"Makasih udah mau jadi pendamping aku, aku bahagia." Ujar seorang pemuda sembari mengelus pucuk kepala sang istri.
"Aku lebih bahagia, aku tahu kamu yang terbaik."
"Makasih juga udah lebih milih aku ketimbang cowok itu." Pemuda itu bersedekap dengan bibir yang sengaja ia manyunkan
"Ihh, masih aja dibahas, dia juga udah bahagia kali sama istrinya, udah dong, kayak anak kecil."
"Habisnya, kamu tuh, tiba-tiba aja mau nikah, katanya mau perjuangin aku, mana? Huh, nyebelin."
"Kan kamu yang ngusir aku, ya suka-suka aku dong kalo mau nikah."
Raut wajah pemuda itu berubah "Iyaa sih, aku pengecut banget ya? Hampir aja aku kehilangan kamu, mungkin kalo aku telat sedikit aja, kamu pasti udah nikah kan sama mas masmu itu, nyebelin."
Sang istri terkekeh "Kamu mau tahu satu rahasia ngga?"
"Apa?"
"Sebenarnya, pernikahan ataupun rencana pernikahanku itu ngga pernah ada, aku ke Jeju cuma bener-bener ngikutin kata hatiku, ngga ada rencana apa-apa."
"Jadi maksudmu? Aku dikerjain?"
"Jungkook sama Sooyoung pelakunya, dan disaranin sama Yoongi, haha. Habisnya kalo ngga gitu, kamu mah mana mau gerak, lemah."
"Wahh bener-bener ya mereka, perlu aku kasih pelajaran nih." Pemuda itu beranjak.
"Hey, mau ke mana?"
"Mau ngasih pelajaran mereka lah."
"Jangan dong, udah malam."
"Tetep aja harus dikasih pelajaran, aku hampir jantungan tahu, tiba-tiba kamu ke Jeju terus pengen nikah."
"Hahaha, kalo dipikir-pikir eskpresi kamu waktu itu parah banget sih, pengen ketawa aku kalo inget-inget."
"Kamu ngeledek?"
"Ngga tuh."
"Berarti aku harus ngasih kamu pelajaran lebih dulu, baru nanti mereka." Pemuda itu menggelitiki tubuh sang istri.