...Kembali ke cerita utama...
BUK...BUK..BUK...
Tinjuan kuat mengenai target sebanyak 50 kali. Sebelah latihan tinju, terdapat alat olahraga yang lain. Yuki menatap treadmill, menyalakan treadmill itu.
Kegiatan olahraga dilakukan tiap menjelang shubuh. Alat-alat olahraga sebelumnya tidak ada, sekarang banyak bermacam varian ditaruh halaman depan. Dia tidak takut kegelapan, dia hanya takut jika personil polisi yang baik mati lagi. Demi melakukan tugas berat itu, dia harus sering berlatih dan berlatih.
Bibi Siti menyapu ruang keluarga. Di situ ia dapat melihat Yuki berolahraga dari jendela kaca. Matanya melotot karena tidak melihat botol air disampingnya, ia bergegas ke dapur dan mengambilkan air untuk dirinya. "Terima kasih, Bi," ucap Yuki, Bibi Siti mengangguk.
Suara adzan menggema sampai rumahnya, Yuki mematikan treadmill, lalu wudhu di sana. Memasuki rumah, kakinya dilap dengan keset, dia pun naik menuju kamar.
"Tuan, ada telepon." Bi Siti terpaku melihatnya sholat, ia menunggu sampai selesai sholat.
"Masuk, Bi." Bibi Siti membuka pintu lalu masuk. Ia memberikan telepon yang masih berdering, Bibi cemas saat melihat wajah Yuki yang dingin dan pucat. "Ada apa tuan? Dia menggeleng kepala, Yuki menyuruh untuk keluar.
Telepon ini bukanlah handphone, maka dari itu, suara orang di telepon bisa terdengar orang sekitar. Yuki memperhatikan sekeliling dan mengunci pintu. "Ketemuan saya di bar sekarang!" ucap orang misterius itu.
"Halo ini siapa?" tanya Yuki. Kenapa orang misterius itu bisa tahu nomer rumah, padahal Yuki tidak pernah memberikan nomer telepon rumah ke orang lain, termasuk Izumi.
"Kalau kau mau wanita bernama Lidya ini selamat, temui saya di bar sekarang juga!"
"Maaf saja, saya tidak punya hubungan dengan wanita itu, saya menolak!" kemudian orang itu mengancam dirinya agar mau menuruti perintah. Dibalik pintu, satu kuping menempel. Bibi Siti khawatir pada Yuki.
"Bangsat, oke saya ke sana sekarang!" membuka pintu membuat Bi Siti terjatuh. "Maaf, Bi." Dia langsung lari menuruni anak tangga. Mobil Tesla miliknya sudah dihidupkan, dia pun melaju kencang keluar halaman rumah yang luas.
Marah, khawatir, dan takut itulah yang dirasakan Yuki sekarang. Bar dengan lampu kelap-kelip terlihat mata. Dua penjaga itu memperhentikan Yuki tapi setelah tahu dia polisi, langsung memberi jalan. Dentuman musik yang keras membuat sedikit kuping budeg. dia berteriak, "DIMANA LIDYA, DIMANA KALIAN MENYIMPAN WANITA ITU!" orang yang duduk-duduk manis seketika berdiri memukuli Yuki. Dimata umum, 1 lawan 10 tidak seimbang, tapi dia mampu melawan mereka.
BUK...BUK..BUK...
Satu orang tangan mulai memukul perutnya, dia menangkis dengan mudah, dibelakang ada dua orang yang siap menyerangnya juga, satu orang memegang botol kaca yang tak terisi mengarah kepalanya, dia menghindar cepat. Kaki kirinya secepat kilat menendang keras ke orang itu. Suara musik yang begitu menggema mengikuti irama berkelahian. tersisa 4 orang, mereka mengarahkan pistol ke Yuki. "Hahaha, kali ini kau yang terdesak tolol!" Yuki mengangkat tangan dan berjongkok. "Bawa wanita itu ke sini cepat!"
Ruangan yang tertutup korden terbuka, Lidya digiring dengan wajah ketakutan. "Kau tidak mau wanita ini mati kan! Kalo tidak, cepat serahkan data tentang Bayu pada kami."
"Bayu siapa, Bayu komandan divisi anti narkoba? Kenapa kau menginginkan itu bangsat." Buk, kepala Yuki ditendang. Satu orang lagi menempelkan rokok yang menyala ke lengannya, matanya terpejam dan meringis kesakitan.
"Apa benar kau kapten TIM G dulu, kenapa begitu lemah hahahaha. Aku sudah menyelidiki kemampuan mu. Ternyata benar, kau tidak bisa beladiri sempurna seperti adik mu."
KAMU SEDANG MEMBACA
DESIRE POLICE (VERSI FULL ADA DI FIZZO)
Mystery / ThrillerSudah lima tahun di tim g. Saat ini dia telah menjadi Kepala Polisi Daerah dengan pangkat IRJENPOL(Inspektur Jenderal Polisi). Demi melanjutkan cita-citanya, Yuki merombak struktur kepolisian di daerahnya. Revolusi yang dia lakukan membuat posisiny...