BAB 3 KEBERANIAN YUKI, PEMECATAN DAN KONSPIRASI KECIL-
"Hormat grak, teggap grak. Lapor, semua polisi sudah berkumpul di lapangan. Laksanakan!"
"Laksanakan!"
Pagi yang cerah, suasana begitu mencekam. Anggota propam sub divisi provost mengecek satu per satu kerapihan anggota. Disaksikan juga oleh Roy. Ia melirik Yuki, mengedipkan mata kanannya. Yuki maju ke depan mimbar dengan tatapan serius. Mereka semua melihat bertanya-tanya tentang inspeksi kali ini.
Ucapan pertama, para anggota tepuk tangan. Sedikit batuk, Yuki melanjutkan lagi, "Dihari yang cerah, saya ingin mengadakan test penggunaan narkoba pada divisi anti narkoba. Saya tau ini dadakan dan tidak sesuai peraturan yang baru saja saya sahkan. Tetapi—" dia melirik Roy, ia setuju. "Tetapi, ini perintah pemimpin tertinggi Kepolisian Intania!" ucapnya bohong.
Dia turun, melangkah ke komandan divisi propam, ia dan Yuki keluar dari lapangan dan Ajudannya berlari mengejar mereka. di dalam ruang penyelidikan propam, mereka mengambil alat-alat test narkoba. Alat itu dibopong oleh ajudan, dan komandan divisi propam.
Mereka kembali ke lapangan, para personil melihat mereka membawa alat-alat begitu banyak. Setelah selesai, Yuki menyuruh mereka membubarkan diri dan kembali bekerja kecuali divisi anti narkoba. Ajudan Yuki datang lagi membawa korden setelah diperintahkan oleh Yuki. Korden itu mulai menutupi anggota yang ditest.
Raut wajah komandannya begitu pucat, kakinya sedikit gemetar. Ia mencoba untuk tenang, Yuki melihatnya. Memakan waktu 2 jam untuk test seluruh anggota. Saat tiba giliran Komandannya, Yuki menyambut dengan sangat baik. Memberikan senyuman, dan dukungan. Ia percaya diri, dan berharap hasilnya negatif.
CUR...
Air kencing berwarna sedikit kekuningan keluar dan memasuki wadah kecil. Menutup kembali celana lalu keluar dari sana. Ia menyerahkan air kencing itu pada komandan divisi propam. Ia berjalan sedikit menjauh dari bawahannya, Yuki berjalan ke sana untuk menemani.
"Waduh," ucap spontan Komandan divisi propam.
Ada 20 anggota propam yang mengerjakan. Mereka sangat sibuk dengan alat canggihnya. Dari pemeriksaan ini mereka bisa melihat hasil-hasilnya. 5 anggota mendekat karena penasaran melihat hasil komandan divisi anti narkoba. Mereka tercengang, ada yang geleng-geleng kepala, dan menghembuskan nafas.
"Ya beginilah hasilnya. Kita harus memberi tahu Kapolda tentang ini."
Sebuah tangan melambai-lambai Yuki, dia mendekat ke sana. "Apa, Bagaimana bisa!" kepalan tangan kanan memukul-mukul tangan kiri. Ajudan Melihat dirinya yang kecewa ditenangkan. Komandan divisi anti narkoba cengar-cengir dari kejauhan.
...Cerita Komandan Divisi anti Narkoba Sebelumnya...
Sebelum tiba giliran, ia mengirim pesan singkat ke anak buahnya. Pesan itu berisi untuk menukarkan air kencing. Agak berat melakukan itu, namun ia melakukan pembayaran yang cukup mahal, yaitu uang sebesar 50.000.000,00. Pangkatnya masih kecil, gaji, dan tunjangannya belum sampai angka itu, ia setuju menerima tawarannya.
Memasuki bilik yang ditutupi korden, melihat sekeliling dan perlahan mepet sangat dekat dengan korden itu. Orang itu menawarkan diri memegang korden dan setuju. Semua orang tidak mencurigainya. Dengan cekatan, tangan kiri mengeluarkan wadah kecil yang sudah berisi air kencing, menyodorkan ke bawah dan diambil.
Komandan divisi anti narkoba keluar dan memberikan wadah berisi air kencing ke propam. Ia pun menjauh dari sana.
Saat melihat kapolda mendekat, ia bersikap seperti biasa. Merogoh saku lalu mengeluarkan hp menuliskan pesan singkat pada anggota itu. "Terima kasih telah membantuku, saya akan transfer langsung sekarang juga."
...Kembali ke cerita utama...
"Bagaimana, sudah semua ditest?"
"Sudah, Jenderal. silahkan selanjutnya mohon perintah, Jenderal." Propam menjauh dari Yuki, dia mendekat ke arah mic yang masih di mimbar. Dia memerintahkan divisi anti narkoba berkumpul lagi di lapangan. Dia juga menghubungi media untuk datang ke polda. Sejak dia bersahabat dengan Izumi, Yuki memiliki banyak kenalan khususnya para media. Media adalah alat paling berpengaruh.
Didepannya sudah berkumpul semua, Yuki selalu melihat arlojinya. Komandan propam yang ada disamping menatap wajah kegelisahannya. sudah 30 menit menunggu, belum ada media yang datang ke sini, dia pun terpaksa menyelesaikan ini dengan cepat.
Pada saat dia mau ngomong, terlihat sebuah iring-iringan mobil dengan sticker media milik mereka masing-masing. Yuki lega, tangan kanan yang memegang mic menurunkan sebentar. Orang-orang itu berlarian, menata banyak kamera di depan Yuki. Terlihat aba-aba dari seseorang, Yuki menaikan tangannya lagi dan mulai mengeluarkan suara.
"Selamat pagi menjelang siang rekan-rekan dan para media yang menyaksikan. Hari ini saya ingin melakukan pemecatan anggota lagi. Kami melakukan test, hasilnya sangat mengejutkan sekali. Saya berharap, rekan-rekan yang negatif tetaplah menjadi polisi baik dan jangan pernah coba barang haram. Sebagai tanda apreasiasi ku pada mereka yang baik, saya menghadiahkan penghargaan dan sedikit uang. Dan sebelum masuk hal itu, terlebih dahulu saya akan memanggil mereka yang positif narkoba untuk maju ke depan."
Sorotan kamera yang tadi mengarah Yuki, sekarang berubah ke orang-orang bermasalah itu. Dia tidak malu kalau polisi bermasalah masuk media, dia juga berkeinginan kepolisian Intania terbuka. Sebelum menuju keseluruhan, kepolisian palacci harus menjadi contoh bagi para kepolisian lain.
Dari 200 personil, yang positif menggunakan narkoba sebanyak 130. Dari sebanyak itu, divisi anti narkoba akan banyak kekurangan anggota dikemudian hari. Batin Yuki sangat kecewa bercampur malu. Mata Yuki hampir mengeluarkan air mata.
Upacara pemecatan tidak hormat pun berjalan. Seluruh propam menyopot pakaian polisi mereka dan mengganti dengan kaos putih, karena memakan waktu lama, Yuki diwawancarai media terlebih dahulu. Dia pun memberikan penjelasan pada media secukupnya.
...DISISI LAIN...
"Apa-apaan dia, sok pahlawan. Semoga kau tidak berkeinginan menjadi KAPOLI ( Kepala Kepolisian Intania ) . Tapi bagaimanapun Kapoli sekarang menargetkan bajingan ini." ucapnya. Ia mengganti acara tv. Tapi semua channel tv meliput Yuki, karena emosi ia mematikan tv. Ia berencana merebut hati Roy dari tangan Yuki bagaimanapun caranya.
TOK...TOK...TOK
"Masuk." Orang itu membuka pintu dan menundukan kepala padanya. Orang itu duduk berbicara serius, lalu pergi setelah mendapat perintah.
Raut wajahnya berubah lebih menakutkan. menekuk mata dan dahi, menggigit bibir sendiri dan memukul-mukul meja. "Pangkatku lebih tinggi dari kau apalagi aku bekerja di markas besar kepolisian, aku tidak akan kalah dari mu, bajingan."
...Kembali ke cerita utama...
Tiba giliran polisi yang negatif, Yuki memberikan hadiah sesuai janji, Roy pun turut membantunya dan ia setuju memberi gelar kehormatan untuk mereka.
Berhadap-hadapan dengan komandan divisi anti narkoba, dia memberikan selamat dan penghargaan padanya. Sedikit menatap jijik, dia pamit dari sana. Rasa bimbang masih menyelimuti Yuki.
Mau bagaimanapun hasilnya negatif, dia tidak bisa menuduhnya terus. Dia mencoba bersikap tenang dan membuang rasa kecurigaan padanya. Roy juga mendekat, ia memberikan gelar padanya juga. Orang itu tersenyum dan bersalaman. Roy berjalan menjauh. Dibalik pohon, Yuki menarik Roy dan berbisik padanya, "Kau yakin memberikan gelar itu padanya? Memberi gelar kehormatan itu gak main-main loh, jika kita melakukan kesalahan bagaimana?" membuang muka dan meludah ke tanah.
Roy memegang bahunya, Yuki seketika menatap. ia menenangkan Yuki dan berkata, "Lupakan dulu kecurigaan mu itu, kita harus professional. Kalau orang itu melakukan kecurangan, cepat atau lambat akan terungkap. Kau tenang saja."
TING...TING...TING
Mengambil handphone dari saku, matanya melihat isi pesan aneh. Terlalu serius menatap, Roy merasa dikacangi, ia memutuskan pergi dari hadapan Yuki. "kamu tahu ini apa?" tanya Yuki, "lah ilang, kemana dia."
KAMU SEDANG MEMBACA
DESIRE POLICE (VERSI FULL ADA DI FIZZO)
Misterio / SuspensoSudah lima tahun di tim g. Saat ini dia telah menjadi Kepala Polisi Daerah dengan pangkat IRJENPOL(Inspektur Jenderal Polisi). Demi melanjutkan cita-citanya, Yuki merombak struktur kepolisian di daerahnya. Revolusi yang dia lakukan membuat posisiny...