Untukmu hanya untukmu

934 98 11
                                    

Happy reading!

Setelah pemakaman Naruto, Boruto mengajak Sarada pergi ke suatu tempat.

Perjalanan awalnya biasa saja, masih dengan jalan raya yang ramai oleh kendaraan, namun lama-kelamaan Boruto mengendari motornya masuk ke suatu jalanan yang hanya terdapat pohon-pohon di sisi kanan dan kirinya.

Jalanannya begitu sepi, sedari tadi terhitung 2 mobil saja yang lewat berlainan arah, Sarada hanya diam, kalau ia tidak menurut, bisa saja nyawanya dalam bahaya.

Tapi entah kenapa, sisi lain hatinya berkata kalau Boruto akan melindungi Sarada, dan tidak membiarkan orang lain menyakitinya.

Namun ... sisi lain hatinya tidak berkata demikian juga.

"Sarada," panggil Boruto, karena keadaan yang sepi, membuat suaranya sangat terdengar.

"Apa kau suka pantai?" sambungnya.

"A-aa ... i-iya,"

Boruto menggeleng-geleng 'kan kepalanya, namun hal itu tidak disadari oleh Sarada.

Mendengar jawaban gadis itu yang selalu terbata-bata membuat Boruto merasa bersalah,  ia tidak bermaksud membuat gadis raven itu tertekan atau semacamnya.

Tetapi Boruto juga berpikir, manusia mana yang tidak takut berdekatan dengan seorang pembunuh? itu sama saja mengantarkan nyawa lebih cepat bukan?

Jadi ia memaklumi sikap Sarada yang selalu takut bila bersamanya. Padahal jujur saja, sejak saat itu Boruto seakan-akan tersihir oleh perasaan aneh.

Perasaan yang membuatnya ingin melindungi gadis ini, perasaan yang ingin selalu menjaga gadis ini, perasaan yang ingin memiliki gadis ini, hanya untuknya, dan hanya dirinya.

Setelah sekian lama terlarut dalam pikiran masing-masing, mereka kini sampai di tempat tujuan.

Sarada melihat sebuah rumah kecil di hadapannya, rumah itu terbuat dari kayu, seperti di film-film fiksi, tak luput pohon cemara yang sangat besar berada di sebelah kanan dan kiri rumah tersebut.

"Ayo masuk," ajak Boruto kemudian membuka pintu.

Setelah masuk Sarada tertegun, ruangan di dalam rumah ini benar-benar rapih dan bersih, design rumah ini memang tidak mewah, akan tetapi terlihat nyaman.

"Ini rumah kecil yang aku buat, rumah ini aku gunakan untuk beristirahat atau menenangkan pikiran," jelas Boruto sambil mendaratkan bokongnya di atas sofa.

"Ke-kenapa kau membawa ku kesini?"

Tanpa menjawab, Boruto kemudian berdiri, ia menggenggam tangan Sarada kemudian membawa gadis itu menuju halaman belakang.

Sarada terkejut, ternyata rumah kecil kayu itu berada tepat di area bibir pantai, dari depan hanya terlihat seperti rumah biasa yang ada di tengah-tengah hutan, namun saat membuka pintu belakang tersaji pemandangan pantai yang begitu indah.

Semilir angin menembus badan Sarada, menerbangkan rambut raven cantik miliknya, tak luput desiran ombak serta sejuknya udara di pantai, membuat Sarada tersihir akan keindahannya.

Akhirnya setelah sekian lama, ia bisa mengunjungi pantai kembali.

"Kau hanya sekali pergi ke pantai 'kan? mangkanya aku mengajakmu kemari," ucap Boruto sambil ikut duduk di sebelah gadis tersebut.

"H-hah? bagaimana kau bisa tahu?"

Boruto tersenyum, senyumnya kali ini bukan senyum menakutkan atau senyum-senyum berbahaya lainnya, namun senyum Boruto kali ini terlihat tulus, seperti menampakkan suatu kebahagiaan.

Note For My Senpai  (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang