Useless Information

1.2K 139 53
                                    

A/N : harap bijak dalam membaca, terimakasih 😉.

***


Boruto datang dengan nafas tersenggal-senggal, matanya menelusuri sisi keramaian orang-orang di sekitar, hingga panggilan dari seseorang membuatnya tersentak.

"Boruto!"

Shikamaru memanggil dari kejauhan sambil memasang wajah sendu.

"Sebenarnya ada apa paman Shikamaru?"

Pria dengan rambut terkuncir itu mengembuskan nafas beratnya. "Naruto ... dia .... "

"Ada apa degan ayah?"

"Dia meninggal," jelas Shikamaru, kemudian beralih menyentuh pundak Boruto. "Lebih baik kau langsung ke dalam."

Boruto mengangguk dan segera masuk ke dalam bersama Shikamaru, terdapat banyak polisi dan tim penyelidik yang sedang berdiri di depan pintu ruangan tersebut.

Dan betapa terkejutnya ia saat melihat Himawari tengah diapit oleh kedua polisi dengan tangan terborgol.

"Himawari!!"

Semua orang terkejut dengan posisi bersiap kala Boruto berteriak kencang memanggil Himawari.

"Kakak!"

"Stop!" Tiba-tiba Sasuke datang dan menghalau  Boruto yang ingin menghampiri adiknya.

Sudut alis itu mulai menukik, emosi mulai datang, tapi sebisa mungkin ia tahan, jujur Boruto tak paham dengan situasi ini.

"Ada apa ini paman?!" tanyanya dengan nada tegas.

Sasuke melirik Boruto dengan mata tajamnya kemudian ia berjalan mendekati ruang kecil yang tak berjauhan dari tempatnya berdiri.

"Kau lihat itu?" Sasuke menunjuk sebuah lantai kamar mandi yang terdapat beberapa jejak kaki penuh dengan darah.

Boruto tercengang, apa ini perbuatan Himawari? harusnya ia tak pernah membolehkan Himawari untuk keluar dari rumah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Boruto tercengang, apa ini perbuatan Himawari? harusnya ia tak pernah membolehkan Himawari untuk keluar dari rumah.

"Himawari tidak mungkin melakukan hal itu!" sentak Boruto. "Jadi lepaskan dia!"

"Kami akan melepaskannya kalau terdapat bukti lain yang tidak memungkinkan Himawari pelakunya," jelas Sasuke dengan nada yang terkesan amat dingin.

"Maksudmu apa paman?!"

"Itu adalah darah Naruto yang terdapat banyak sidik jarinya. tapi kau tenang saja, kami tidak mungkin mempenjarakan Himawari," jelas Sasuke kemudian berbalik badan diikuti oleh petugas lainnya.

"Himawari! oit! tunggu!"

"Boruto, sudah hentikan." Tangan seseorang mencekal dengan kencang.

"Tidak! Himawari tidak mungkin melakukan itu!!"

"Kita tunggu saja, jadi cukup hentikan."

"Lepaskan tanganmu bibi! aku tak akan membiarkannya!"

"HENTIKAN!!"

Boruto kemudian diam, ia menghela nafas dan mengusap gusar wajahnya.

"Hentikan Boruto ... bibi juga tidak mau percaya kalau Himawari yang melakukannya ....," lirih Sakura sambil terisak.

"Sejak kematian Hinata ... semuanya berubah, semuanya tak seperti dulu," lanjutnya. "Astaga, aku harus mengauptosi jenazah Naruto." Setelah mengusap hidung merahnya yang sembab, ia melenggang pergi.

Sementara Boruto masih diam dengan pikiran yang sangat kacau, ia takut, takut kalau yang lain mengetahui bahwa Himawari merupakan seorang psikopat.

***

Matahari mulai menulusup masuk melalu celah, gadis raven itu perlahan membuka kelopak matanya, ia terduduk sembari memegangi kepalanya yang terasa amat berat.

"Hsss ... ini di mana?" gumamnya sambil melihat seisi ruangan.

Tiba-tiba pintu terbuka, dan memperlihatkan seorang wanita paruh baya berambut merah dengan kacamata yang bertengger manis di wajahnya.

"Rupanya kau sudah bangun, ayo cepat bersihkan dirimu dan setelah itu kita pergi."

Sarada terkesiap, kala mengetahui seseorang yang baru saja membuka pintu kamarnya. "Bibi Karin?"

Karin, wanita itu adalah sahabat dekat ibu dan ayahnya, Sarada jarang bertemu dengannya, tak ayal, dia orang yang sangat sibuk.

"Sejak kapan bibi ada di sini?"

Wanita itu dengan perlahan duduk di tepi ranjang, kemudian mengelus pucuk kepala Sarada. "Baru saja, sekarang cepat bersihkan badanmu, setelahnya ikut bibi pergi."

"Pergi ke mana?"

Wajah Karin mulai terlihat sendu, lekukan senyumnya kini perlahan luntur.

"Ikut bibi ke rum—

Ucapan Karin terpotong kala mendengar suara bel yang berbunyi, lantas ia pun bangun dan segera mengecek pintu utama.

Sarada masih terduduk di atas ranjang, perihal bibi karin yang datang hanya untuk mengajaknya pergi ke suatu tempat, itu adalah suatu hal yang sangat kebetulan.

Beberapa detik, bibi Karin pun masuk kembali. "Sarada?"

"Ya? siapa yang datang, Bi?"

"Di luar ada temanmu, lebih baik kau temui ia terlebih dahulu."

Pasti Chocho! kalau bukan siapa lagi? pasti ia mau mengajak Sarada pergi ke mall untuk berbelanja.

Ia berjalan menuju pintu utama, alangkah terkejutnya ia ternyata yang datang bukan lah Chocho, melainkan ....

"Se-senpai ...."

Tbc.

A/N : Maaf banget baru bisa UP sekarang, pasti udah pada lupa sama alurnya nih hehehe, sibuk di RL, maaf banget ...

ikutin terus ya alur ceritanya.

btw yang mau baca oneshoot horror ver ku silahkan ya, cek akun aku oke! makasih banyak, maaf kalau ada kesalahan ya.

see you.

Note For My Senpai  (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang