The power of love

889 85 14
                                    


"Boo!! ketemu!!"

Suara baritone milik seorang lelaki membuat Sarada dengan pemuda berjubah hitam itu mengalihkan atensi, dari jarak beberapa meter Sarada melihat seseorang dengan jaket warna hitam berlist magenta, gadis itu bernafas lega dalam hati.

Itu dia, satu-satunya harapan Sarada. Boruto, pemuda itu berjalan mendekat ke arahnya dengan tatapan tenang namun tajam menusuk bagai mata elang.

"Sayang sekali, tuan Shinki. Ajalmu sudah menanti," tutur Boruto.

Sementara Shinki, pemuda yang sebelumnya berkedok topeng itu menukkikan alisnya, ia berdecih, dengan secepat kilat ia menjatuhkan bom asap untuk mengelabuhi Boruto.

Boruto kaget, pandangannya terhalang asap, tapi Boruto tak peduli, pemuda itu ingin Sarada, dan sekarang gadis itu malah dibawa pergi lagi, memang benar-benar membuat Boruto kehabisan kesabaran.

Di tempat yang sama terlihat Mitsuki, Shikadai dan Inojin, ketiga pemuda itu heran melihat keadaan sekitar yang dimana semua penjaga musuh tiba-tiba terkapar tak berdaya.

Mitsuki tersenyum, ia seolah-olah tahu siapa yang membuat ini semua, sekarang waktunya ia ikut membantu, membantu mengalahkan para bajingan itu.

"Boruto datang lebih cepat dari perkiraanku, dia pasti benar-benar mengamuk," kata Inojin geleng-geleng kepala.

Tak diragukan lagi, sudah pasti Boruto pikirnya, niat hati ingin menyelamatkan Sarada lebih dulu namun sepertinya itu tak perlu, Boruto benar-benar datang tepat waktu.

"Ayo semua! kita temui Boruto!" perintah Shikadai.

Namun dalam sekejab muncul asap yang lumayan tebal, dan di dalamnya keluar seorang pemuda yang tengah membawa-bawa seorang gadis, dan cara pria itu membawa manusia bagaikan membawa barang.

Shinki, pemuda itu berhenti sejenak, ia mengelap peluh keringat yang membasahi dahinya sambil menghela nafas lega, yang terpenting ia bisa membawa Sarada pergi.

Duaghh!!

Sebuah tendangan dari arah belakang membuat Shinki terpental mengenai tembok yang tak begitu jauh dari hadapannya.

Pemuda itu meringis, kemudian langsung membuka matanya, ia langsung sadar kalau gadis yang tadi ia bawa sudah hilang bagai di telan angin.

"Wah-wah, ternyata selama ini ada dua sampah yang berkeliaran." Mitsuki datang dari balik asap yang kini perlahan menghilang.

Shinki berdecih, ia lantas bangun dan berniat untuk kabur.

"Yaampun, mau kemana kau?" Dari sebelah kiri Inojin mencegatnya.

Shinki langsung memutar ke samping kanan dan ternyata sama saja. "Jangan terburu-buru begitu," ucap Shikadai santai.

Pemuda itu sekarang sudah terkepung oleh Mitsuki, Shikadai dan Inojin, sepertinya akan ada pertarungan yang seru di gedung tua itu.

Shinki tersenyum remeh, "duh ... mau bagaiman lagi ya ... haha,"

***

Sarada perlahan mulai mengerjabkan matanya, objek yang pertama ia lihat hanya lah atap berwarna putih. Ia pun mendudukkan dirinya, Sarada ingat kejadian terakhir yang baru saja terjadi.

Di mana Boruto datang, kemudian Shinki menyekapnya menggunakan selembar kain yang terdapat cairan untuk membuatnya pingsan.

"Akhirnya kau bangun juga,"

Sarada menoleh, ia melihat Boruto yang kini berada tepat di sampingnya, mata biru pemuda itu membuat Sarada candu, dengan spontan gadis raven tersebut memeluk pemuda bersurai kuning di sebelahnya.

Boruto tersenyum, ia membalas pelukan Sarada sambil mengelus-ngelus rambut hitam milik gadis itu. Mereka saling berbagi kehangatan, melepaskan rindu, dan menyalurkan perasaan.

Setelah beberapa menit Sarada melepaskan pelukannya, ia menunduk. "Maafkan aku," lirihnya.

"Hei, tatap mata lawan bicaramu saat kau sedang berbicara padanya," ucap Boruto sambil mengangkat dagu Sarada, membawa wajah gadis itu menghadap wajahnya.

Perlahan Boruto mendekatkan bibirnya dengan bibir ranum milik sang gadis, ia meraup bibir tersebut, melumatnya dengan lembut.

Sarada hanya bisa menutup matanya sambil tersontak kaget, ia menikmati aktivitas tersebut tanpa berniat membalas lumatan yang Boruto berikan pada bibir mungilnya.

Setelah dirasa cukup, Boruto melepaskan tautan itu, ia sangat suka dengan bibir ranum milik gadisnya, rasanya manis seperti anggur, mabuk dan candu menjadi satu.

"Kau tidak salah, justru aku. Maaf, saat itu aku hanya belum siap menceritakannya, aku selalu emosi saat seseorang mulai membahas topik seperti itu,"

"Tapi sekarang aku sadar, jadi aku akan menceritakan semuanya saat masalah di sini selesai,"

"Sarada." Boruto melepaskan kalung yang berada di lehernya.

Kalung itu berwarna perak dengan gantungan yang menyerupai baut, kalung itu sudah sejak kecil bertengger di lehernya, bagai barang kesayangan, kalung itu selalu ia gunakan kemana-mana.

Sekarang ia akan memberikan kalung terdebut kepada gadisnya, ia memakaikan kalung itu kepada Sarada.

"Sarada, aku mempunyai satu permintaan,"

Sarada hanya diam sambil menunggu ucapan Boruto selanjutnya.

"Tunggu aku di sini, dan jangan ada niatan untuk keluar dari ruangan ini, ruangan ini sangat aman,"

Setelah Mitsuki memberikan Sarada kepada Boruto, pemuda itu langsung menggendongnya dan membawa gadis raven itu ke sebuah ruangan yang aman.

"Sekarang aku harus pergi, aku harus membantu teman-temanku," ucap Boruto kemudian mulai berdiri dan berbalik.

"Tunggu!"

Langkah Boruto terhenti.

Sarada menggigit bibir bawahnya, perasaan tak enak menggelantungi hatinya, namun sekuat tenaga ia berusaha menjauhkan hal-hal negatif tersebut, dan mempercayai Boruto.

"Berjanji lah kepadaku, kau akan menemui aku lagi di sini,"

Boruto tersenyum, kemudian menyengir hingga sederet gigi putihnya terlihat, "siap tuan putri!" katanya semangat sambil memberikan jempol.

Sarada ikut tersenyum, ia percaya kalau Boruto akan menempati janjinya.

***

Boruto sedikit berlari di dalam gedung tua itu, ia berniat untuk membantu teman-temannya, tapi ia juga tak yakin kalau musuh yang sedang ia dan teman-temannya hadapi hanya satu.

Gedung tua itu minim sekali cahaya, penerangan yang ada hanya berasal dari lampu-lampu redup.

Prankk!!!

Boruto menggunakan lengannya sebagai tameng dari serpihan kaca jendela gedung yang baru saja pecah, kaca itu pecah di hadapannya.

"Yoo ... Boruto." Muncul seseorang dari kegelapan.

Boruto memberikan tatapan tajamnya kepada orang tersebut, sudah ia duga, setelah sekian lama, akhirnya ia akan kembali bertarung dengan rival sesungguhnya.

"Yo ... Kawaki ... "




TBC

Happy or sad end??


Note For My Senpai  (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang