Part Three

2.3K 255 12
                                    

Wanita itu membuka matanya perlahan, tetapi kembali menutupnya saat cahaya terang menganggu inderanya.

'Cahaya surga kah?' batin Cristal.

Tetapi ia menepis anggapan konyolnya karena mencium bau obat-obatan, sudah ditebak dia ada dirumah sakit. Ia berbaring di sana tanpa ada niat untuk bangun, entahlah, antara malas dan sakit.

Ia menggerakkan jarinya memainkan sprei kasur yang ia tempati saat ini, dengan mata yang masih tertutup.

"Anda sudah bangun?" Indra pendengaran nya menangkap jelas suara seorang wanita.

'Palingan suster atau dokter.' batin Cristal.

"Hmm." Cristal hanya berdehem karena sedang sakit, bukan pendiam. Garis bawahi!

"Soal kecelakaan tadi, saya minta maaf." ujar Wanita itu lagi.

Cristal membuka matanya perlahan, ternyata orang yang menabraknya, bukan dokter ataupun suster.

Saat matanya terbuka sepenuhnya, dengan jelas ia melihat Wanita yang mungkin sedari tadi menunggunya siuman.

'Cantik.' batin nya lagi.

"Umm, saya akan ganti rugi." ujar wanita itu dengan senyum.

"Ganti rugi? Untuk apa? Toh, saya tidak rugi apa-apa. Yang harus ganti rugi itu saya, gimana kalo mobil anda lecet gara-gara saya? Lagi pula, emang yang salah itu saya kok." ujar Cristal panjang lebar.

Wanita itu tersenyum lega, setelah itu ia keluar begitu saja tanpa berkata lagi.

"Cantik-cantik gak sopan, kayak aku dong, cantik, sopan, baik, rajin, paket lengkap." gumam Cristal.

Ia kemudian bangkit dari tidurnya, tetapi ia merasakan sakit yang luar biasa di punggungnya.

"Awhh..sakit banget Ya Tuhan." desisnya.

"Eh?! Tidur dulu, jangan banyak gerak! Dokter bentar lagi datang." tiba-tiba Wanita itu kembali dan langsung membantu Cristal untuk berbaring kembali.

"Saya terluka dimana ya?" tanya Cristal saat sudah berbaring lagi.

"Beberapa tulang anda retak, di bagian punggung, tangan, sama kaki doang kok." jawab wanita itu.

'Doang matamu mbak, hampir lumpuh aku nih akh.' batin Cristal kesal.

"Kalo di punggung.. tulang sumsum dong berarti?" ujar Cristal lagi.

"Hah? Gak tau deh, saya juga kurang tau soal beginian. Tadi dokternya juga cuman bilang tulang belakang." jelas Wanita itu.

"Iya, saya juga kurang tau. Hanya ngomong aja, tapi kalo bener ya sayanya pintar."

"Emang tulang sumsum ada dibelakang?"

"Gak tau, kan saya bukan dokter."

"Tapi kan, pengetahuan umum."

"Oh ya? Hmm, entahlah, saya gak suka biologi jadi gak tau."

"Bisa gitu ya?"

"Entah, tapi ada saya, jadi bisa."

Perdebatan itu terhenti saat ada dokter yang memasuki ruangan Cristal.

"Permisi ya, kak." ujar dokter wanita itu lalu mulai memeriksa kondisi Cristal.

"Kondisi anda sudah membaik, anda bisa pulang dua atau tiga hari lagi." jelas dokter itu.

"Gak bisa sekarang, dok? Saya harus cari kerja soalnya." tanya Cristal.

"Nona, kondisi anda memang sudah baik tapi untuk bangun saja anda masih merasakan sakit bukan? Lebih baik disini dulu beberapa hari, setelah sakitnya hilang baru anda bisa pulang." ujar dokter itu lagi.

"Tap-"

"Gak usah bantah! Diem dulu disini beberapa hari aja, mau jadi beban di rumah?" potong wanita yang sedari tadi hanya diam.

Cristal hanya menunduk dengan lesu.

Kemudian, dokter itu pun undur diri, menyisahkan mereka berdua di ruangan tersebut.

"Aku mau pulang..." cicit Cristal yang membuat Wanita disebelahnya menghela nafas kasar.

"Jangan keras kepala, hubungi orang tua mu cepat." ujar wanita itu sambil menyodorkan ponselnya.

Cristal hanya menatap benda pipi itu tanpa ada niat untuk mengambilnya, mungkin terdengar berlebihan tapi ia sedikit sakit hati.

"Aku gak punya ayah..Bunda lagi sakit.." lirihnya.

Wanita itu terdiam sejenak.

"Kakak atau adik?" tanya Wanita itu mulai lembut.

"Adik aku..di asrama, baru umur 14 tahun." ujar Cristal lagi.

Hening.

Tak ada yang bersuara lagi.

"Kau...yang menghidupi keluarga mu?"

Cristal mengangguk.

"Belum dapat pekerjaan?"

Lagi, ia mengangguk.

"Maaf.." ujar wanita itu pelan.

"Gapapa." balas Cristal dengan senyuman.

"Oh iya, kita belum kenalan! Nama aku Cristal." ujarnya dengan senyum.

Wanita itu tersenyum tipis.





"Friska."




{To be continued}

Jika ada kesalahan dalam nama, tempat, waktu, dan kosa kata. Harap dimaklumi, karena saya sedikit pelupa dan tidak teliti. Sekian

My Workaholic GirlfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang