Mobil Friska melaju membelah jalanan kota yang sudah sepi, kedua perempuan itu tak mengeluarkan sepatah kata pun. Yang satu sibuk dengan jalanan, yang satu lagi dengan pikirannya. Saat mereka melewati club malam, Friska mulai berbicara.
"Eh, liat deh tuh cewek. Kayaknya bakal diapa-apain gak sih sama cowok disebelahnya, iya kan?" ujar Friska memelankan laju mobilnya.
"Gak tau, kok kamu peduli?" ujar Cristal menoleh kearah Friska.
"Menarik perhatian doang, lagi pula aku cuman nebak. Tolongin gak nih?" ujar Friska yang mulai resah melihat tangan Lelaki yang menyentuh pundak Perempuan yang sedikit menyita perhatiannya.
"Hmm, keknya bahaya juga sih. Tapi kalo mereka ternyata pasangan gimana?" ujar Cristal, bukannya tak ingin membantu atau gimana.
Cuman dulu dia juga mau nolongin cewek yang didekati cowok, eh malah pipinya ditampar. Kan Trauma.
"Coba aja dulu, kasian juga kan." ujar Friska, kemudian turun dari mobil yang entah sejak kapan sudah terparkir.
Cristal hanya memantau Friska yang mulai berjalan mendekati kedua muda mudi itu.
"Permisi, saya hanya ingin memastikan kalau nona nya baik-baik saja? Anda terlihat mabuk." ujar Friska sopan.
"Doi gua baik-baik aja, udah sana lu. Atau lu mau threesome bareng kita?" ujar lelaki itu menatap Friska dengan tatapan laparnya.
Friska tersenyum manis, lalu..
"Najis, anda lebih baik berkaca baik-baik. Modelan seperti anda mau ngajak saya begituan?! Apa kabar dunia?! Lebih baik saya jadi perawan seumur hidup dari pada tidur dengan anda, Menjijikan!" Sarkas Friska.
Oh, Friska memang tipe Body Shaming jadi jangan heran. Dia lebih tepatnya memilih untuk tidak munafik, dari pada menyembunyikan apa yang ia pikirkan.
Lelaki itu menatap Friska tajam, lalu mengeluarkan smirk yang menurut Friska sangat-sangat menjijikkan.
Menyesal dia telah datang kesini, buang-buang waktu saja!
"Jadi lo masih perawan? Ugh, sempit banget dong." ujar lelaki itu yang membuat Friska tambah jengkel.
"Udah, lo sana pergi! Gue gak kenal lo, dan jangan harap bisa nidurin gue, anj**g!" bentak perempuan yang sedari tadi memperhatikan mereka berdua.
"Tch!" Friska berjalan meninggalkan keduanya dengan wajah jengkelnya.
"Tunggu!" teriak perempuan itu lalu menarik tangan Friska.
"Apa?!" ujar Friska kesal.
Perempuan itu hanya tersenyum lalu menaruh sebuah surat di tangan Friska, lalu berlalu pergi.
Friska melihat surat itu, nomor telepon?
Ia menatap perempuan yang semakin berjalan menjauh, dengan anggun dan menawan.
Okay, mungkin masa-masa singlenya akan berakhir sebentar lagi.
Saat menyadari bahwa dia ada janji, wanita itu langsung berlari menuju mobilnya dengan tergesa-gesa. Ia memasuki mobilnya dengan senyum merekah.
"Kamu lesbian?"
"Eh Ayam! Aduh kamu bikin kaget aja, tadi kamu bilang apa?" ujar Friska yang mulai menjalankan mobilnya.
"Tadi aku tanya, kamu lesbian?" ulang Cristal yang membuat Friska mengerem mobil yang baru melaju beberapa meter.
Ia menoleh cepat kearah Cristal yang menatapnya bingung, lalu menghela nafas pelan.
"Biseksual lebih tepatnya." jawab Friska lalu menjalankan kembali mobilnya.
Cristal hanya mengangguk paham lalu terdiam sejenak, ia sedang bergelut dengan pikirannya. Entah apa yang ia pikirkan, ia kembali menyeletuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Workaholic Girlfriend
RomanceWoman x Woman Rebeca Georgino Key, pengusaha muda itu butuh seseorang untuk menghangatkan hatinya yang telah lama mendingin. Disaat sedang mencari seseorang yang pas dengan kriterianya, ia menemukan Dia. Dia yang membuat Rebeca jatuh cinta, dan mer...