Part Twenty Two

1.6K 185 6
                                    


Beca termenung menatap sepatunya, di sore yang indah ini ia ditinggal sendirian di taman.

Helaan nafas berkali-kali lolos dari bibirnya, angin sore yang lumayan dingin tak ia pedulikan. Otak cerdasnya sedang berhenti bekerja, memberi waktu untuk perasaannya mengambil alih tubuhnya.

Perasaan yang tak bisa ia jelaskan dengan logikanya.

Hingga ia menoleh saat ada yang menepuk pundaknya, ia menatap datar orang itu sembari mendengus pelan.

"Sorry lama." ujar Cristal menyengir.

"Hm."

"Yah, masa gitu doang marah."

"Bunda gimana?" tanya Beca serius.

"Gimana apanya?" balas Cristal menatap jahil wanita itu.

Beca mendengus kesal, ia kembali menatap sepatunya dengan tatapan kosongnya.

"Kamu kenapa?" tanya Cristal mengelus pipi kekasihnya.

"Gapapa, cuman kepikiran sama omongan bunda aja." jawab Beca pelan.

Dia memang sedari tadi diganggu bayangan percakapannya dengan calon mertuanya beberapa jam lalu, sungguh ia tak bisa berpikir jernih hanya karena satu kalimat dari wanita itu.

Cristal tersenyum, hatinya menghangat saat Beca memanggil bundanya tanpa embel-embel tante, tapi langsung bunda.

"Menurut kamu, bunda terima gak ya kalo aku nikahin kamu di luar negri?" celetuk Beca membuat senyum Cristal luntur.

Beca menoleh, menatap dalam manik coklat indah itu. Menyadari perubahan ekspresi wanita itu, membuat sebuah pertanyaan lolos dari bibir indahnya.

"Kamu... gak mau nikah sama aku?" tanya Beca serius.

Cristal terdiam cukup lama.

"Jawab..."

"Aku-"

"Cris, bunda manggil." potong Putri yang tiba-tiba muncul.

Cristal menoleh lalu bergegas meninggalkan taman begitu saja tanpa menjawab pertanyaan tersebut, meninggalkan Beca yang masih menatap punggung wanita yang perlahan menghilang dari pandangannya.

"Eh, lagi bicara serius ya? Sorry ganggu." ujar Putri yang baru menyadari aura sekitarnya.

Beca mengangguk pelan lalu bangkit dari duduknya, ia berjalan menuju parkiran dan bergegas meninggalkan tempat itu.

***





"Bun? Perlu sesuatu?" tanya Cristal yang baru memasuki ruangan bundanya.

Evelyn tersenyum, ia menepuk-nepuk kursi sebelahnya memberi tanda pada Cristal. Setelah merasa posisi Cristal sudah nyaman, ia mulai membuka obrolan.

"Senjanya indah ya." ujar Evelyn menatap keluar jendela.

Cristal tersenyum, ia ikut menatap langit senja yang terpampang. Warna jingga yang mampu memikat siapa saja, suasana tenang yang selalu menenangkan.

"Senja bakal balik lagi esok hari, meskipun dia diabaikan, meskipun banyak yang tidak peduli dengan keindahannya, tapi dia selalu ada esok harinya dan menemanimu setiap kamu butuh." ujar Evelyn yang didengar dengan baik oleh Cristal.

"Tapi manusia beda, manusia gak bakal selamanya bisa menemani harimu. Suatu saat dirinya akan pergi meninggalkanmu,
jadi kamu harus menikmati kehadirannya selagi ada." lanjut Evelyn membuat Cristal merasa tersindir.

"Kamu yakin sama Beca?" tanya Evelyn menoleh menatap putri sulungnya.

Cristal terdiam, ia memainkan jarinya menghindari tatapan Bundanya.

My Workaholic GirlfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang