Twenty Seven

1.7K 130 26
                                    


Beca dan Pricillia dibuat kewalahan dengan sahabat mereka yang tiba-tiba menghampiri mereka dan menangis seperti anak kecil.

Sudah dapat mereka pastikan bahwa yang membuat Friska sampai menangis sehebat ini adalah Adriana.

Mereka tau Adriana datang menemui Friska atas mau Friska sendiri, mereka memberi waktu. Tapi kenapa malah Friska yang menangis, padahal dia yang memutuskan?

"Fris udahlah, jangan nangis terus..nanti aku beliin ikan badut buat kamu." ujar Pricillia dipelototi Beca.

Bukannya berhenti, Friska semakin menjadi-jadi, membuat dua wanita itu semakin bingung harus bagaimana.

Pasalnya, cara yang dulu sering mereka gunakan agar menenangkan Friska saat menangis sudah tak mempan lagi. Mereka harus mencari cara lain, tapi apa?

"Udahan astagaaa!! Kan kamu yang bikin keputusannya! Kamu harus terima juga dong!" ujar Pricillia frustasi.

"Mending kamu diem!" kesal Beca.

Dia tak suka Pricillia menyalahkan sahabatnya disaat seperti ini, semua orang punya hak untuk menangis dan dia sekarang tau kalau Friska hanya ingin menangis sepuasnya.

"Gapapa, nangis aja sepuas kamu. Gak ada larangannya." ujar Beca mengelus rambut Friska dengan lembut.

Friska memeluk erat Beca, menyembunyikan wajahnya di bahu lebar wanita itu dan menangis pilu disana. Memang hanya Beca lah orang terpeka disini.

Pricillia menghela nafas panjang, dia menyenderkan punggungnya ke dinding dan menatap dua wanita didepannya.

Ruangan direktur rumah sakit itu hanya terdengar suara isakan Friska yang semakin lama semakin mengecil hingga tak terdengar lagi.

Beca melirik wajah yang tersembunyi di bahunya, ternyata wanita itu sudah tertidur.

"Apa yang harus kita lakukan?" tanya Pricillia berjalan mendekat.

"Mungkin tak ada, biarkan dia selesaikan masalahnya sendiri.." ujar Beca mengangkat tubuh itu perlahan lalu berjalan keluar dibantu Pricillia yang membuka pintu.

"Kau yakin membiarkannya menyelesaikan sendiri?" tanya Pricillia memastikan.

"Ya, dia pasti tau apa yang harus dia lakukan." jawab Beca mantap.

Pricillia menghela nafas berat, sebenarnya dia sudah sangat kesal tadi saat tau Adriana menemui Friska mendadak. Ingin sekali dia menyeret Adriana ke ruang operasi dan menyuruh dokter mengoperasi wanita itu saking kesalnya.

Tapi dia ditahan Beca yang menyuruhnya untuk menghargai keputusan Friska, jadilah dia diam saja.






































Cristal yang sedang berbincang dengan ibunya dikagetkan dengan Putri yang tiba-tiba masuk dengan kasar.

"Cris!"

"Ada apa?" bingung Cristal.

"Gapapa, pengen manggil aja." ujar Putri santai lalu berjalan mendekat.

"Dasar aneh." gumam Cristal melirik malas wanita itu.

"Bunda lusa berangkat ya?" tanya Putri duduk di samping sahabatnya.

"Iya Put."

"Ini gak mau ngabarin Lyan dulu? Atau setidaknya habiskan waktu sehari bareng dia, kasian juga kan dia kalau digituin mulu." ujar Putri membuat Cristal menatap memohon pada ibunya.

"Iya Bun, kalau Lyan marah karena bunda kayak gak mau temuin dia gimana? Bunda mau Lyan tambah marah karena pergi lama tanpa pamit?"

Evelyn menghela nafas berat.

My Workaholic GirlfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang