BAB 2 KEPUTUSAN YUKI (2)

45 12 10
                                    

Keesokan harinya, langit yang mendung menutupi awan namun jam dinding menunjukan pukul 05.00. Dibalik kantuknya Yuki, dia terbangun untuk menunaikan sholat shubuh.

Setelah selesai sholat, dia langsung mandi dan berpakaian rapih. Yuki pun melihat Bibi sedang menyapu kamarnya disaat dia sedang bercermin di kamar.

"Gasik banget, Tuan. Mau ada acara apa nih?" tanya Bibi Siti.

"Iya nih, Bi. Aku mau bersih-bersih di kepolisian, doakan lancar ya."

"Oh, mau makan dulu ga? Bibi buatkan nasi goreng, gimana?" tawar Bibi Siti.

"Ga usah, biar nanti saja aku makan di kantor," tandas Yuki.

Yuki berpamitan pada Bibi Siti, dia sudah pergi jauh dari kamarnya. Dari kejauhan, Bibi mengintip di jendela kamar yang terlihat. Ia melihat Yuki sedang menghidupkan mobil. Beberapa saat kemudian, mobil itu nyala. Yuki menjalankan mobil dengan perlahan keluar dari halaman rumah yang luas.

Lalu lintas cukup lenggang disaat pagi-pagi begini. Orang kantoran mulai berangkat pada jam 07.00, tapi dijalanan masih ada mobil-mobil yang melintas. Mungkin orang-orang itu baru pulang kerja karena mendapatkan shift malam. Mobil Yuki berbelok ke kiri, tak lupa menghidupkan lampu sennya walaupun sepi. Di distrik ini, banyak perubahan 5 tahun terakhir. Bangunan tinggi-tinggi mulai banyak, dan mall yang dulu belum jadi sekarang sudah jadi, mall itu cukup mewah dengan lampu yang bersinar terang.

Tinggal 100 meter lagi Yuki sampai ke tujuan. Yuki berhenti sejenak di minimarket untuk membeli 10 softdrink. Mbak-mbak yang ada di kasir melihat Yuki wajahnya langsung memerah, "Tampan sekali polisi ini, aku jadi pengin dapetin kontaknya," gumam Mbak Kasir.

Setelah mengambil 10 softdrink, Yuki berjalan ke kasir. Dalam hatinya sebenernya tak ingin mampir ke minimarket, tapi demi memuaskan para komandan dan petinggi, dia pun membelikan softdrink untuk rapat nanti. Saat membayar, Mbak Kasir itu sedikit menggoda Yuki dan ngobrol santai, Yuki pun menjawabnya singkat.

Melihat sodoran tangan memegang hp, Yuki melihat ke depan. Mbak-mbak Kasir itu meminta nomernya, dia langsung mengambil hp Mbak Kasir lalu memasukan nomer polisi. Yuki langsung mengembalikan hp itu dan diterimanya dengan baik. Setelah dicek, ia pun kesal.

"Mas, aku ini serius, boleh minta nomer mu enggak?"

"Buat apa? Kalo untuk melapor atau pengaduan Mbak bisa ke nomer itu, pasti anggota akan bergerak. Tapi kalo anggota gak bergerak akan saya pecat, karena saya Kapolda," ucap Yuki.

"Wah hebat, Semuda ini sudah jadi Kapolda, aku jadi semakin penasaran sama kamu. Tolong boleh ya minta nomer mu? Kalo enggak, akan ku tahan Mas di sini," ancam Mbak-mbak Kasir.

"Jadi Mbaknya ngancam nih? Oke aku juga bisa ancam Mbak dengan pasal pengancaman dan penculikan, aku telepon anak buah ku dulu ya."

Dengan gesit Mbak Kasir itu mengambil hp Yuki yang ada digenggaman, Mbak Kasir girang setengah mati. Ia meledek Yuki dengan lidah dijulurkan keluar, dan menari-nari tidak jelas. "Mau kembali ke kantor aja susah banget, Hufft," Yuki menatap Mbak Kasir itu, "Ya sudah aku berikan kontak ku, jadi kembalikan hp ku dulu."

"Terima kasih, Mas. Aku janji gak akan hubungi kamu disaat jam sibuk, Mas boleh pergi sekarang."

Gadis aneh, begitu dikasih nomer, langsung melunak begitu saja. Coba kalo dari tadi, gak akan begini deh, sambil menatap keluar Yuki menghela nafas panjang. "Gak lagi-lagi aku beli-beli di sini."

BRUM...BRUM...

Mobil Tesla S Plaid melaju kencang, dibalik kaca turun rintik-rintik air. Yuki memarkirkan mobilnya di halaman parkir yang luas, Di sana sudah diisi mobil patroli, mobil anti huru-hara, dan mobil tahanan. Mencari celah-celah dibalik pintu mobil, dia tidak menemukan payung, dia pun melangkah keluar dan memasuki kantor tanpa payung.

DESIRE POLICE (VERSI FULL ADA DI FIZZO)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang