BAB 5 Misi rahasia (2)

25 18 62
                                    

...Kembali ke cerita utama...

"Dasar Kholik sifat pelupa masih ada, eh aku juga pelupa. Ahahahaha" tandas Yuki. Untung saja ruangannya sepi, tidak ada Ajudan bersamanya. Dia bisa tertawa lepas dan ngelakuin hal yang memalukan tanpa diliat orang.

Yuki berdiri, terdiam di depan jendela kaca melihat 5 anggota bintara divisi lalu lintas melakukan persiapan operasi jalan raya dengan naik dua mobil patroli. Satu diisi 2 orang, satunya lagi diisi 3 orang.

"Jenderal, ada tamu di ruang tunggu," ucap Ajudan yang menganggetkan dirinya.

Yuki berbalik dan menghadap ajudan. "Siapa tamunya?" tanya Yuki.

Ajudan itu berjalan maju lagi, ia mendekatkan mulutnya ke kuping Yuki dan berbisik. Yuki kaget, seakan tidak percaya. Dia pun langsung bergegas menemui tamu itu. Sesampainya, dia melihat 6 orang berpakaian jas hitam dengan dasi putih sedang duduk di ruang tunggu.

"Selamat siang bos atau saya panggil anda Jenderal?" tanya dan ucap orang itu.

Orang itu bernama Indra, ia adalah ketua pengacara di firma hukum milik Yuki. Dia menyuruh Indra beserta anak buah yang juga pengacara untuk masuk ke ruangannya. Mereka jalan bergerombol dipimpin Yuki yang berada di depan, banyak polisi yang ngeliatin kami.

"Kok tumben ke sini?" tanya Yuki.

"Ya begitulah, nanti saya ceritakan lebih detail, Bos."

Ajudan membuka pintu, Yuki menyuruh untuk masuk dan duduk.

"Tujuan saya datang ke sini adalah brangkas yang menyimpan uang-uang untuk menggaji para karyawan dicuri, 100 miliar di dalamnya ludes tak tersisa," pungkas Indra.

Yuki menepok jidat dan menarik nafas panjang lalu menghembuskan lewat mulut. Satu masalah belum selesai, datang lagi masalah lain. Dia harus sabar menghadapi ujian-ujian ini.

"Ya sudah, nanti saya kerahkan anggota untuk menyelidiki kasus ini," ujar Yuki.

Mereka mengangguk senang. Setelah melaporkan tujuannya datang bertemu Yuki, Indra dan yang lainnya berpamitan, keluar ruangan dan pergi dari kantor polisi. Yuki langsung menulis laporan di komputer dengan cepat. Selesai ditulis dan dicetak, dia menandatangani laporan itu dan menuju ruangan Wakapolda untuk minta tanda tangannya.

Yuki menelepon Kholik, dia ingin TIM G terjun ke kasusnya. Tapi dia lupa kalau TIM G sedang ada kasus lain, dia pun menugaskan divisi penyidik 2 untuk mengurus kasus ini.

Sore hari jam 16.00, tim divisi penyidik 2 yang berjumlah 10 orang berangkat ke tempat kejadian. Yuki berniat menyusulnya setelah selesai bertemu dengan Izumi di ruangannya. Menunggu Izumi yang lumayan lama, ia akhirnya tiba. Izumi langsung membeberkan informasi indikasi anggota yang ikut kudeta penggulingan Kapolda.

"Kau yakin Lidya ikut kudeta juga? Kok aku gak percaya ya," ucap Yuki.

Izumi menyerongkan wajahnya mendekat ke Yuki, lalu berkata "Coba pikirkan lagi, apa masuk akal sering bertemu dengannya? Apalagi wanita itu anggota intelejen. Aku mulai curiga saat kamu bertemu dengannya di mini market. Ngapain coba polisi intejelen kerja di mini market, apakah ada misi? Jika ada misi, harusnya kamu tau karena kamu yang ngurus dokumen surat perintah," jelas Izumi.

"Masuk akal juga teorimu, makasih yah." Dia melihat arlojinya yang sudah jam 16.15, "Gawat aku bisa telat," batin Yuki.

"Sampai sini dulu bro, aku ada urusan penting nih."

"Urusan apa?" tanyanya, Yuki menjawab, "Firma hukum ku kecurian, brangkas yang berisi 100 miliar hilang. Hari ini aku menerjunkan divisi penyidik 2 untuk mengurus kasus ini, aku pun sudah janji pada mereka untuk ikut memantau proses penyelidikan."

Ia mengangguk dan berdiri, "Ya sudah, maaf ganggu waktunya. Kebetulan aku juga rada sibuk, maaf ga bisa ikut nemani."

"Tidak apa-apa bro, makasih infonya." Mereka berdua keluar ruangan. mereka berpisah saat di halaman parkir, Yuki menaiki mobil dan langsung menuju ke tujuan.

Lampu strobo mobil polisi masih bernyala walaupun mereka sedang bekerja. Yuki memantau proses itu. Sang komandan selalu memberi perintah pada anak buahnya, walau begitu, ia juga bekerja keras. Penemuan sidik jari diambil, mereka juga menemukan korek api yang terduga milik pelaku.

Barang bukti itu disimpan dengan aman di box jinjing. Box itu dibawa komandannya menuju mobil. Tidak ada garis polisi, dikarenakan firma hukum ini terletak diruang terbuka hijau yang jarang dihuni manusia.

"Bagaimana? Sudah semua?" tanya Yuki.

"Sudah jenderal, tinggal diproses di ruang penyelidikan kami besok," Jawab anggota divisi penyidik 2.

"Kita bawa barang bukti ini ke kantor sekarang. Jenderal niatnya mau kemana lagi?" sosor Komandannya.

"Saya langsung pulang ke rumah," jawab Yuki bohong.

Mereka menaiki mobil, membunyikan klakson tanda berpamitan, Yuki melambaikan tangan lalu mengunci pintu kantor itu, dan beranjak pergi dari tempat itu.

Hari mulai gelap, lampu mobil menyala secara otomatis, begitu juga lampu gedung-gedung. Rasa capek menghadapi ujian-ujian ini memuncak. Demi mengurasi rasa capeknya, dia ke bar langganan saat belum menjadi kapolda.

Masih berpakaian polisi, dia masuk ke bar. Orang-orang yang sedang asik duduk-duduk manis ketakukan saat melihat dirinya. Bartender tersenyum, ia sudah sering bertemu dengan Yuki, dia juga menyuruh mereka tetap tenang menikmati santainya. Yuki duduk dekat bartender, "Satu vodka dingin bro."

Botol-botol berbagai macam alcohol tertata rapih di rak dinding, di meja pun dipenuhi gelas-gelas estetik. Dikocok, dibuka, lalu dituangkan ke dalam gelas. Ia menyerahkan satu gelas vodka penuh ke Yuki.

Dari kejauhan terlihat seorang wanita yang tidak jelas wajahnya, seperti orang yang kebingungan dan tidak memesan apapun membuat dirinya curiga. Saat ingin ke sana, Yuki malah lemas dan tergeletak dimeja. Wanita itu mendekat, lalu membopong dirinya. Dia dibawa ke dalam mobil dan pergi begitu saja.

Keesokan harinya, disebuah kamar terdapat manusia yang masih tertidur pulas. Entah dari mana alarm berbunyi, dia bangun karena kaget. Dia mencari sumber suara itu dan menemukannya di bawah ranjang. Yuki membuka pintu, "Padahal tadi ada di bar, kenapa sekarang sudah berada di rumah," batin Yuki.

"Bi, Bibi dimana?" teriak Yuki menuruni tangga.

Dia sangat kebingungan karena tidak ada jawaban dari bibi. Yuki membuka kulkas, mengambil teh botol dingin lalu duduk sambil menikmati teh. Dia baru keinget kalau sekarang Bibi Siti sedang cuti karena anaknya mau menikah. "Aku masih penasaran siapa yang membawa ku ke rumah."

"Aku telepon ajudan kalau aku izin ga berangkat siang ini karena telat. Aku berangkatnya nanti malam saja," ucap Yuki yang tidak didengar satu orang pun.

DESIRE POLICE (VERSI FULL ADA DI FIZZO)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang