Bab 8 Rencana (5)

4 1 0
                                    

...Di gedung parlemen dan kepresidenan...

"Hahaha, dasar konyol. Aku mau bekerja sama dengan kepala jaksa itu? ogah amat," ujar Rafael.

Tok..Tok...Tok...

"Masuk."

Seketaris membawakan satu laporan padanya. Ia langsung izin pamit namun Rafael mencegah. "Tunggu sebentar," ia beranjak ke seketaris itu dan melihat ke sekujur tubuh, "Saya liat-liat, kamu kok makin cantik," goda Rafael, seketaris tersipu malu.

"Hahaha, becanda, sudah sana pergi," kata Rafael.

Ia kembali ke tempat duduk dan membuka laporan yang diberikan seketaris itu. Laporan ini berisi kasus-kasus yang ditangani kepala jaksa provinsi palacci. Ia berjalan ke rak buku, mengambil dokumen kejaksaan dan mencari informasi tentang kepala jaksa itu lagi.

Ia pun mengangkat gagang telepon dan memasukan nomer jaksa agung. "Halo pak jaksa, saya ingin anda memecat kepala jaksa provinsi palacci yang bernama Jhonatan, lalu saya akan mencarikan penggantinya. Kau jangan memasukan orang dulu di kursi itu, mengerti!" ucap Rafael.

Rencananya hampir selesai, ia berhasil memancing kepala jaksa Jhonatan bekerja sama melakukan hal buruk. Mulai saat ini ia akan menempatkan Yulius Cesar sebagai kepala jaksa provinsi palacci. Tujuannya agar orang itu bisa bertahan dari serangan Yuki, ia tahu rencana apa yang dilakukan Yuki sewaktu anak buah Izumi bertanya tentang Yulius.

...Di gedung kejaksaan agung...

"Kenapa jaksa agung memanggilku ke sini yah," batin Jhonatan masuk ke dalam gedung kejaksaan agung, ia mencari ruangan jaksa agung tersebut.

"Ah ini ruangannya," ia mengetok pintu dan terdengar suara menyuruh masuk, ia membuka pintu. Melihatnya dengan tatapan tajam berdiri di depannya, ia salah tingkah.

"Ada apa yah pimpinan?" tanya Jhonatan.

Jaksa agung itu memutari Jhonatan, lalu berdiri dekat di depannya. Tangan kanan menampar Jhonatan, ia pun terkejut.

"Maksudmu apa menyuruh presiden melakukan hal buruk hah! Kau mengotori kejaksaan, kau tidak pantas jadi jaksa! Mulai sekarang kau dipecat!" ucap jaksa agung, ia pun memohon-mohon padanya agar tidak dipecat, jaksa agung itu menyingkirkan tangannya. Jhonatan bersujud padanya, tapi jaksa agung menendang tubuhnya hingga terguling.

"Copot seragam jaksa mu itu dan keluar dari sini!" bentak Jaksa agung.

Ia mencopoti seragamnya sambil menangis, jaksa agung itu memberikan pakaian kaus putih untuknya, kemudian menyuruhnya menanda tangani laporan pemecatan.

Sambil menunggu Jhonatan selesai tanda tangan, jaksa agung berkata padanya, "Saya gak nyangka loh Jhonatan, kenapa bisa-bisanya kau melakukan itu. Untung saja pak presiden tidak mengungkapkan ke publik dan menyuruh saya memecatmu langsung tanpa diadakannya apel."

"Saya dijebak pak pimpinan!" bela Jhonatan, tapi pembelaan itu membuat kesabaran jaksa agung hilang lagi. Jhonatan kembali mendapatkan tonjokan di kepala dan tendangan di pinggang sebelah kanan.

"Saya sabar-sabarin, kamu masih aja ngotot. Keluar sekarang!" bentak jaksa agung.

Ia keluar dan menutup pintu yang terbanting, "Dasar kurang ajar," batin jaksa agung. Jhonatan masuk ke dalam mobil, mengemudikan mobil ke rumah walau barang-barang dirinya masih ada di kejaksaan palacci.

Telepon berbunyi...

Jaksa agung cepat-cepat mengangkat telepon itu. "Apa sudah kamu pecat si Jhonatan itu?" tanya Rafael, ia menjawab, "Sudah pak presiden, setelah bapak menyuruh saya memecatnya, saya langsung beraksi."

DESIRE POLICE (VERSI FULL ADA DI FIZZO)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang