Hii guyss, i'am dea! But.. just call me deyy~~
Terimakasih sebelumnya udah luangin waktu buat baca karya gue..
And enjoy my writing..
Happy reading
•••
Jam sudah menunjukkan pukul 22.20 menit WIB. Anjeli baru saja mendudukkan diri nya di sofa rumah nya sambil menghela nafas lelah, mata nya terpejam beberapa menit dengan jemari tangan kanan nya yang terus memijat area kening nya.
Mata nya terbuka perlahan dan pemandangan yang ia lihat ialah foto mendiang Papa nya yang terpasang di dinding ruang tamu dengan figura berwarna coklat tua, Anjeli menatap figura itu lama sekali hingga tidak berkedip sedikit pun.
Dan tanpa di sengaja dua bulir air mata meluncur melewati pipi yang sekarang sudah agak tirus itu lalu buliran air mata nya terjatuh mengenai kedua telapak tangan nya yang bergetar diatas lutut nya.
Mendengar decitan pintu terbuka, buru buru Anjeli menghapus jejak air mata nya dengan punggung tangan nya, lalu ia berpura pura bermain handphone.
"Sudah pulang kamu, An?" tanya Mawar sang Ibunda yang berjalan kearah Anjeli lalu ikut duduk disamping nya.
Anjeli mematikan hp nya lalu mendongak menatap Ibu nya diiringi dengan senyuman tipisnya. "Udah, Ma." singkat nya.
Anjeli sudah memikirkan ini secara matang, untuk memberitahu perihal kejadian sebenarnya yang terjadi pada Almarhum Papa Jordan untuk ia ceritakan pada Mama Mawar karna mungkin ini waktu yang tepat untuk memberitahukan Mama Mawar, karna bagaimana pun Mama Mawar harus tahu yang terjadi sebenarnya.
Anjeli mulai membicarakan dengan perlahan dan hati-hati, berusaha mengungkapkan kata demi kata dengan nada bicara yang lembut agar Mama Mawar tidak terlalu kaget nanti nya, walaupun Mama Mawar tetap syok dibuatnya, dan sempat meneteskan air mata di tengah tengah Anjeli menceritakan kejadian dibalik kematian Papa Jordan itu.
Setelah Anjeli menyelesaikan cerita tentang kejadian kematian Papa Jordan pada Mama Mawar, ia pikir Mama Mawar akan kembali menangis tetapi, ia malah melihat senyuman tulus yang terukir di bibir Mama Mawar, selanjutnya Mama Mawar melontarkan kalimat yang Anjeli tidak duga akan terucap. "Benar kata Papa, An. Kamu sudah dewasa. Terimakasih ya sayang sudah menyelesaikan kasus Papa dan memberikan keadilan untuk Papa juga tante Citra dan Latasha." tutur kata yang lembut keluar dari bibir pucat dan sedikit bergetar ketika mengucapkan kalimat itu.
Mereka berdua saling melemparkan senyuman satu sama lain, lalu Mama Mawar yang terlebih dahulu bergerak untuk memeluk tubuh Anjeli, Anjeli jelas tidak akan menolak pelukan hangat dari Mama Mawar, ia ikut mengelus punggung Mama Mawar dengan lembut.
Beberapa menit mereka berpelukan, hingga Anjeli yang terlebih dahulu melepaskan pelukan itu karna ia teringat akan sesuatu. "Oh iya," ucap Anjeli yang langsung membuka tas ransel nya dan mengambil sesuatu berisi amplop coklat yang lumayan tebal, lalu ia menyodorkan amplop itu kepada Mama Mawar. "Nih.. Gaji pertama Anjeli, Mama aja yang simpen buat bayaran sekolah Aurin sama Agis terus beli susu nya Lanka juga sama keperluan Ali. Anjeli belum ada bayaran apa apa kok, tenang aja.." ujar Anjeli panjang lebar diakhiri dengan senyuman lelah nya.
Mama Mawar tidak mengambil amplop yang Anjeli sodorkan itu, ia menatap amplop itu sejenak, kemudian kembali menghamburkan pelukan nya pada putri sukung nya ini. "Maafin Mama yaa, An.. Ini semua salah Mama.. " ucap Mama Mawar diiringi dengan isakan kecil.
Anjeli hanya tersenyum sambil mengelus ngelus punggung Mama Mawar yang menangis di pelukan nya. "Mama gak usah bilang gitu, gak ada satu pun yang salah disini. Semua ini udah takdir Tuhan, kehidupan ini juga udah Tuhan rangkai sedemikian rupa, kita gak boleh menyalahkan sesuatu yang memang sudah ditakdirkan untuk kita." ucapan Anjeli yang mengalir lancar sambil terus menenangkan Mama Mawar.
Anjeli paling tidak bisa menangis jika ada orang disekitarnya, bahkan walaupun orang itu menangis bersama nya seperti sekarang ia hanya akan menenangkan nya, tidak ikut terpancing untuk menangis.
Satu kali, hanya satu kali ia pernah menangis bersama seseorang yaitu, mendiang Papa Jordan.
Mawar melepaskan pelukan nya pada Anjeli, ia mengusap jejak air mata nya pada pipi nya dan kini ia menatap anak sulung nya itu. "Kalo kamu cape berhenti aja ya? Jangan di paksa? Lagian mendiang Papa mu ninggalin tabungan yang sangat cukup untuk kita semua kok, An.." ujar Mama Mawar sambil memegang satu tangan Anjeli.
Anjeli menggeleng pelan sambil tersenyum lembut. "Tabungan peninggalan Papa biarin simpen dulu aja, uang itu buat nanti adek adek Anjeli masuk perguruan tinggi sesuai permintaan Papa yang mau anak anak nya sarjana semua." jawab Anjeli dengan tenang.
Anjeli mengambil tangan Mama Mawar yang sedari tadi berada diatas tangan nya, kemudian ia taruh amplop coklat tadi di telapak tangan Mama Mawar itu. "Pergunain dengan baik ya, Ma.." lanjut nya dengan suara sedikit bergetar.
Mama Mawar kembali menangis sambil memeluk putri sulung nya itu, Mawar selalu menyalahkan diri nya sendiri di keadaan yang sekarang, yang seharusnya ia bekerja tetapi malah Anjeli karna posisi nya yang baru melahirkan dua bulan lalu dan tidak bisa meninggalkan anak nya yang masih bayi.
Dan disatu sisi, Anjeli selalu berkata jika ini semua bukan salah Ibu, ia selalu meyakinkan Ibu nya bahwa ini semua bukan salah nya, melainkan skenario Tuhan yang begitu indah untuk keluarga mereka.
•••
Sementara di kediaman lain, alunan orchestra clasic terdengar di satu ruangan gelap yang dipenuhi dengan berbagai macam jenis lukisan, dari yang abstrak hingga berbentuk.
Latasha sedang bersenandung sambil menutup mata dengan jari jari nya yang terus bergerak diatas kanvas putih yang sudah terkenai berbagai macam cat air yang ada di jemari nya.
Ia menari kesana dan kemari sambil berputar putar hingga dress yang ia kenakan pun mengikuti ritme gerak nya, dengan keadaan mata tertutup. Jemari lentik nya kembali ia kenakan pada cat yang warna nya telah bercampuran yang berada diatas palet, kemudian jemari nya kembali mengayun cantik diatas kanvas tadi, kejadian itu mengalir begitu halus seperti sudah sering melakukan nya.
Pintu ruangan itu terbuka di iringi dengan lampu ruangan itu menyala membuat Latasha terpaksa berhenti melakukan aktivitas nya.
"Mamii..." rengek nya sambil berlari kearah Mami nya dengan kedua tangan di buka lebar.
Citra dengan senang hati menyambut pelukan hangat anak semata wayang nya itu, walaupun Latasha di penuhi dengan cat air. "Udahan yu terapi nya? Shasha mandi udah Mami siapin air hangat nya baju nya juga, habis itu kita tidur udah malam soalnya, okee??" ujar Citra di sela sela kegiatan pelukan hangat keduanya.
Latasha mengangguk di dalam pelukan Mami kesayangan nya itu lalu berkata. "Okeyy, Mamiii..." balas nya.
Ada yang rusak fisik dan juga mental nya, karna ditinggalkan seseorang yang menjadi cinta pertama nya di dunia. Dan ada juga yang dirusak fisik dan mental nya oleh seseorang yang seharusnya menjadi cinta pertama nya tetapi malah menjadi luka pertama nya.
•••
See youu next chapter
⛅⛅⛅
KAMU SEDANG MEMBACA
Lucky Girl [SUDAH TERBIT]
Novela JuvenilTentang kehidupan seorang gadis yang sempurna dan beruntung dalam segala hal. Tentang takdir yang sangat indah untuk diri nya. Dan tentang skenario yang Tuhan tulis begitu sempurna untuk keberlangsungan hidup nya. Tentang Greesa Aurora Bimantara, p...