Empat Puluh Sembilan

205 36 8
                                    

Dua tahun, selama itu, tapi lukanya ngga sembuh-sembuh, kenapa? Karena ngga ada yang berusaha nyembuhin, dibiarin aja, lukanya dibiarin kebuka, ngga pernah ada yang coba nutupin, mereka lari, dan emang ngga niat buat sembuh.

___

Joohyun meremas erat foto ditangannya, foto itu diambil dua tahun lalu, tepat setelah ia menyelesaikan sidang kelulusannya, saat itu merupakan hari paling bahagia yang ingin sekali Joohyun lupakan, namun tak pernah bisa.

Mata jernih itu menatap Joohyun dengan penuh rasa bangga, "Selamat sayang, kamu berhasil." Ujarnya sembari memeluk kekasihnya dengan sangat erat.

"Sial, aku ngga pernah sekalipun lupa, padahal udah berusaha keras aku lupain."

Joohyun kembali teringat bagaimana Seokjin datang dengan tampang lusuh menunggunya di depan pintu, menunggu Joohyun keluar dari ruangan sidang. Joohyun tidak peduli penampilan Seokjin kala itu, karena yang ia rasakan hanyalah kebahagiaan, Seokjin masih peduli padanya, ia datang untuknya.

"Hey, kenapa nangis?"

"Kamu bilang ngga bisa dateng, kok tiba-tiba dateng?" Joohyun masih terisak.

"Aku yang salah, ngga seharusnya aku ngomong kayak gitu ke kamu, maafin aku ya, aku ambil pesawat paling awal, setelah pulang kantor paginya langsung naik pesawat, maaf ya penampilan aku jadi lusuh gini."

Joohyun kembali memeluk Seokjin, "Aku ngga peduli sama penampilan kamu, yang penting kamu dateng, itu udah lebih dari cukup, maafin aku juga, aku udah egois."

"Udah dong nangisnya, gimana sidangnya? Lancar? Bisa kan jawab pertanyaan penguji?"

Joohyun mengangguk dengan antusias, "Walaupun masih ada kurangnya, tapi aku bisa jawab semua pertanyaan penguji."

"Syukurlah, seperti dugaan, Joohyunku akan selalu berhasil, di manapun dan kapanpun itu." Seokjin tersenyum sembari menghapus air mata di pipi Joohyun.

Joohyun tersenyum dan mengangguk.

Ingatan-ingatan itu kembali mengusik Joohyun, matanya kembali berkaca-kaca, "Kalo hari itu kamu dateng hanya untuk mengatakan perpisahan, lebih baik kamu ngga usah dateng Seokjin, aku kecewa sama kamu."

Joohyun merapikan kembali foto yang sudah ia remas, dan memasukkan kembali ke dalam kotak yang sudah usang, "Aku ngga pernah baik-baik aja, kamu gimana? Pasti udah bahagia ya bersama wanita pilihan orang tuamu." Joohyun tersenyum getir kemudian mengusap sisa air mata yang berada di pipinya.

___

"Gue capek Jung, ngga kehitung berapa cowok yang udah gue kenalin ke mba Joo, tapi belum ada yang berhasil."

"Kalo gue pikir-pikir mba, saran bang Yoongi dua hari yang lalu ngga ada salahnya kita coba ikutin."

"Maksud lo dengan mempertemukan mba Joo sama orang yang udah nyakitin dia lagi? Lo mau mba kita sakit lagi?"

"Bukan gitu, gue udah bilang, gue belum bisa maafin si brengsek itu sebelum dia gue tonjok, tapi kata bang Yoongi ngga salah. Bukan cuma mba Joo yang terpuruk, tapi si brengsek itu juga. Kisah mereka belum selesai, jadi mau kita cari kisah baru untuk mba Joo, ngga akan pernah berhasil karena kisah lama belum berakhir. Bisa jadi, yang bisa nyembuhin luka mba Joo, ya si pemberi lukanya sendiri. Kalo, setelah itu—"

"—mereka ngga bersatu, seenggaknya masalah mereka berdua selesai, ngga ada yang saling nyimpen dendam atau sakit hati lagi, mereka clear, dan saat itulah mba Joo bisa buka kisah baru, mulai dari awal lagi bersama orang baru, jadi, gue pikir, ngga ada salahnya kita coba."

"Huh, lo benar Jung, tapi mau cari dia ke mana? Dua tahun kita ngga pernah dapat kabar dia lagi."

"Bang Yoongi tahu kok, gue akan tanya dia, dan sesegera mungkin cari dia buat gue tonjok."

"Masih aja lo Jung."

___

Beberapa Minggu kemudian...

"Halo, Jung, gimana? Udah ketemu?"

"Uhm."

"Udah lo tonjok orangnya?"

"Belum, nggak, ngga bisa gue tonjok."

"Kenapa? Jangan bilang lo takut ya, karena badannya lebih gede dari elo?"

"Enak aja, ngga ya."

"Terus?"

"Nanti gue cerita pas sampai rumah, gue tutup dulu mba."

___

_TBC.

JINRENESTAGRAM 3 (Chat  Supranatural)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang