluarin kamu dari sekolah." Lanjut Meyda dengan air mata yang telah keluar membasahi pipinya.
Meyda pergi begitu saja tanpa menunggu jawaban Ara.
Ara yang melihat Meyda menangis merasa bersalah karena perilakunya selama ini yang kurang baik, Ara berlari menuju kamarnya.
Ara menangis merasa bersalah terhadap bunda dan ayahnya yang selama ini telah berusaha untuk anaknya agar mendapatkan pendidikan, namun Ara terus menyia-nyiakannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
MY BROTHER IS MY IDOL (ON GOING)
Teen Fiction"Udah ya Ra, bobo gih. Nanti dimarahin bunda" ucap Kyy lalu mengelus rambut Ara dengan lembut "Ya ampuunn, aaaaaa bang Kyy manis banget sih sama adek" ucap Ara dalam hati, lalu mengangguk mengiyakan apa yang Kyy bilang