Rio menghela nafas, ia tak tahu kenapa Jaehyun marah pada nya, karena ia tak merasa telah berbuat salah pada sahabat nya itu.
Jaehyun keluar dari lobby rumah sakit, ia sangat marah pada Rio yang mendapat perlakuan istimewa dari Jennie, gadis incaran nya, Rio tahu itu, tapi kenapa ia tak menolak saat Jennie mengobati nya, kenapa tak menunggu Jaehyun datang, ia masih belum tahu apakah besok akan datang lagi atau tidak, sesampai di rumah, Rose sudah menunggu di ruang keluarga.
"Rio" panggil nya saat mendengar suara pintu terbuka.
"Bukan noona, ini aku" jawab Jaehyun, wajah Rose langsung berubah kecewa.
"Dia sudah tiga hari tak datang, bukan kah Rio sudah berhenti bertarung, lalu kemana dia Jaehyun-ahh?" Tanya Rose khawatir, Jaehyun pun mendekat.
"Noona" ia menggenggam tangan kanan Rose dan berlutut di hadapan nya.
"Rio di rumah sakit" beri tahu Jaehyun, Rose spontan menarik tangan nya dari genggaman sang dongsaeng, air matanya pun langsung menetes.
"Noona jangan menangis, Rio baik-baik saja, dia sudah mendapatkan pengobatan yang terbaik, papa sudah mengurus nya" panik Jaehyun.
"Aku merindukan nya" isak Rose, Jaehyun pun memeluk sang noona, ia semakin kesal pada Rio yang telah membuat noona nya menangis tapi malah bermanja dengan Jennie, ia tak memberi tahu Rose, karena takut sang noona sakit hati.
"Apa hari ini kamu sudah menemui nya?" Tanya Rose
"Sudah noona, luka nya sudah membaik"
"Dia bertarung lagi?"
"Bukan begitu, tapi atasan Rio yang selama ini membayar nya jika menang bertarung, menculik dan menghajar Rio, karena tak mau lagi bertanding" cerita Jaehyun.
"Aku ingin menemui nya Jaehyun-ahh, aku ingin bertemu Rio" tangis Rose semakin menjadi setelah mendengar cerita dari dongsaeng nya, Jaehyun pun panik.
"Dia di rumah sakit dengan siapa?" Isak Rose, Jaehyun bingung untuk menjawab, ia celingukan takut orang tua nya mendengar sang noona menangis.
"Jaehyun-ahh, apa yang terjadi?" Tanya sang mama yang baru keluar dari kamar nya karena mendengar suara Rose yang tengah menangis.
"N-noona" mulut Jaehyun seperti terkunci, Yuri pun ikut menyusul keluar, sang mama menatap tajam pada si bungsu menunggu jawaban.
"Rose ingin bertemu Rio, ma" jawab sang putri, Jaehyun menghela nafas cemas.
"Aku mengkhawatirkan nya" lanjut Rose, Seo menoleh pada sang suami yang juga kaget mendengar pengakuan sang putri, karena mereka pikir, hubungan Rio dan Rose tak sedekat ini, karena belum pernah melihat mereka berinteraksi.
"Mama, Rose ingin bertemu Rio" rengek nya masih sambil menangis.
"Sekarang sudah malam Rose" ujar Yuri lembut pada sang putri.
"Jam berkunjung sudah tutup, besok kamu bisa ke sana dengan Jaehyun" hibur Yuri
"Sekarang tidur dulu ne" sang ayah lalu mendorong kursi roda Rose dan membawa nya masuk ke kamar sang putri, mengangkat tubuh nya untuk di baringkan di atas ranjang nya, sang mama menatap sedih ke arah sang putri, dari ambang pintu kamar nya, Yuri pun keluar bersama Seo setelah menidurkan Rose.
"Jaehyun-ahh" panggil sang ayah.
"N-ne papa" jawab nya menunduk takut.
"Ada hubungan apa antara Rio dan Rose?"
"J-jaehyun tidak tahu pasti pa"
"Apa yang selama ini kamu lihat?"
"J-jaehyun hanya pernah melihat Rio menyuapi noona, membacakan novel, dan mengajak nya berbincang, itu saja pa"
"Apa Rio tidak pernah bercerita jika ia menyukai noona mu?"
"J-jaehyun tidak tahu pa" bohong nya takut.
"Besok kita bawa Rose untuk menemui Rio, jangan beritahu dia, aku ingin melihat seperti apa dia memperlakukan putri ku nanti" ujar Yuri.
"N-ne papa" jawab Jaehyun.
"Nah, sekarang tidur lah" ujar nya pada si bungsu, Jaehyun pun segera memasuki kamar nya.
Keesokan hari nya, sepulang sekolah, Jaehyun ke rumah sakit, di mana Jennie sudah berada di sana untuk mengobati Rio, awal nya ia tak tahu, jadi langsung membuka pintu begitu saja, Jaehyun terkejut, begitu juga dengan Rio dan Jennie, padahal mereka tidak sedang melakukan hal-hal aneh, Jaehyun menarik nafas marah, menatap kesal pada Rio dan Jennie bergantian, ia hendak mengurungkan niat nya untuk masuk ke kamar, tapi. . .
"Syukurlah kamu datang Jaehyun-ahh, Jennie menyiksa ku, dia terus menekan luka ku dengan kapas itu" adu Rio menunjuk pada kapas bekas obat yang di seka di luka-luka nya, Jennie terbelalak tak percaya, karena merasa di fitnah.
"Mulai sekarang, kamu saja yang mengobati ku" Rio mengulurkan kapas baru pada Jaehyun yang diam mematung.
"Apa kamu bilang?" Protes Jennie tak terima.
"Tadi. . ."
"Sssttt. . . Biar Jaehyun yang mengobati ku, sebagai perawat, kamu terlalu cerewet, pasien mu tak akan cepat sembuh jika begini" potong Rio pura-pura mengadu pada Jaehyun.
"Jaehyun-ahh, apa kamu tega melihat ku di siksa oleh nya" melas Rio, Jennie menatap kesal pada Rio, dan Jaehyun pun kemudian masuk, meraih kapas di tangan Rio, membasahi nya dengan obat, lalu ia oleskan pada luka di wajah Jaehyun.
"See?" Tanya Jaehyun pada Jennie seolah ia tengah mengajari gadis itu cara mengobati luka Rio yang benar.
"Ish kalian menyebalkan" geram Jennie, ia lalu keluar dari kamar Rio dengan wajah kesal nya, Jaehyun pun bingung, ia tak tahu jika Jennie akan semarah itu.
"Kejar dia" interuksi Rio
"Apa?" Bingung nya tak mengerti.
"Kejar dia, inilah kesempatan mu untuk mendekati Jennie" ujar Rio, yang ternyata sengaja menerima tawaran Jennie karena ingin mendekatkan sahabat nya itu dengan teman sekelas mereka, Jaehyun pun terkesiap, ia sadar dengan niat terselubung Rio, dan merasa menyesal telah menuduh nya yang tidak-tidak kemarin.
"Cepat" seru Rio, Jaehyun menatapa haru pada Rio, sebelum keluar mengejar Jennie.
#TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
My Eyes On You
Fanfictionkisah cinta Rio, berandalan miskin yang bekerja sebagai petarung bebas, jatuh cinta pada putri mafia narkoba yang mengalami kebutaan di kedua matanya.