Rose terus menatap Rio(Jisoo) yang tengah membacakan nya terusan novel City Of Angel yang belum ia selesaikan kemarin, ia merasa aneh karena nada membaca Rio(Jisoo) yang tak seperti biasa nya, pemenggalan kata-kata dan intonasi nya tidak sama.
"Mungkin karena dulu aku hanya bisa mendengar tanpa bisa melihat, jadi mungkin terdengar seperti tak sama sekarang" batin Rose.
Kriiinggg. . .
Ponsel Rose berdering, ia kini bisa dan mengoperasikan alat komunikasi berbentuk pipih itu, setelah Minho mengajari nya, Jisoo pun berhenti membaca, dan melirik Rose.
"Hallo oppa"
"Nona di mana?"
"Di cafe dekat toko buku"
"Aku jemput ya, sudah hampir malam nona"
"Baik oppa, aku tunggu"
Rose mematikan sambungan telpon nya.
"Siapa?" Tanya Jisoo.
"Minho oppa, dia akan menjemput ku" jawab Rose, Jisoo pun panik, ia takut ketahuan Minho yang mungkin akan mengenali nya.
"Aku juga pulang kalau begitu" Jisoo buru-buru berdiri.
"Tunggu, temani aku dulu sampai oppa datang" pinta Rose
"Tidak bisa Rose" tolak Jisoo.
"Oppa masih setengah jam lagi datang nya" mohon Rose memelas.
"Baiklah" Jisoo pasrah, pikir nya, ia akan kabur setelah tiga puluh menit, ia pun kembali duduk dengan gelisah, kaki nya terus bergerak grogi, dan terus memperhatikan pintu masuk cafe.
"Apa ini kebiasaan baru Rio?" Batin Rose bertanya, ternyata belum tiga puluh menit Minho sudah datang, dan Jisoo menyadari itu.
"Aku pulang, dia sudah datang" pamit nya buru-buru yang justru malah menarik perhatian Minho, pria dewasa itu menatap punggung Jisoo dengan tatapan curiga.
"Siapa pemuda tadi?" Tanya Minho, Rose gelagapan untuk menjawab.
"Aku mau cerita tapi oppa jaga rahasia ya"
"Okey"
"Rio sudah bersedia menemui ku" kekeh Rose senang.
"Lalu kenapa dia pergi dan tak menemui saya dulu nona?" Tanya Minho curiga.
"Dia malu untuk bertemu oppa, karena penolakan nya kemarin" jelas Rose, Minho menggeleng mendengar cerita nona muda nya itu.
"Tapi oppa pura-pura saja tidak tahu, okey?"
"Siap nona" mereka pun lantas pulang ke rumah.
Minho tak mengatakan apa-apa pada Rose, tapi ia curiga dengan pemuda yang mengaku sebagai Rio itu, karena tahu betul keadaan Rio seperti apa, hanya, ia belum memiliki gambaran siapa pemuda itu.
Minho menceritakan kecurigaan nya pada Mark.
"Apa tidak sebaik nya kita jebak saja pemuda itu?" Ide Mark.
"Aku takut itu akan membahayakan nyawa nona Rose" balas Minho.
"Kita belum tahu ada motiv apa dari pemuda itu, aku takut dia adalah Jisoo yang akan membalas dendam pada keluarga tuan besar" lanjut Minho.
"Tidak mungkin, aku justru khawatir dia hanya akan memanfaatkan nona yang masih polos dan lugu" pendapat Mark, mereka tengah berdiskusi berdua di ruang tamu, rumah baru itu kini hanya di tempati oleh Rose, Bong-cha dan dua pembantu lain nya, serta Mark dan Minho.
"Oppa" Rose tiba-tiba datang menghampiri Minho.
"Ya nona?" Jawab Minho yang langsung berdiri, begitu juga dengan Mark.
"Aku rindu dengan papa" lirih nya.
"Besok kami antar nona bertemu dengan tuan besar" jawab Minho, Rose mengangguk, ia lalu pergi ke kamar nya.
Di rumah Rio, pemuda itu sudah lebih baik sekarang, berkat bantuan Jennie tentu nya.
"Jenn"
"Yaa?"
"Besok temani aku betemu tuan besar ya?"
"Iya"
Di Singapura, Jaehyun menunjukan perkembangan yang signifikan setelah melakukan operasi yang kedua, untuk mengambil gumpalan darah yang tersisa di kepalanya.
"Semoga, setelah ini, putra anda akan segera sadar" ucap sang dokter pada Seohyun, yang tak pernah menyerah dan lelah demi keluarga nya, meski ia harus berjuang sendiri sekarang.
Minho sengaja memisahkan keluarga Kwon, demi keamanan, sebab ia takut keluarga Taeyeon atau anak buah nya masih menaruh dendam pada majikan nya itu, terutama Jisoo, karena ia sudah tahu, putra Kim satu-satu nya itu masih berkeliaran bebas di luar sana.
"Oppa, Rose, apa kabar kalian disana, mama dan Jaehyun merindukan kalian" batin Seo menatap foto keluarga nya yang tersimpan di dalam dompetnya.
"Keluarga Kwon Jaehyun" panggil seorang perawat, Seohyun yang tengah tertidur bersandarkan pada pilar pun terjengkit kaget.
"Yaa, saya" ia langsung berdiri cemas, kepalanya berdenyut karena di bangunkan dengan tiba-tiba.
"Mari ikut saya" ajak sang perawat, Seohyun pun mengikuti sang perawat ke ruang ICU, ia berdiri di jendela kaca yang memperlihatkan sang putra tengah di periksa oleh sang dokter, ya, Jaehyun sudah terbangun dari koma nya, ia nampak linglung, dan Seo menangis sendiri di luar, melihat sang putra bungsu yang akhir nya selamat, setelah hampir sebulan koma.
Dan di Korea, Rio bersama Jennie tengah berdiri di samping pusara Kwon Yuri, yang meninggal dalam serangan malam itu, dua mayat yang ditemukan polisi adalah Yuri dan Jisung.
"Jadi yang waktu itu bukan Jaehyun?" Tanya Jennie setelah mendengar penjelasan Rio.
"Bukan, dia adalah Jisung, bodyguard yang biasa bertugas di pintu belakang rumah keluarga Kwon" balas Rio.
"Ayo kita pulang" ajak Rio setelah hampir setengah jam berada di tempat peristirahatn terakhir Yuri, dari kejauhan, Rose nampak baru datang ke makam sang ayah bersama Minho dan Mark, mereka melihat Jennie dan Rio beranjak pergi, Rose tak curiga atau mengenali mereka, begitu juga dengan Jennie karena posisi mereka jauh.
"Hyung" Mark menatap Minho seolah memberitahu jika ada Rio asli di sana, ia hendak mengejar, tapi Minho menahan nya.
"Jangan sekarang" kode nya di belakang Rose, Minho semakin yakin jika pemuda yang mengaku Rio itu bukan Rio asli, karena Rio asli harus berjalan dengan bantuan Jennie, sedangkan yang ia lihat bersama Rose, ia mampu berajalan cepat tanpa halangan.
#TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
My Eyes On You
Fanfictionkisah cinta Rio, berandalan miskin yang bekerja sebagai petarung bebas, jatuh cinta pada putri mafia narkoba yang mengalami kebutaan di kedua matanya.