Malam yang dingin tak membuat kelima wanita berbeda kelakuan itu terlelap. Mereka seperti bukan manusia biasa yang akan nyenyak dalam selimut saat cuaca dingin menyerang.Dua dari lima wanita itu yang baru sampai saja terlihat masih segar, seperti tenggelam dalam cerita-cerita yang saling dilontarkan satu persatu dari mereka.
Banyak yang mereka bahas, seperti pengalaman horor, menyenangkan, penting dan bersejarah dalam hidup mereka, sampai pengalaman mereka menolak saat seseorang menyatakan perasaan pada mereka.
Pricillia, Friska dan Nabila lebih banyak bercerita sedangkan Cristal dan Rebeca hanya menyimak. Sesekali menimpali atau menjawab.
Cristal merasa kurang enak saat harus duduk di antara wanita-wanita sukses, cantik, berkelas dan tentunya anggun dan elegan. Sedangkan dirinya? Ah, terasa seperti upik abu.
Beda dari Cristal, Rebeca hanya menyimak karena pikirannya jauh terbang pada presentase keberhasilan proyeknya yang akan ia mulai besok dengan rekan bisnisnya dari Denmark. Lalu memikirkan, apakah ia harus membuka cabang baru? atau mungkin anak perusahaan?
"Bec, kamu pernah kan di tembak sama kakak kelas dulu waktu SMA." ujar Pricillia membuyarkan lamunan Beca.
"Yang mana?" tanya Beca mengerutkan keningnya.
"Tuh, 'yang mana'. Berarti banyak banget dong!" ujar Pricillia pada Nabila.
"Ternyata bos nolep banyak yang taksir ya.." gumam Cristal yang masih didengar oleh Beca.
"Bilang apa kamu tadi?" tanya Beca kesal.
"Hah? Enggak kok, gak bilang apa-apa. Perasaan kakak aja itu." elak Cristal santai.
"Pendengaran aku masih sangat sehat ya Cris." ujar Beca lembut namun penuh kekesalan.
"Kakak mah gak percaya, mungkin saking sehatnya pendengaran kakak, kakak bisa denger suara alam sebelah." ujar Cristal serius.
"Mana ada yang kayak gitu, kamu ada-ada aja alasannya." kesal Beca yang dibalas cengiran dari putri Evelyn.
"Aku masih kesal sama kakak soal kejadian di restoran." ujar Cristal pelan.
Beca terkekeh, ia menyandarkan punggungnya pada sandaran sofa lalu memejamkan matanya.
Suara gaduh akibat perkelahian Pricillia dan Nabila pun menganggu Beca yang kembali memikirkan sesuatu yang bisa membuat perusahaannya semakin maju. Ia membuka matanya, mengangkat sebelah alisnya saat melihat kedua wanita itu saling memukul menggunakan bantal sofa dengan hebohnya.
Friska sendiri hanya melihat keduanya dengan tatapan datar, ia menyisir rambutnya menggunakan jarinya dengan tatapan tak lepas dari kedua wanita lupa umur itu.
Cristal? Ia hanya menatap keduanya dengan tatapan polos, ia menoleh ke Beca seolah mengatakan 'Ini dibiarin?', yang dibalas senyum oleh wanita itu.
"Gak malu diliatin cewek cantik?" ujar Friska membuat Nabila langsung terdiam.
Dengan cepat ia memperbaiki posisi duduknya dan mendorong Pricillia agar menjauh darinya. Tangannya sibuk merapikan rambutnya yang sedikit berantakan lalu menampilkan senyum terbaiknya pada Cristal yang masih menatapnya.
"Buaya, gak usah liatin dia kayak gitu." ujar Beca lalu menutup mata Cristal menggunakan tangannya.
"Kayak udah akrab banget, Bec." goda Pricillia yang mulai memakan keripiknya.
Beca hanya mengacuhkan sahabatnya itu, ia menatap Nabila sekilas lalu menarik tangannya dari wajah Cristal.
Semua kini menatap Beca yang berdiri lalu meninggalkan ruangan itu tanpa sepatah kata pun. Tentu saja Nabila merasa tidak enak, mungkinkah Beca juga menyukai Cristal? Lalu bagaimana bisa ia mendapatkan wanita yang membuatnya percaya pada teori 'Cinta pada pandangan pertama' jika saingannya sepupu kesayangannya?
"Cris, udah capek? Mau tidur?" ujar Friska memecah keheningan yang terjadi beberapa saat.
Cristal hanya mengangguk.
"Ayo, aku anter ke kamar ya." ajak Friska lalu mengandeng tangan Cristal.
Kini tinggal lah Pricillia dan Nabila yang masih sibuk dengan pikiran masing-masing.
"Kamu peka ya.." gumam Pricillia dengan mulut yang masih mengunyah keripik singkong.
"Maksud kamu?" tanya Nabila dengan suara pelan.
"Mungkin terlalu dini buat orang baru kenal yang bahkan belum seminggu kenalnya, tapi kamu liat kan? Beca mulai suka sama Cristal." ujar Pricillia menjelaskan.
Nabila terkekeh, ia mengangguk membenarkan ucapan wanita itu. Gelisah. Itu yang ia rasakan sekarang, entah karena apa. Tapi sangat tidak nyaman, dan dia benci akan itu.
"Rebeca Georgino Key, manusia yang introvet, selalu mengabaikan kehadiran orang yang menurutnya tidak penting selain rekan bisnis dan keluarga. Tiba-tiba menaruh perhatian besar pada kariawan yang belum seminggu bekerja." ujar Pricillia.
"Sangat tidak masuk akal bukan? Tapi jika dia kayak gitu karena jabatan Cristal yang dekat dengan jantung perusahaan, okay lah. Tapi dia udah kerja sendirian 4 tahun ini, membangun dari nol perusahaannya. Masa semudah itu dia mempercayakan seseorang yang baru dia kenal sebagai asisten pribadi? Jadi jelas kalau manusia itu sedang dalam fase tertarik dengan seseorang." jelas Pricillia panjang lebar.
Nabila termenung, pikirannya mulai bercabang.
"Berhenti sebelum kamu kecewa, Bil. Anggap aja kayak kamu gak mau investasi ke proyek yang kamu tau akan merugikan kamu nantinya. Jangan kasih hati kamu ke orang yang kamu tau akan membuat kamu kecewa." nasihat Pricillia lalu meneguk air karena tenggorokannya terasa kering.
Kini sebuah senyum terukir di wajah cantik Nabila, ia menggeser tubuhnya agar lebih dekat dengan Pricillia lalu memeluk wanita tersebut dengan erat.
"Makasih siraman rohani nya. Anak om Jeremy tumben banget bijak." ledek Nabila yang membuat Pricillia mendengus kesal.
"Anaknya Tante Kiana juga tambah ngeselin, makin hari makin jelek aja kelakuan human satu ini." balas Pricillia membuat Nabila terkekeh.
"Udah ah, aku mau tidur dulu. Tuan putri kerajaan api gak boleh begadang sama Upik abu." ujar Nabila melepas pelukannya.
"Hih! Upik abu apaan! Model Victoria secret ini!" ujar Pricillia kesal.
"Iya mimpi aja Cil, siapa tau besok ditawarin buat jadi staff." ledek Nabila yang langsung berlari meninggalkan Pricillia yang sudah siap mengeluarkan api amarahnya.
"NABILA!!!!"
"PRICILLIA UDAH MALAM!!!"
{To be continued}
Jika ada kesalahan dalam nama, tempat, waktu, dan kosa kata. Harap dimaklumi, karena saya sedikit pelupa dan tidak teliti. Sekian.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Workaholic Girlfriend
RomanceWoman x Woman Rebeca Georgino Key, pengusaha muda itu butuh seseorang untuk menghangatkan hatinya yang telah lama mendingin. Disaat sedang mencari seseorang yang pas dengan kriterianya, ia menemukan Dia. Dia yang membuat Rebeca jatuh cinta, dan mer...