Kebersamaan

249 31 0
                                    

Hii guyss, i'am dea! But.. just call me deyy~~

Terimakasih sebelumnya udah luangin waktu buat baca karya gue..

And enjoy my writing..

Happy reading

•••

Gelak tawa gadis perempuan terdengar memenuhi ruang tamu yang terdapat tujuh orang disana termasuk diri nya. Dari lelocon random, tentang hari kemarin, kejadian tadi pagi, menjadi topik pembicaraan mereka di malam hari yang cukup dingin ini menjadi hangat karna kebersamaan itu.

Di temani dengan minuman hangat buatan Bunda dan juga tak lupa cupcake strawberry buatan Bunda kesukaan Putri Bimantara.

Greesa menyesap hot greentea favorit nya di sela sela obrolan mereka, ia taruh kembali cangkir itu di meja depan nya dan kembali mengeluarkan suara.

"Bun tau gak? Kemarin A' Laksi hampir ribut tau sama salah satu murid sekolah sebelah, haha.." ungkap Greesa dengan tawa diakhir ucapan nya.

Galaksi yang tengah menyesap teh manis hangat pun langsung tersedak mendengar pengakuan Greesa tentang diri nya, siap siap saja diri nya diintrogasi oleh ketiga Kakak nya juga kedua orang tua nya.

Dan benar saja, kini semua nya tengah menatap Galaksi horor kecuali Greesa dan juga Gerhana kembaran nya yang tidak menanggapi itu karna mereka berdua sudah tau.

"Oh ya? Kok bisa begitu Laksi.. Memang nya kamu ada salah apa sama mereka, nak?" ujar Bunda Delvina sedikit kaget, tetapi masih menggunakan penuturan yang lembut.

Ayah Yudistira menggeleng gelengkan kepala nya sambil menatap Galaksi tak percaya. "Ari kamu teh punya masalah apa sama mereka Laksi? Sampe mau ribut begitu? Awas aja kalo ketauan sama Ayah kamu ikutan yang gak bener apalagi sampe tawuran, naudzubillah.." peringat Ayah Yudis pada anak kembar pertama nya itu.

Galaksi dengan cepat menggeleng gelengkan kepala nya dengan air muka yang serius. "Sanes atuh Ayah, Sanes tawuran.."

(Sanes>Bukan)

"Jadi ceritana gini, pas hari jum'at teh saatos jum'atan Laksi mampir ke warung Bi Kokom anu di belakang sekolah, bade milarian rerencangan Laksi da emang atos janjian di warung Bi Kokom. Nahh.. Ti jauh teh Laksi ningali aya budak sakolaan, Laksi atos mikir mun eta rerencangan Laksi da soalna ti tukang mirip, tapi didinya Laksi salah teu ningali heula, nya atos weh pas kadinya Laksi langsung tepak pundak na terus Laksi tangkeup.."

("Jadi ceritanya gini, pas hari jumat setelah jumatan Laksi mampir ke warung Bi Kokom yang dibelakang sekolah, mau nyari temen Laksi karna emang udah janjian di warung Bi Kokom. Nah, dari jauh Laksi liat ada anak sekolahan, Laksi mikir itu temen Laksi soalnya punggung nya mirip, tapi disitu Laksi salah gak mastiin dulu, yaudah pas sampe situ Laksi tepuk pundak nya terus Laksi peluk.")

"Ehh.. Saatos kitu Laksi malah dijitak ku maneh na ceunah bari nyarios kieu 'Lo ngapain anjing?' Laksi reuwas ternyata teh sanes rerencangan Laksi, nya atos weh Laksi minta hampura terus langsung indit.."

("Ehh.. Setelah itu Laksi malah dijitak sama dia sambil dia bilang 'Lo ngapain anjing?' Laksi kaget ternyata bukan temen Laksi, yaudah Laksi minta maaf terus langsung pergi.")

Jelas Galaksi panjang lebar pada semuanya, anggota keluarga nya masih mencerna cerita Galaksi sementara si bungsu Greesa asik cekikikan mendengar pengakuan Galaksi.

Galaksi yang mendengar tawa kecil Greesa langsung menolehkan pandangan nya pada Greesa dengan tatapan horor nya. "Si Eneng mah sasadu wae.." ucap Galaksi pada Greesa.

("Si Eneng mah ngadu aja.")

"Loh, hal penting ini yakali gak Eca umumin, haha.." balas Greesa dengan gelak tawa diakhir.

Tepakan pelan melayang di kening Galaksi oleh Kakak pertama nya itu, Gautama. "Mangkanya to Dek, kalo apa apa tu yo diliat dulu! Salah orang kan bukan malu aja tapi kena jitak juga!" ujar Gautama menasehati.

"Hmm.."

"Ham hem ham hem!! Yo di dengerin to kalo Mas mu ini ngasih tau?!" gertak Gautama lagi..

Galaksi tersenyum manis, terpaksa sambil menatap Gautama sekarang. "Enya Mas Tama, Laksi ngartos.." jawab nya dengan nada yang di lembut lembutkan.

"Ah elah, gak gentle lo! Ngapa gak lo jitak balik ae tuh orang? Perkara salah orang aja dia ampe ngejitak begitu apalagi lo punya masalah coba sama dia? Bisa bisa gelut udah." timpal Kakak keduanya, Gajendra. Dengan santai ia berujar, setelah nya ia memasukkan sepotong cupcake ke dalam mulut nya.

"Nahh iya kan? Laksi oge mikirna kitu Bang, kunaon kudu dijitak coba nya padahal mah biasa weh atuh.." balas Galaksi.

("Nah iya kan? Laksi juga mikirnya gitu Bang, kenapa harus dijitak coba ya padahal mah biasa aja kali..")

"Maklum lah anak SMA emosi nya masih belum stabil, masih belum bisa ngontrol emosi sendiri." Kakak ketiga nya, Gilby ikut menimpali. Yang diberi anggukan serta acungan jempol oleh Galaksi. "Bener pisan Kak!!"

Pisan>Banget

"Lah? Lo juga anak SMA dodol!!" ucap Gerhana, adik kembar nya.

"Udah udah.. Yang penting urusan nya udah kelar kan Laksi?" tanya Bunda Delvina yang di beri anggukan ragu oleh Galaksi. "Udah gak apa apa anggap aja musibah kecil yang nimpa kamu, yang terpenting sekarang kamu udah gak ada urusan lagi sama dia." lanjut Bunda Delvina.

"Awas aja kamu Laksi ketahuan sama Ayah kamu macem macem, liat aja nanti." peringat Ayah Yudis lagi. "Muhun Ayah.." jawab Laksi sambil tertunduk.

Ayah Yudis kini bangkit dari posisi duduk nya dan bersiap untuk membuka suara. "Sini, pamitan tidur dulu sama Ayah sama Bunda." ujar Ayah Yudis sambil merentangkan kedua tangan nya.

Greesa dan kelima kakak nya pun berlari, lalu menghamburkan pelukan hangat nya pada Ayah Yudis.

Ayah Yudis mengecup kening anak anak nya satu persatu, dengan sedikit elusan kecil yang ia berikan pada kepala anak anak nya. "Selamat malam anak anak Ayah tidur yang nyenyak, persiapkan diri untuk esok hari." ujar Ayah Yudis sambil menatap mereka satu persatu.

"Matur nuwun, Ayah.."

"Makasih, Yah.."

"Thank you Ayah.."

"Hatur nuhun, Ayah.."

"Thanks Ayah.."

"Terimakasih banyak Ayah!!"

Kini bergantian, keenam turunan Bimantara itu menghampiri Ibunda tercinta nya yang selalu menyambut hangat mereka setiap saat.

Delvina mengecupi kening anak nya satu persatu, dan tak lupa ia memeluk mereka sejenak untuk memberikan kasih sayang nya yang tiada tara juga untuk kehangatan di malam hari yang cukup dingin ini. "Selamat istirahat kesayangan kesayangan nya Bunda, jangan lupa buat berdoa supaya tidur nya nyenyak dan berdoa juga untuk keberlangsungan hari esok." ucap Delvina setelah mengecup kening anak-anak nya.

"Nggih, Bun.."

"Siap, Bun!!"

"Of course, Bunda.."

"Enya, Bun.."

"Noted, Bunn.."

"Okeyy, Bundaharaaa!!"

Rentetan jawaban dari anak anak nya itu membuat Ayah Yudis dan Bunda Delvina tersenyum hangat mendengar nya, anak anak nya walaupun kini sudah beranjak dewasa masih seperti bayi dimata mereka. Yang masih harus mereka jaga, mereka dengarkan keluh kesah nya, mereka rawat dengan penuh kasih sayang.

•••

See you next chapter
⛅⛅⛅

Lucky Girl [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang