BAB 6 Balas dendam tak berujung (4)

32 14 51
                                    

Ruangan sunyi yang tidak ada orang karena ditinggal penghuninya. Sakura pergi bersama ajudan naik mobil pribadi ke polda palacci. Tak tahu kenapa Roy menugaskan dirinya ke sana, padahal dia adalah musuh bebunyutan wanita itu.

Sesampainya di sana, wanita itu bersama ajudan disambut Yuki dan Antonius di parkiran. Yuki tak menaruh curiga, dia bersalaman hangat dan mempersilahkan masuk ke kantor. Hikiko membukakan pintu ruangan Yuki, orang-orang masuk secara berbaris. Yuki menyuruh mereka duduk.

"Saya datang ke sini karena perintah kapoli untuk melihat langsung kantor yang katanya bersih dari korupsi, suap, dan transparan." Sakura merogoh tasnya, tangan itu memegang kertas tipis yang hanya berisi dua kertas terklip. Sakura membacakan isi kertas itu.

"Bolehkah saya langsung berkeliling ke ruangan tiap divisi?"

"Oh silahkan jenderal," sahut Yuki.

Wanita itu keluar bersama ajudan. Mulai dari divisi satu melihat dari kaca jendela terlihatlah para personil yang sibuk mengerjakan laporan, seragamnya juga tidak ada yang aneh. Wanita itu pun berjalan lagi, sampai di divisi dua ia melihat lagi dari kaca jendela. Hasilnya tidak menemukan keanehan juga. Sampai di divisi intelejen melihat Lidya teman sekolah SMAnya dulu sedang melakukan pengecekan di layar.

Sebagai polisi, feelingnya aktif melihat dirinya di kaca itu. Lidya menyuruh anak buah untuk melanjutkan tugasnya, ia pun menemui Sakura di koridor. "Tumben sekali kamu datang ke sini," ucapnya.

Wanita itu menyodorkan kertas, Lidya menerimanya dengan senang hati. Matanya melihat serta hatinya membaca tulisan itu. "Oh jadi kamu ke sini karena tugas penilaian polda, dan kau dapat jatah di sini," ujar Lidya seakan sudah paham.

...Kecerita utama...

Ruangan terkunci, terdapat lima orang di situ. Yuki menarik kertas besar mulai menulis.

"Moi adalah orang yang memberitahu ke Anton kalau kemungkinan ketuanya dalang kudeta itu, tapi aku juga curiga kalau Moi juga ikutan dengan cara lain. Bagaimana kita menyelesaikan ini?" tanya Yuki menunjuk-nunjuk nama musuhnya di kertas.

Antonius mengambil pulpen dari tangan Yuki. membuat garis dan menulis ditiap garis itu. "Kau kan belum sah jadi kakaknya, saya saranin kamu rela mengorbankan Amel untuk misi ini yang kemungkinan berhasil 98%." Yuki memotong, "Sisanya? Apakah 2% itu akan menjadi 100% gagal?" Antonius menganggguk.

"Kalau Amel blunder. Bukankah bagus kudeta dibalas kudeta? Kita bikin konflik internal dan sebagai alat adu domba hanya Amel yang bisa melakukan itu."

"Oke aku setuju," jawab Yuki.

Yuki berjalan menjauh mengambil hp yang sedang diisi ulang daya.

TUT...TUT...TUT

"Halo, Amel." Sahut Yuki.

"Iya ada apa kak?"

"Langsung saja kerjain rencananya mumpung ketuanya lagi ada di sini."

"Tutup, cepet tutup," bisik Antonius sambil menunjuk kaca yang ada wajah sakura. Yuki menutup dengan cepat.

Klek...

Pintu dibuka ajudannya, ia duduk walau belum disuruh duduk. "Saya sudah berkeliling ke semua divisi, hasilnya memuaskan. Akan tetapi komandan divisi anti narkoba yang baru terlihat tidak tegas dan menjadi bully-bullyan anak buahnya. Kau yakin dengan itu? Ga lucu kan orang dengan jabatan tinggi malah dibully. Saya saranin ajudan mu bertukar posisi. Pangkatnya sama, dan cocok menempati jabatan komandan, silahkan pertimbangkan saran saya sebelum penilaian polda bulan depan ada lagi."

"Terima kasih sarannya, saya tampung dulu," jawab Yuki.

"Ngomong-ngomong kamu kok ganteng banget," goda Sakura.

DESIRE POLICE (VERSI FULL ADA DI FIZZO)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang