Tok...Tok...Tok...
Pintu terbuka, Bibi Siti menarik tangan Yuki. Tangannya dielus dengan lembut, Yuki merasa malu karena disaksikan temannya, "Udah bi ah, oh ya mana Amel?"
"Aku juga ga tau, Tuan," kata Bi Siti, "Dari tadi aku nyari belum ketemu," sambungnya lagi.
Yuki naik ke lantai dua, dia memanggil-manggil namanya, tapi tidak ada jawaban. Dan tiba-tiba saja dari pintu kamar Amel yang terbuka, Yuki disambar Amel. Yuki kaget tiba-tiba saja dipeluk dari belakang. "Aku kangen Kak, Please kak habis ini ajak aku yah, aku gak takut sama napi kok," ujar Amel.
Yuki terkekeh, "Maaf mel, tapi kamar ku di sana udah penuh," jawab Yuki.
Amel melepas pelukan, ia pun berjalan ke depannya. Dengan berhadap-hadapan, Amel menatap mata Yuki. Hasil dari latihan acting selama satu minggu, ia mempraktekan acting nangis dan sedih dihadapannya. Yuki merasa kasihan, dia mendekap tubuh Amel, "Sekali lagi maaf ya, mau kamu maksa nangis darah, aku ga setuju. Kamu itu perempuan, tidur satu kamar dengan jenis kelamin yang berbeda apalagi di tempat kerja itu ga pantes."
"Ya udah, sebagai gantinya cium aku." ucapnya ngambek manja, Yuki garuk-garuk kepala lalu menarik nafas panjang, Amel tersenyum. Kedua tangan Amel mengeratkan pelukannya kemudian Yuki menutup mata, perlahan mengarah ke bibir Amel.
Satu kecupan, Dirinya langsung menarik keras pelukan itu. "Udah kan? Yuk cepet nanti telat," ujar Yuki yang sudah turun anak tangga ke tiga.
Amel tersenyum puas, ia menyusul Yuki dan memegang tangannya. Mereka berjalan bersamaan saling bergandengan. Bibi Siti melihat mereka seperti pengantin baru, "Ada apa dengan mereka? tumben akur dan romantis gini," batin Siti.
"Bi aku pamit dulu ya," ucap Yuki.
"Hati-hati di jalan, Tuan," melambaikan tangan ke Yuki yang sudah di dalam mobil tesla s plaid. Sementara itu Kholik sudah pergi dari tadi menggunakan ojek online.
+++
Suasana pengadilan cukup ramai orang berlalu-lalang. Yuki dan Amel turun dari mobil, mereka berjalan lalu memasuki ruangan yang sudah ditunggu hakim, mereka duduk di kursi yang sudah disediakan.
Sang hakim mulai membacakan teks, mereka mendengarkan dengan seksama. Tibalah dimana Yuki maju mendekat hakim menanda-tangani dokumen dari hakim, dan saat dia beres, giliran Amel yang maju dan menanda-tangani dokumen. Sang hakim membenarkan posisi kacamata, mereka pun sudah kembali ke tempat duduk.
Jantung Amel berdetak kencang, Yuki yang melihat itu memegang tangannya agar sedikit lebih tenang. Amel kaget, kedua matanya menatap Yuki, ia pun tersenyum dan membalas genggaman itu dengan erat.
"Saudara Amel, apakah anda siap dan ingin melanjutkan?" tanya hakim itu.
"Si-siap," jawab Amel, sang hakim bertanya lagi tapi ke Yuki, "Saudara Yuki, apakah anda siap dan ingin melanjutkan?"
"Siap," jawab Yuki lantang.
"Baiklah," Tok.Tok.Tok, ketukan palu telah dipukul bertanda semuanya usai dan Amel sudah resmi menjadi adik Yuki. Yuki dan Amel bersalaman, Yuki merangkul gadis itu. Aksi tersebut diliat hakim yang akan beranjak pergi dari ruang persidangan.
Amel mengambil dokumen di meja lalu membacanya. Ia mendapatkan marga 'Zhuki' karena menjadi adiknya Yuki, perasaan tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata, ia sangat senang dan beruntung ditakdirkan bertemu Yuki. Mereka keluar dari ruang sidang dan pengadilan lalu menaiki mobil dan mengendarai mobil ke rumah.
Sesampainya di rumah, Bibi Siti melempar pertanyaan bertubi-tubi ke Yuki yang masih membuka jaket kulit berwarna cokelat. Yuki berjalan ke sofa, diikuti Siti. Yuki menghela nafas, mengedipkan mata beberapa kali dan melihat mata Bibi Siti. "Tenanglah bi, semua lancar, dia udah dapat marga keluargaku. Dan pertanyaan bibi yang kedua, aku setuju kalau Amel keluar jadi OB kemudian aku tugaskan dia menjadi CEO perusahaan papahku."
Bibi Siti terkejut, "Apa tidak terburu-buru? Lebih baik jadi manager dulu atau apalah, itung-itung latihan. Bukannya aku gak percaya, tapi Amel belum terlatih mengurus perusahaan besar, takutnya perusahaan jadi bangkrut dan bikin karyawan yang lain jadi kehilangan pekerjaan."
"Baiklah bi, aku akan menempatkan Amel posisi direktur pemasaran dan aku akan menguliahkan Amel di universitas terbaik di negeri ini untuk mengambil gelar ilmu ekonomi," ucap Yuki. Bibi Siti tersenyum, ia pun mendekatkan tempat duduknya, mengelus rambut Yuki seperti dulu dia kecil.
Yuki berjalan ke kamar, menyalakan komputer dan melanjutkan menulis penelitian yang tertunda. Besok hari dia harus menyetorkan Disertasi ini ke professor hukum universitas Intania.
...Ke cerita Amel...
"Hati ku gembira, asik asik, lalala~" nyanyi Amel. ia membantingkan tubuh ke kasur telentang, ia memejamkan mata sesaat. Tangan kanan memegang jantung yang berdetak cepat karena perasaan senangnya.
Kamar Amel adalah kamar papahnya Yuki, di sana difasilitasi sebuah komputer cukup tua tapi masih berfungsi, ia pun menghidupkan komputer itu. Entah apa yang akan dilakukan Amel pada komputer itu. Beberapa saat komputer itu nyala, email pun masuk di hadapannya. Ia membuka email itu, tidak ada nama pengirim dan alamat email yang tidak jelas.
Email beberapa tahun lalu baru terbuka dan terbaca, namun sayang yang baca pertama kali adalah Amel, bukan Yuki maupun Yuta. ia membaca isi email tersebut, "Yuki dan Yuta saya Om Anjar, jika kamu membaca pesan ini saya harap kamu membuka file ini. Saya percaya kamu akan membaca ini cepat atau lambat. File ini sengaja saya kunci, jika itu kamu, kamu pasti tau passwordnya." Ia pun langsung berlari meninggalkan komputer yang masih menyala.
...Kembali ke cerita utama...
"Ada apa sih mel narik-narik," keluh Yuki tangan kanan ditarik Amel menuju kamarnya. "Lepasin, aku bisa jalan sendiri." Tarikan amel terlepas, ia dan Yuki secara bersamaan masuk kamar. Amel pun berjalan lagi untuk menutup pintu.
"Kenapa di tutup? Kamu gak aneh-aneh kan?" ia hanya menggeleng, 'Hufft." Yuki duduk di kursi, membaca email itu. Maksudnya apa ini? Yuki kebingungan dengan perasaan menyesal karena baru menyadarinya sekarang. Dirinya berpikir keras tentang password yang disebutkan teman papahnya, namun dia tidak inget sama sekali.
"Kenapa baru sekarang sih, siaaal," geram Yuki.
Dia mengobrak-abrik rak buku kamar papahnya dulu, siapa tahu ada catatan rahasia di salah satu buku itu atau ada kertas terselip. Amel turut membantu, tiap buku dikeluarkan dari rak dan dibuka satu-satu. Bibi Siti yang lagi nyapu membuka kamar yang berisi dua orang, ia terbelalak kaget, "Ya ampun! Sedang apa kalian, kenapa berantakin buku sih!" kesal Bibi Siti.
"Diem deh bi, lebih baik Bibi ikut cari," ucap Yuki.
"Cari apa, Tuan? Tanyanya.
"Cari tulisan aneh." Tanpa berlama-lama Siti ikut mencari walau kurang paham.
"Mau kemana, Tuan?" tanya Bi Siti.
+++
KAMU SEDANG MEMBACA
DESIRE POLICE (VERSI FULL ADA DI FIZZO)
Mistero / ThrillerSudah lima tahun di tim g. Saat ini dia telah menjadi Kepala Polisi Daerah dengan pangkat IRJENPOL(Inspektur Jenderal Polisi). Demi melanjutkan cita-citanya, Yuki merombak struktur kepolisian di daerahnya. Revolusi yang dia lakukan membuat posisiny...