Jaehyun tertawa mengejek di tengah anak tangga, membiarkan Rio berjuang untuk memikirkan jawaban yang pas bagi noona nya, tentu saja Rio kesal dengan sahabat kurang ajar nya itu.
"Apa aku aneh menurut mu?" Tanya Rose lagi, wajah nya berubah sendu, karena ia tak kunjung mendapatkan jawaban dari Rio.
"Tidak, bukan begitu noona, tak ada yang aneh menurut ku, justru sebalik nya, alasan kenapa aku terus menatap noona adalah karena aku mengagumi kecantikan noona" jujur Rio polos.
Blush
Wajah Rose merona, ia tersenyum malu-malu yang membuat Rio gemas di buat nya, jantung nya berulah.
"Jangan berbohong, kamu adalah orang asing pertama yang mengatakan itu pada ku, karena selain kamu, hanya papa, mama dan Jaehyun yang memujiku cantik" ujar Rose.
"Aku memang mengatakan apa yang sesungguh nya, tak ada yang aneh pada mu, demi appa dan eomma di surga sana" balas Rio.
"Surga?" Gumam Rose
"Yaa noona, appa dan eomma ku sudah di surga" jawab Rio.
"Maaf, aku turut berduka, dan aku percaya dengan kata-kata mu" Rose merasa bersalah.
"Terima kasih noona"
"Apa karena itu kamu memutuskan untuk menjadi petarung?"
"Bisa di bilang begitu noona, aku butuh uang untuk memenuhi kebutuhan ku, dan membiayai sekolah ku" cerita Rio.
"Kenapa memilih jadi petarung?"
"Karena aku tidak memiliki keahlian yang lain" jawaban Rio membuat Rose terdiam, karena ia tak tahu harus memberi saran apa, sebab Rio masih sekolah.
"Sudah malam, bisa tolong pindahkan aku ke kamar?" Pinta Rose.
"Oh, tentu noona" jawab Rio semangat, ia lalu berdiri dan mendorong kursi roda Rose memasuki kamar.
"Maaf jika aku merepotkan mu" ucap Rose tak enak hati
"Tidak masalah noona, selama aku sanggup melakukan nya, aku tak merasa direpotkan" balas Rio.
"Gumawo Rio-yaa" ucap Rose, dan begitu tiba disamping ranjang, Rose mengulurkan kedua tangan nya, memberi kode pada Rio jika ia harus di gendong untuk memindahkan nya ke atas ranjang, Rio pun paham, ia lalu mengangkat tubuh kurus gadis Kwon itu yang lengan nya langsung melingkar di bahu Rio, untuk sejenak, rasa nya begitu sulit bagi pemuda itu untuk menarik nafas, karena wajah mereka yang saling berdekatan, kaki nya terasa lemas seperti jelly saking grogi nya.
Dengan hati-hati, Rio membaringkan Rose diatas ranjang nya, lalu menyelimuti kedua kaki gadis itu.
"Selamat malam Rio"
"Selamat malam noona, semoga mimpi indah" balas Rio
"Huft" Rio menghela nafas di depan pintu kamar Rose yang sudah tertutup rapat, sambil memukuli dada kiri nya sendiri.
"Dear jantung, kamu baik-baik saja kan di sana?" Gumam nya.
Jaehyun menunggu Rio dengan tegang, ia sudah menyiapkan diri untuk menerima amukan dari sahabat nya itu yang ia jahili tadi.
Ceklek
Rio membuka pintu kamar Jaehyun, ia menatap sahabat nya itu penasaran, karena raut wajah Rio tak menunjukan amarah.
"Gumawo Jaehyun-ahh" ucap Rio tersenyum tipis, Jaehyun terbelalak, selama ini ia belum pernah melihat Rio tersenyum, tapi sekarang ia menyaksikan nya sendiri.
"Terima kasih untuk apa?" Selidik Jaehyun penasaran, tapi Rio tak menjawab
"Rio, jangan membuat ku penasaran?" Jaehyun terus mengejar Rio yang berbaring dikarpet depan tv, ia tetap diam tak mau menjawab.
"Baiklah baiklah, aku minta maaf karena mengerjai mu tadi, sekarang ceritakan apa maksud mu dengan mengatakan terima kasih? Untuk apa?" Putus asa Jaehyun, Rio tetap acuh, ia memilih menutup tubuh nya dengan selimut dari ujung kaki sampai ujung kepala, dan ini membuat Jaehyun mengerang kesal, ia tak pernah bisa menang melawan Rio, seperti sekarang, yang dibuat penasaran setengah mati.
Pagi nya, Jaehyun dan Rio turun untuk bersiap ke sekolah, tapi mereka harus sarapan lebih dahulu.
"Rio, aku tak tahu kapan kamu datang" sapa Yuri.
"Semalam tuan bersama Jaehyun" jawab Rio membungkuk hormat.
"Oh, makan lah dulu sebelum sekolah, aku mau ke kantor sekarang" pamit Yuri.
"Ne tuan" Rio melirik ke teras biasa Rose di sana tapi tak menemukan gadis itu, yang mungkin saja belum bangun.
"Rio, ayo makan" ajak Jaehyun karena sahabat nya itu malah melamun.
Ceklek
Rose keluar bersama sang mama dari kamar nya, dia sudah mandi dan rapi, Seo mendorong kursi roda sang putri menuju teras untuk berjemur, Rio spontan menoleh, tapi tidak bagi Jaehyun karena ia sudah biasa dengan rutinitas Rose dan sang mama.
PlukDaging di mulut Rio kembali jatuh ke atas piring nya, ia lagi-lagi terpesona pada si gadis buta, noona kandung Jaehyun itu.
"Hey, ada apa dengan mu?" Bingung Jaehyun menyenggol kaki Rio dibawah meja makan.
"Hm?" Rio menyahut terkejut ke arah Jaehyun, yang menunjuk piring Rio dengan dagu nya.
"Oh" Rio pun juga bingung, ia tadi tak sadar rupa nya jika tengah menggigit daging.
"Ayo habiskan, makan yang banyak boy" Seo mengusap kepala sang putra, saat ia hendak mengambilkan sarapan untuk sang putri.
"Rio, jangan sungkan, makan lah" ujar nya pada Rio.
"Ne nyonya, terima kasih" balas Rio.
"Nanti mau mama masakan apa Jaehyun-ahh?" Tanya sang mama
"Sayur asin ma"
"Lagi?"
"Iya, Jaehyun sangat menyukai itu ma" jawab di bungsu.
"Baiklah"
Jaehyun mengajak Rio berangkat, karena Minho sudah menunggu, mereka belum bisa memakai mobil baru Jaehyun karena masih latihan, saat berjalan menuju ke mobil, lagi-lagi Rio menatap kearah Rose berada, yang tengah di suapi sang mama.
#TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
My Eyes On You
Fanfictionkisah cinta Rio, berandalan miskin yang bekerja sebagai petarung bebas, jatuh cinta pada putri mafia narkoba yang mengalami kebutaan di kedua matanya.