BAB 2 KEPUTUSAN YUKI

52 19 50
                                    

Di rumah dia sedang tertidur pulas di kamar. Sejak 10 harinya menjadi kapolda, dia pulang ke rumah tidak dalam keadaan mabuk. Bibinya senang melihat itu. Sekarang tinggal bagaimana caranya supaya Yuki menjadi pribadi yang ceria lagi.

Waktu masih sore, Bibi Siti sibuk membuat makanan di dapur, ia mengambil talenan dan tempe, lalu tempe itu diiris di atas talenan. Jari-jemarinya sudah terbiasa memasak, hingga iris-mengiris hanya memakan waktu 20 detik saja. Tempe itu ditaruh disebuah mangkok besar kemudian dicampurkan berbagai bumbu masakan lainnya. Setelah diaduk, tempe dengan berbagai campuran bumbu dituangkan ke wajan panas. Bau harum menyelimuti dapur.

Selesai memasak, ia mengumpulkan bekas masakan tadi untuk dicuci. Setelah selesai semuanya, Bibi Siti beranjak ke kamar Yuki untuk membangunkannya. "Tuan tidurnya nyenyak sekali, aku jadi ga tega," batinnya.

TOK...TOK...TOK

"Tuan, makanannya sudah siap. Aku buka pintunya ya, Tuan," ucap Bibi Siti dari luar.

Klek...

Di sudut sebelah jendela terlihat Yuki sedang tertidur dalam posisi terlentang. Corak warna kamar yang tidak berubah mengingatkan Yuki dan Yuta bercanda di kamar ini. Bibi memahami perasaan Yuki bagaimana orang tersayang pergi jauh untuk selamanya. Bibi Siti melangkahkan kaki mendekat, ia membangunkan Yuki dengan menepuk pipinya tiga kali, namun tidak ada reaksi dari Yuki. "Tuan bangun, udah malam loh. Yuk Sholat dulu," pungkasnya.

Jam dinding menunjukan pukul 18.30. gelagat Yuki membuat Bibi Siti mengakhirinya. Ia pergi dari kamar itu meninggalkan Yuki di dalam kamar. "Huaaam, ya Allah jam berapa sekarang? Aku lupa sholat magrib!" celoteh Yuki.

Dia beranjak dari kasur dan membereskan sprei dan selimut yang berantakan, dia berjalan menuju kamar mandi. Kamar mandi dan kamarnya menyatu, tak butuh waktu lama dia mengambil air wudhu dari keran yang menyala. Tiap bagian tubuh yang harus dibasuh dia siramkan sebanyak tiga kali, kemudian dia membaca doa selesai wudhu.

Keluar dari kamar mandi, dia berjalan menuju lemari untuk mengambil sajadah yang kemudian digelar dilantai dengan menghadap kiblat.

"Bismillahirrahmanirrahim, Allahuakbar."

Dengan khusyuk Yuki membaca doa-doa sholat. Tiga rokaat terakhir tangannya diusap ke kepala, lalu membaca doa lagi untuk dirinya dan keluarganya. Keseriusan sholat Yuki membuatnya tidak sadar sedang diintip Bibi Siti dari balik pintu. Bibi Siti tersenyum melihat Yuki.

Yuki berdiri dan membereskan sajadah itu. Dia pun bergegas keluar untuk makan malam. Di perjalanan tangga, dia berpapasan dengan Bibi Siti. Yuki memberikan senyuman padanya.

"Yuk, Bi makan," ucap Yuki.

"Iya, Tuan," jawab Bibi Siti.

Yuki melihat Bibi karena aneh, lalu mengucapkan kata lagi padanya, "Ada apa, Bi?"

"Tidak ada apa-apa, aku hanya senang melihat tuan muda berubah seperti ini sejak jadi Kapolda," jawabnya lagi.

"Oh gitu, emang aku yang lama gimana, Bi?"

"Ya gitu deh, dah ah lupakan. Yang terpenting adalah hari ini, lakukanlah yang terbaik untuk hari ini, jangan pikirkan hari esok ataupun masa lalu. Hari esok adalah misteri, sedangkan masa lalu adalah pelajaran," pesan Bibi Siti.

"Hahahaha, Bibi ternyata bisa bijak juga yah."

"Apaan sih, Yuk ah makan."

Mereka berdua pun berjalan bersamaan menuruni anak tangga yang cukup lebar. Sesampainya di dapur, Bibi Siti seperti biasa menyiapkan piring berisi nasi untuknya.

"Makasih, Bi."

Nyam... Nyam..Nyam

"Enak kan masakan bibi, kalo kurang nambah. Menu hari ini special karena tuan berubah jadi lebih baik," tutur Bibi Siti.

"Tuan kapan nikahnya? Umur tuan kan makin lama makin tua, masa iya ga ada pasangan yang nempel ke tuan yang ganteng, kaya raya ini sih," tanyanya sambil menggoda Yuki yang masih makan. Alhasil dia terselak makanan.

"Bibi, kalo lagi makan jangan bercanda yang enggak-enggak deh," tegur Yuki. Bibi Siti mengambilkan air lagi untuknya dan merasa bersalah.

"Iya maaf, lagian sih bibi dah lama di sini tapi belum pernah liat kenangan termanis untuk bibi. Bibi kan sudah tua, takutnya bibi ga bisa menyaksikan kamu menikah dengan orang yang kamu suka," lontar Bibi Siti.

"Iya, Iya aku tahu. Aku lagi nyari, Bi. Jadi santai saja yah," ungkap Yuki tidak jujur.

Padahal dia tidak memiliki orang yang disuka, kecuali Melia yang sudah pergi selamanya.

Aktivitas makan selesai, Yuki pergi dari dapur melangkahkan kaki ke atas dengan tujuan ke balkon. Sesampainya di sana, dia melihat bulan purnama dengan bintang yang berkelap-kelip, malam yang indah ditemani angin malam yang sejuk. Dia duduk santai dan menyalakan rokoknya.

Dulu Yuki tidak merokok dengan alasan tidak sehat, tapi hingga dia ditinggalkan sahabat-sahabatnya, dia pun memutuskan untuk merokok namun tidak sampai kecanduan. Dia menghisap rokok saat ingin menikmati kesendirian untuk menghilangkan stress di dalam pikirannya.

Matanya terpejam sambil menikmati hisapan rokok yang digenggamnya. "Kali ini apa yang akan terjadi dikehidupan baru ku ini. Semoga tidak ada lagi rekan-rekan, bawahan ku yang meninggal, aku harus merubah Kepolisian palacci menjadi lebih kuat dan lebih baik."

Tiba-tiba Yuki mendapatkan ilham ditengah kesendirian. Dia memutuskan untuk merombak sistem polisi di daerahnya. "Aku tak yakin ide ini akan disetujui seluruh petinggi polisi, tapi aku harus mencobanya. Tugasku kali ini ada di birokrasi bukan terjun ke lapangan langsung. Aku harus melindungi polisi-polisi yang baik agar tetap bertahan menjadi polisi dan akan kuturunkan tekadku untuk generasi selanjutnya."

"Ah apakah ide ini muncul dari mu, Yuta?"

"Terima kasih telah memberikan ide ini disaat aku merasa putus asa."

Yuki berdiri dengan cepat, dan turun. Dia beranjak ke kamar. merasa kebingungan, dia menanyai Bibi di mana handphonenya berada, tapi Bibi juga tidak tahu. Mungkin inilah efek keseringan minum alcohol, menjadi pelupa. Yuki keluar rumah dan membuka mobil dan ternyata handphonenya masih ada di dalam mobil. 6 jam Yuki tertidur, dia baru sadar handphonenya masih di situ. Dia kembali mengunci mobil itu dan masuk ke rumah.

"Ketemu, Tuan?" tanya Bibi Siti.

"Ketemu, Bi. Ada di dalam mobil hahahaha." Jawab Yuki cengar-cengir.

Dia pun menyalakan hpnya lalu memasukan nomer Roy untuk menelepon. Belum sampai 3 menit telepon terangkat. Yuki menceritakan apa yang ingin dilakukannya besok, dia pun harus izin ke pemimpin seluruh polisi di negeri ini. Jika sudah dapat izin dari Roy, kedepannya bakalan mudah. 30 menit berjalan, terjadi negosiasi sengit. Ternyata tak semudah apa yang dia kira. Tetapi setelahnya, Roy pun mengizinkan Yuki untuk merombak besar-besaran kepolisian palacci, Yuki pun senang.

Dia mematikan teleponnya lalu berjalan ke ruang keluarga. Yuki tak melihat Bibi ada di sini, lantas dia pun langsung terduduk di sofa putih yang empuk itu. Tangan dan kakinya bergerak secara spontan, alunan musik ini mengingatkannya saat bersama papah. Dia pun tergeletak di sofa.

DESIRE POLICE (VERSI FULL ADA DI FIZZO)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang