BAB 6 Balas dendam tak berujung

34 13 45
                                    

Sudah dua minggu dia jalani sepenuh hati hukuman yang diberikan roy. Walau tak bekerja sebagai polisi, selama dua minggu dia bekerja mengurus perusahaan papahnya. Para petinggi perusahaan sangat senang melihat anak yang mendirikan dan yang punya perusahaan mengurus perusahaan tersebut.

Di ruang tamu sedang asyik menonton berita sambil rebahan di sofa, datang seorang tamu mengetok pintu. Dengan lemas membukakan pintu Yuki mempersilahkan Izumi untuk masuk ke dalam, mereka duduk di sofa yang sama.

"Sudah dua minggu kamu belum ke kantor juga?" tanya Izumi yang memecah keheningan.

"Nunggu Roy datang ke sini mengembalikan atribut polisi ku, setelah itu aku langsung berangkat dan mengadakan apel," jawab Yuki. Bibi Siti menaruh dua gelas es teh ke meja, Izumi langsung meminumnya. "Nampaknya kau haus ya," kata Yuki menggoda izumi.

Muka Izumi memerah, ia langsung memalingkan celoteh Yuki dengan obrolan yang lain. Suara berita di televisi seakan membesar dengan sendirinya, Yuki dan Izumi melihat berita tentang perwira polisi berpangkat inspektur jenderal diduga meniduri PSK di rumahnya. Berita itu menyudutkan Yuki, dia memejamkan mata menahan ujian dari tuhan dan berusaha kuat, Izumi melihat wajahnya sambil menggebrak meja kayu. "Bagaimana bisa berita tanpa bukti ini ditampilkan media, kurang ajar, siapa yang menyuruh media ini!" marah Izumi.

"Tenanglah Izumi, lagian di berita tidak disebut namaku dan wajahku. Kita harus merancang rencana dan tidak terpancing rencana mereka. Lawan kita ini berat, ada pangkat diatas ku yang juga ikutan kudeta." Yuki mematikan tv, meminum teh yang masih utuh.

Izumi bangun dari duduk, ia keluar rumah begitu saja tanpa memandang tuan rumah atau pun berpamitan.

Jebret...

Pintu terbanting keras. Sang tuan rumah tidak marah, dia hanya diam di kursi melamunkan rencananya nanti kalau dirinya masuk kantor. "Mungkin aku harus membuat tim elite deh. Tim elite khusus melindungi kapolda dari ancaman luar dan dalam, seperti pasukan pengamanan presiden," batin Yuki.

Dia beranjak dari sofa menuju kamar. Bibi Siti sedang menyapu dijarak 50 meter melangkah ke ruang tamu mengambil dua gelas yang sudah tak terpakai untuk dicuci.

TOK...TOK...TOK...

Dari arah dapur belari ke pintu depan untuk menyapa tamu lagi, ia membuka pintu terlihatlah wajah yang kemarin ia temui. Bibi Siti menyuruhnya masuk dan menunggu sembari ia memannggilkan yuki. "Tuan, ada tamu yang kemarin," ucap Bibi Siti menganggetkan Yuki dari ritual rebahan.

Yuki dan Bibi turun dari lantai dua, Sesampainya di sana dia langsung bersalaman dengannya. "Kukira komandan datang nanti," ujar Yuki.

Roy datang ke rumah Yuki tidak bersama ajudannya, makanya dia bebas memanggil Roy dengan sebutan komandan bukan jenderal. Roy mengambil sesuatu dari kantong plastik besar, tangannya sudah dipenuhi atribut-atribut polisi. Ia pun menyerahkan atribut itu ke Yuki, sambil memancarkan wajah kebahagiaan dia menerima dengan semangat.

"Kamu liat berita di tv nggak?" tanya Roy.

Deg, jantung Yuki langsung berdetak kencang. Dia mengerti apa yang akan diomongkan Roy, dia menjawab dengan jujur. Roy menarik nafas kemudian membuangnya, menatap mata Yuki dalam sepuluh detik.

"Kalau media sudah memberitakan hal ini, artinya kasus ini bukan main-main lagi, Yuki. Aku terserah padamu aja maunya gimana, aku juga kasihan sama kamu."

"Aku akan membalas dendam ke mereka, aku udah cukup menderita akhir-akhir ini karenanya. Mulai nanti aku akan melakukan apel inspeksi dadakan lagi. kali ini aku akan membawa isu yang ada di berita," jawab Yuki.

Roy mengerti maksudnya, ia pun berpamitan untuk ke mabes pada Yuki. Roy mengucapkan kata penyemangat disaat terakhir, Yuki senang mendengarnya. Wajahnya kembali ceria. Tamu sudah pergi dari rumah dia berlari ke atas membawa atribut-atribut polisi, karena sudah mandi, dia langsung berganti seragam polisi.

DESIRE POLICE (VERSI FULL ADA DI FIZZO)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang