Part Seven

2.1K 229 6
                                    

Jam makan siang sudah lewat 5 menit yang lalu tapi Cristal masih setia duduk di kursinya dengan menahan lapar karena menunggu Beca yang tak kunjung keluar dari ruangannya. Ia terus memperhatikan Beca dari kaca yang memisahkan dua ruangan itu.

Ia menghela nafas panjang, kemudian berdiri lalu membuka pintu penghubung antara ruangannya dan ruangan Beca. Terlihat jelas Beca masih fokus dengan berkas-berkasnya, yang membuat Cristal ingin menangis.

Dia yang diberi tugas untuk mengetik setumpuk dokumen keuangan perusahaan saja sudah sangat lelah. Matanya terasa sangat panas melihat kata demi kata diatas lembar kertas yang menjadi harta Perusahaan.

"Udah lapar? Kenapa gak langsung makan?"

Cristal tersentak, ia mengusap wajahnya kasar. Ia tak boleh linglung di tempat kerja! Harus semangat!

"Miss gak mau makan dulu? Ini jam istirahat.." ujar Cristal dengan tenang.

"Nanti." balas Beca singkat.

Bahkan sedari tadi ia tak menoleh kearah Cristal, mata dan tangannya masih sibuk dengan pekerjaannya.

"Pergilah, isi perutmu dulu. Kau sudah kerja keras." ujarnya lagi.

Cristal hanya diam, ia masih punya akal sehat. Jika ia makan dan memuaskan cacing-cacing di perutnya, bagaimana dengan Beca? Wanita itu juga butuh asupan.

"Anda.. benar-benar tidak mau makan? Mau saya bawakan se-"

"Gak perlu." potong Beca.

Kini ia mendongak menatap Cristal datar, matanya menatap langsung mata Cristal yang sedikit sipit.

"Dan..Jauhi Nabila. Jangan dekat-dekat dengannya, dia gak baik." ujarnya lalu kembali fokus dengan berkas-berkasnya.

Cristal hanya diam, sebenarnya sedikit gugup tapi ia memutuskan berjalan keluar ruangan dan menuju ruangan Val.

Tok tok

Ia mengetuk pintu ruangan dan masuk setelah mendapat ijin dari si pemilik ruangan.

"Loh? Kak Cristal? Ada perlu apa nih?" tanya Val ramah.

"Temani aku makan dong, gak ada teman nih aku." jelas Cristal yang membuat Val terkekeh.

"Ayolah, aku juga gak ada temen."

Keduanya pun berjalan keluar dan memasuki lift, saat lift terbuka, terlihat seorang wanita cantik yang melalui keduanya begitu saja.

Cristal mengerutkan keningnya, terlihat familiar tapi dimana dan kapan ia melihat wajah itu? Merasa hanya membuang tenaga, ia segera menekan tombol lift.

"Yang tadi, kita harus hormat loh sama dia." ujar Val membuka suara.

"Emang dia siapa?" tanya Cristal kembali bingung.

"Sena Griselda Phoenix, investor langganan Perusahaan yang selalu mendanai proyek-proyek Perusahaan. Mama nya Zia, si gadis kecil di Rumah Kak Beca kemaren malem." jelas Val, Cristal hanya mengangguk paham.

"Namanya keren, ada Phoenix nya." ujar Cristal yang membuat Val terkekeh namun mengangguk setuju.

"Rumornya sih, Phoenix untuk menggambarkan sifat mandiri, introvet dan harta abadi keluarga itu." tambah Val.

"Hah?"

Val tersenyum, ia lalu menarik tangan Cristal agar keluar dari lift lalu berjalan santai menuju Kantin. Sedangkan Cristal hanya diam dan memperhatikan tautan tangan mereka.

What?! How dare you..!

Ia melepas genggaman tangan itu secara lembut, lalu menatap Val yang menoleh kearahnya.

"Gak nyaman aja, apa lagi diliatin.." ujarnya tersenyum.

Val mengerti, ia hanya tersenyum lalu meminta maaf kemudian mengajak Cristal untuk duduk di bangku kosong paling pojok.

Setelah memesan makanan, obrolan soal 'Sena Griselda Phoenix' kembali dilanjutkan.

"Itu..tadi maksud kamu gimana ya, Kayak gini, kan kamu bilang nya Phoenix melambangkan Sifat mandiri introvet dan harta abadi 'keluarga itu'. Nah maksud aku, kayak..emm, gimana ya..Kayak secara tidak langsung bilang kalau Keluarga Phoenix itu udah lama berdiri and sifatnya sama semua..Gitu?" jelas Cristal panjang lebar yang saat diingatnya kembali, ia jadi bingung sendiri dengan pertanyaan nya.

"Iya, keluarga Phoenix udah berdiri dari lama banget, dari buyut mereka sampe turunan sekarang, dirumorkan sifatnya sama semua. Mandiri dan introvet, soal Harta abadi itu, ya kayak kekayaan yang gak bakal habis tujuh turunan. Simpelnya, semua yang bermarga Phoenix identik dengan sifat mandiri sama introvet aja. And of course, kaya, Glamor, Mewah, Elegan dan jangan lupakan paras mereka. Ck, hampir semuanya cantik dan tampan, semua orang akan iri dengan keluarga itu." jelas Val panjang lebar.

Cristal mengangguk setuju dengan perkataan Val diakhir, harta abadi...Ahh nikmat banget itu pasti.

"Oh iya, kamu sama Miss Beca Deket ya?" tanya Cristal sambil menyuapi pasta pesanannya yang entah sejak kapan ada didepannya.

Val tersenyum tipis.

"Niatnya aku mau deketin dia, aku terlanjur jatuh cinta sama dia waktu pertama kali ketemu. Untung Pricillia sahabat dia, jadi lebih gampang lagi deketin dia." jelas Val tentang perasaannya.

"Kamu sama Kak Pricillia juga Deket?" tanya Cristal lagi.

"Rekan kerja aku." ujar Val, lalu menyeruput green tea nya.

"Oh, pantes. Kamu kerja disini cuman buat ngambil hati si boss, tapi emang dia mau sama kamu?" ujar Cristal dengan wajah yang menunjukkan ekspresi tak berdosanya.

Val tersenyum kikuk, ia jadi tak yakin dengan dirinya sendiri setelah kalimat Cristal tadi.

"50/50 lah." ujar Val setengah yakin.

"Kamu 50, aku 50. Siapa cepat dia dapat." ujar Cristal membuat Val tersedak liurnya sendiri.

"Hah? Maksud kamu?"

"Hahahaha canda. Yuk ah, lanjut kerja." tawa Cristal lalu bangkit dari duduknya, berjalan meninggalkan Val yang masih mematung.

"Aku gak yakin kalo perkataan kamu cuman candaan. But i'm sure that she'll be mine, not your." gumam Val, tersenyum tipis.

***

Cristal memasuki ruangan Beca agar bisa menuju ruangannya, tapi ia segera menutup matanya saat melihat Beca yang sedang membuka kancing kemejanya.

Ia menutup rapat kedua matanya, lalu berjalan perlahan menuju ruangannya. Namun sayang, ia tersandung meja dan hampir saja terjatuh jika bukan karena ada tangan yang memeluk pinggangnya.

"Kenapa matanya ditutup?"

Bulu kuduk Cristal seketika terbangun dari tidurnya, suara Beca astaga... bisa-bisa ia juga ikut belok jika kayak gini.

"Hey, cantik." panggil Beca mengulum senyum saat melihat wajah Cristal yang semakin memerah.

Ia mendekatkan wajahnya ke telinga Cristal, meniupnya yang membuat Cristal semakin menutup rapat-rapat matanya. Keringatnya mulai membasahi telapak tangannya.

"Buka matanya, Sayang." bisik Beca dengan nada sensual tepat disebelah telinga Cristal.

Seketika, Cristal mendorong tubuh Beca menjauh lalu berlari cepat menuju ruangannya. Ia dengan cepat menekan tombol di bawah kaca penghubung yang membuat kaca yang semulanya transparan itu langsung berubah menjadi cermin.

Ia menarik nafas dalam-dalam lalu menghembuskan nya perlahan, detak jantungnya terpompa lebih cepat dari biasanya, darahnya seakan berjalan begitu cepat, perutnya seperti dipenuhi ribuan kupu-kupu.

Perasaan yang Fantastis!


To be continued

Jika ada kesalahan dalam nama, tempat, , karena saya sedikit pelupa dan tidak teliti. Sekian

My Workaholic GirlfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang