Di sore yang indah ini, Beca dan Pricillia memutuskan untuk berkeliling pusat perbelanjaan, dan menghabiskan uang yang telah mereka kumpulkan dengan keringat mereka sendiri.
Sudah hampir sejam mereka disana, dan Beca sama sekali tak membeli apapun. Ia tak suka dengan hal beginian, tetapi, sebagai teman yang baik, ia akan menemani Pricillia dengan sabar.
"Becaaa, kamu gak mau beli? Kalung itu bagus." ujar Pricillia dengan semangat.
"Lia, aku udah bilang, aksesoris di rumah aku masih banyak." balas Beca dengan malas.
"Ya gapapa lah Bec, kamu kan kaya. Kamu beli banyak-banyak biar dikoleksi aja, nanti kalo kamu bangkrut kan bisa jual lagi." ujar Pricillia dengan cerdasnya.
Beca tak menanggapi celotehan sahabatnya, ia lebih memilih diam dan melihat Pricillia yang sibuk dengan aksesoris-aksesoris didepannya.
Setelah hampir 50 menitan di toko perhiasan, akhirnya mereka memutuskan untuk mencari makan.
"Kamu mau makan dimana, Bec?" tanya Pricillia sambil celingukan mencari restoran yang pas.
"Serah kamu aja." balas Beca.
"Yaudah, kita makan di restoran China itu aja, Gimana?" tanya Pricillia lagi.
"Serah kamu, Lia." balas Beca yang mulai kesal.
"Oke! Kita ke restoran Italia aja, lagi pengen." akhir Pricillia, lalu berjalan ke restoran Italia yang ada disebelah restoran China yang ia rekomendasikan tadi.
"Dia kenapa sih.." gumam Beca.
Akhirnya mereka memasuki restoran Italia itu, lalu duduk di meja pojokan. Setelah memesan, seperti manusia pada umumnya, mereka berbincang banyak hal sampai akhirnya Pricillia menyinggung soal percintaan.
"Bec, ga ada niatan buat cari yang baru?" tanya Pricillia dengan serius.
Beca menghela nafas, ia tak suka pembicaraan ini, sungguh tak menarik baginya.
"Nanti aja, aku sibuk." jawab Beca seadanya.
"Udah bertahun-tahun loh, Bec." ujar Pricillia sedih.
Sahabatnya trauma akan cinta.
"Iya nanti carinya, aku lagi sibuk, perusahaan punya sedikit masalah akhir-akhir ini." jelas Beca lagi.
"Yaudah kamu gak usah repot-repot nyari, biar aku yang cariin aja, gimana?" tawar Pricillia.
"Gak, makasih." ketus Beca.
Pricillia pun memasang wajah sedihnya, lagi-lagi Beca menghela nafas, lelah dengan perilaku Pricillia yang manja dan keras kepala.
"Yaudah sana cariin, kalo gak pas ya aku buang." ujar Beca seadanya.
Senyum model itu merekah, ia sangat pandai dalam membujuk sahabatnya.
Setelah itu, makanan mereka pun datang dan akhirnya mereka menyantap hidangan yang disajikan dengan tenang.
***
Disisi lain, Cristal sedang berjalan dengan lesu, ia menunduk sepanjang jalan. Merasa kakinya mulai sakit berjalan, ia memilih duduk di bangku taman kota untuk beristirahat sejenak.
Ia termenung di sana dalam beberapa menit, ia lelah, ingin berhenti. Tetapi ia tak boleh egois, ibu dan adiknya menaruh harapan padanya.
Tangannya dengan kasar mengusap wajahnya, menepuk-nepuk pipinya dan berdiri dari duduknya. Ia harus kuat, harus!
Kembali dia melangkah kan kakinya mencari kerja.
"Aku gak berpendidikan, jadi kalo kerja kantoran pasti gak sanggup..Oke, kerja jadi pembantu rumah tangga aja, atau pelayan restoran aja.." gumamnya sambil terus berjalan.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Workaholic Girlfriend
RomanceWoman x Woman Rebeca Georgino Key, pengusaha muda itu butuh seseorang untuk menghangatkan hatinya yang telah lama mendingin. Disaat sedang mencari seseorang yang pas dengan kriterianya, ia menemukan Dia. Dia yang membuat Rebeca jatuh cinta, dan mer...