DuaPuluhSembilan

896 181 93
                                    

🍁🍁

Setelah putra semata wayangnya telah terbuai dalam mimpi, Sasuke mengajak Hinata berbicara. Sasuke berniat mengkonfirmasi perkataan Hatake Kakashi tentang kejadian di pusat perbelanjaan.

Hinata dengan mudahnya mengiyakan sekaligus menceritakan semua yang terjadi. Hinata tidak ragu mengungkapkan perasaannya ketika bertatap muka dengan lakon dari hancurnya hati Hinata dulu.

Sebelum mengetahui fakta Shion memiliki darah yang sama dengannya, Hinata pernah mendapati Hiashi bertemu dengan Mei menyerahkan sesuatu. Ah, bahkan Hinata baru sadar di setiap tanggal yang sama Hiashi membeli barang kesukaan para gadis tapi tidak sampai padanya atau Hanabi. Hah ! Ya, sejak dulu Hiashi tidak bisa mengabaikan anak itu.

"Berdamai dengan sang pengkhianat tidak mudah, Sasu. Setiap kali melihat anak itu, memori itu muncul kembali. Dalam perpisahan aku dengan Hatake Kakashi kian menyakitkan karena anak itulah yang menjadi orang ketiga. Ibu dan anak itu berhasil mengambil milikku."

Sasuke mendengarkan dengan baik. Sorot matanya begitu lembut menatap wanitanya.

"Aku tidak bisa memaafkan Terumi Mei. Aku tidak bisa menerima Shion. Aku tidak bisa melupakan pengkhianatan Papa dan Kakashi. Aku tidak bisa memadamkan kemarahan dan kebencian ini, Sasuke. Aku bukan malaikat yang memiliki ke lapangan hati luas. Aku hanya manusia yang memiliki batasan dalam menoleransi kesalahan. Aku.... Aku harus bagaimana, Sasuke."

"Sayangku." Sasuke memberi kode untuk Hinata pindah duduk ke pangkuannya. Hinata menurutinya. "Ayo, pelan - pelan lepaskan amarahmu. Pelan - pelan obati kecewamu pada Papa dan mereka." Ujar Sasuke lembut.

"Aku tahu kok kamu bukannya tidak bisa memaafkan atau melupakan. Kamu hanya belum bisa, sayang. Untuk itu, ambil satu langkah untuk berdamai dengan masalalu tersebut." Dibelainya rambut istrinya dengan lembut. "Dulu kamu bertahan dalam sakit sendirian, tidak dengan sekarang. Kamu punya aku, Hinataku. Kamu tidak sendirian lagi. Aku akan menopangmu."

"Rasanya berat sekali melakukannya, Sasuke." Hinata menyembunyikan wajah di ceruk leher Sasuke.

"Kekecewaan, kemarahan yang kamu rasakan bisa sedalam ini karena kamu sangat menyayangi Papa, sayangku. Kamu mencintai, menyayangi, dan mengagumi sosok beliau yang sempurna di matamu. Hingga, kesalahan beliau kamu ketahui membuatmu kehilangan sosok yang kamu anggap sempurna." Sasuke teringat perjuangannya menaklukkan Hinata dulu. Wanitanya ini dulu mengizinkannya masuk tapi menarik batasan. Sasuke harus mendobrak paksa benteng pertahanan Hinata.

"Papa semakin bertambah tua, Hinata. Tidakkah kamu merasa kasihan pada beliau. Di usia senja beliau justru menerima kebencian dari putri kesayangan beliau. Untuk dirimu dan beliau, ambillah langkah itu, sayang. Aku tidak ingin kelak kamu menyesal karena di akhir hayat beliau kamu tidak merawatnya."

"Sedang untuk Terumi Mei dan Shion cukup kamu berdamai dengan masalalu. Abaikan keberadaan mereka saja, tidak apa." "Bebaskan dirimu dari belenggu tersebut, Hinata."

Kali ini sedikit untaian kalimat Sasuke masuk ke dalam diri Hinata.

🍁🍁

Selang beberapa hari

Kediaman Sasuke dan Hinata telah kedatangan tamu tak terduga. Terumi Mei merusak ketenangan Hinata. Ibu dari Shion tersebut berkoar menyalahkan Hinata atas apa yang terjadi pada putrinya. Terumi Mei menyalahkan Hinata atas menurunnya kesehatan Shion. Menurutnya, tiga hari lalu bertemu dengan Hinata yang membuat putrinya terbebani.

"Bibi tolong bawa Kei naik ke lantai atas. Aku tidak mau Kei mendengar kalimat tidak bermutu dari dia." Pinta Hinata pada wanita paruh baya yang membantunya mengasuh Kei.

Only U  ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang