Student in Germany

30 9 0
                                    

Hii guyss, i'am dea! But.. just call me deyy~~

Terimakasih sebelumnya udah luangin waktu buat baca karya gue..

And enjoy my writing..

Happy reading

•••

Dengan masih menggunakan seragam sekolah, langkah kaki Anjeli tergesa menyusuri komleks perumahan Cendana, dengan peluh bercucuran di leher dan juga kening nya. Sambil sesekali mengecek jam pada layar ponsel nya yang sudah menunjukkan pukul 16.05 WIB.

Akhirnya setelah berlarian cukup jauh dari jalan raya ke Komplek Cendana, ia pun menapakkan kaki nya di kediaman keluarga Mavion dengan nafas yang sedikit tercekat, tubuh nya agak membungkuk sambil tangan nya memegangi kedua lutut yang agak bergetar akibat berlarian.

"Kak Lili!!" teriak Rafassya dari arah pintu utama yang kini tengah berlari kearah nya, ia pun tersenyum dan segera merubah posisi nya menjadi setengah duduk dengan kedua lutut yang menempel di rerumputan taman di halaman rumah megah Mavion.

Anjeli merentangkan kedua tangan nya guna menyambut pelukan dari Rafassya, kedua insan itu berpelukan sangat erat satu sama lain, Anjeli merasa lelah nya kian hilang seketika sekarang.

Ia sudah menganggap Rafassya sebagai adik nya sendiri yang harus ia jaga, ia timang, dan ia manja setiap detik nya. Momen itu tak luput dari perhatian Januar dan juga Danira yang sedari tadi memperhatikan interaksi mereka berdua dari arah pintu utama dengan senyum terukir di bibir kedua nya.

Rafassya melepaskan pelukan mereka secara sepihak, kini kedua nya tengah saling pandang dengan senyum merekah di bibir mereka. "Udah siap, ganteng?" tanya Anjeli sembari mencolek hidung Rafassya, gemas.

Rafassya terkikik geli sembari mengangguk semangat. "Siap dongg!! Kan mau jemput kak Rey!" jawab nya antusias.

Anjeli menanggapi nya dengan senyuman sambil mengacak sedikit surai hitam Rafassya. Dan dari arah pintu utama, terlihat Januar dan juga Danira yang tengah berjalan menghampiri kedua nya, melihat Januar dan Danira yang hampir sampai ke arah nya, Anjeli pun merubah posisi nya menjadi berdiri dan tersenyum hangat pada kedua nya. Tak lupa ia menyalimi tangan Januar dan Danira setelah mereka berada di hadapan nya.

"Gimana Anjeli? Kamu sudah siap kan, Nak?" ujar Januar membuka obrolan.

"Saya selalu siap dongg, Pa!" jawab nya antusias sambil memberi hormat pada Januar.

Januar hanya bisa geleng geleng kepala sambil tertawa kecil melihat tingkah random Anjeli, rasa nya dia seperti memiliki anak perempuan 3 minggu terakhir ini.

"Oh iya An, kamu gapapa kan ga ganti baju dulu? Soalnya tadi Rey chat ke Ibun kalo dia udah sampai di bandara, takut nya kelamaan nunggu dia." timpal Danira sambil memegang pundak kanan Anjeli.

Anjeli tersenyum manis sambil menggeleng. "Gapapa Ibunn santai aja, kayak sama siapa aja deh." balas Anjeli sembari mengambil tangan Danira yang berada di pundak nya tadi kini ia genggam dan ia elus.

Bukan hanya Anjeli dan Rafassya yang sudah sangat dekat sekarang, tetapi Januar dan Danira juga sudah menganggap Anjeli seperti putri nya sendiri karna memang mereka kebetulan tidak memiliki anak perempuan jadi mereka meminta untuk Anjeli memanggil nya seperti Rafassya dan si sulung, yaitu Ibun dan Papa.

"Permisi tuan, mobil sudah siap." ucap pak Topik yang menghampiri mereka.

Januar refleks menoleh kearah sumber suara. "Oh sudah pak Topik? Makasih ya pak, bapak gak usah antar tidak apa apa biar nanti saya yang setir mobil, bapak jaga rumah saja." ujar Januar sambil tersenyum ramah dengan memberi sedikit tepukan pada pundak pak Topik.

Lucky Girl [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang