Part Fourteen

1.6K 188 7
                                    

Pagi yang lumayan cerah dari pagi sebelumnya, meskipun hawa dingin dan awan hitam masih menyelimuti kota itu.

Rebeca, wanita yang memiliki paras yang sempurna itu sepertinya bangun lebih awal dari keempat wanita lainnya.

Ia membuka gorden kamarnya lalu berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri, tak ada niatan untuk mandi karena hawa yang begitu dingin.

Setelah selesai membersihkan wajahnya, ia turun ke bawah untuk membuat sarapan dan secangkir teh hangat. Saat sampai diruang tamu, emosinya terpancing saat melihat plastik Snack yang berserakan dimana-mana.

"Pricillia kampret!" umpatnya dengan kesal.

Niatan membuat sarapannya pupus, ia mengikat rambutnya asal lalu mengambil sapu.

Kekesalannya memuncak saat melihat laptopnya yang ia tinggalkan di atas meja semalam sudah berada di belakang sofa dengan posisi terbuka.

Setelah membersihkan semuanya, ia melirik jam dinding lalu menghembuskan nafasnya. Ternyata masih jam 5:45, wajar jika keempat manusia lainnya masih tidur. Mengingat semalam mereka tidur diatas jam 12.

Ia pun merebahkan tubuhnya di sofa, dingin yang ia rasakan saat kulit putihnya menyentuh kulit sofa yang terbuat dari kulit (?)

Saat ia mulai merasa ketenangan pagi hari, ia dikejutkan dengan suara lantang khas Friska.

"Good Morning!" seru Friska gembira.

"Hufftt...Bad morning for me." gumam Beca memejamkan matanya.

"Kamu kenapa? Tumben banget males-malesan gitu, pagi-pagi pula." tanya Friska kemudian duduk di karpet.

Wanita itu membuka aplikasi chatting nya dan mulai sibuk dengan dunianya sendiri, melupakan sahabatnya yang mulai menyadari sesuatu.

"Loh...kok gak ada?" ujar Beca saat tak mendapati benda yang ia cari di sekitaran lokasi laptopnya tadi berada.

"Kamu cari apa?" tanya Friska saat wajahnya tertimpa bantal sofa yang Beca lempar asal.

"Flashdisk aku, data-data penting hari ini ada disana!" ujar Beca panik.

"Coba lebih teliti carinya." usul Friska dan kembali fokus pada handphonenya.

"GAK ADA FRISKA!!" teriak Beca saking paniknya.

"GAK USAH TERIAK GITU JUGA KALI!!" amuk Friska karena kesal dikagetkan.

Wanita berprofesi sebagai pengacara itu bangkit dari duduk cantiknya lalu berjalan kearah sofa untuk membantu sahabatnya yang mulai pucat wajahnya.

"Ini apa?!" gertak Friska menunjukkan flashdisk yang sedari tadi dicari.

"Kok bisa?! Tadi gak ada sumpah!!" ujar Beca histeris.

"Apasih pagi-pagi dah ribut!" celetuk Pricillia yang baru datang.

Beca yang mendengar suara wanita itu langsung menoleh, menatap tajam sahabatnya yang berdiri sepuluh langkah dari nya dengan muka bantal dan wajah polosnya.

"Kamu kenapa? Aku sexy?" ujar Pricillia serius saat melihat tatapan sahabatnya.

"Pftt..anak orang bener-bener kelakuannya." ujar Friska yang kembali pada dunianya.

"Semalam udah aku bilang kan kalo abis makan tuh plastiknya di bersihin?" ujar Beca datar.

Pricillia mulai tersadar, ia mulai paham arah pembicaraan ini. Perlahan ia mendekat ke arah Beca, memegang kedua bahu wanita itu lalu menatap dalam manik hitam yang selalu memikat para kaum adam diluar sana.

My Workaholic GirlfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang