5

521 189 45
                                    

Ting! Satu pesan masuk berdenting.

[Hujan salju belum turun di Distrik Uinate, Watson. Ada sedikit perbedaan garis waktu. Mungkin sekitar satu dua hari.] Begitu isi pesan dari Celeste Candy.

Watson menghela napas pelan usai membacanya, keluar dari kafe. Gemerincing bel di pintu menimbulkan suara. Dia membiarkan Deon berdebat dengan konstabel yang tidak tahu siapa dirinya. Salah Deon sendiri melakukan pendekatan yang mencurigakan. Pengunjung jadi salah paham.

Watson merinding atas perbuatan Deon tadi. Apa yang dia pikirkan mendekati Watson seperti itu? Dasar polisi mesum. Nanti cerita ini bisa pindah genre.

Menggelengkan kepala geli, Watson beralih mengeluarkan kamera yang diganti Fate. Dia sengaja membawa pulang untuk memeriksa isinya di rumah. Tidak mungkin Watson meninggalkan barang bukti selagi Fate tercatat tersangka.

Alibi Fate memang kuat, namun ada beberapa kekurangan. Dia bilang dia mengendalikan drone di Uinate, lantas kenapa drone itu bisa terbang sampai ke kota tetangga? Apa benda itu tak kehabisan baterai? Tidak masuk akal. Gadis itu jelas merahasiakan sesuatu.

Tetapi untuk sekarang percaya saja padanya. Sampai Watson tahu apa yang direkam oleh kamera. Gerimis salju dan udara dingin membuat sel-sel di tubuh Watson jadi malas.

Sebelum beranjak dari tangga kafe, insting Watson merasakan bahaya.

Dan benar saja. Dari kejauhan, seseorang berlari kencang hendak menyambar benda di tangannya. Untunglah Watson sigap menghindari, terjerembab oleh anak tangga. Sosok itu memaksa mengambil Kotak Hitam. Dia tak segan-segan menodongkan pisau ke wajah Watson.

Watson membuka mulut ingin minta tolong pada Deon yang masih berceloteh di dalam kafe, mengumpat dalam hati. Dia lagi-lagi lupa suaranya hilang! Fakta yang menyebalkan.

"BERIKAN REKAMANNYA!" bentak sosok itu.

Orang ini pastilah kaki tangan pelaku. Watson takkan menyerahkannya, tak peduli sosok di depannya mengacukan pisau. Bodo amat! Toh, Watson seringkali ditodong berbagai macam senjata. Itu sepotong kue dari pengalamannya.

"Hahaha, benarkah? Kamu pasti senang dong punya teman sepintar dia."

"Ya iyalah. Pekerjaan klub detektif jadi enteng berkat kedatangan Watson."

Sayup-sayup terdengar suara percakapan. Kebetulan sekali! Itu Jeremy dan Dinda. Watson melakukan segala cara untuk meraih perhatian mereka.

"Bukankah itu Watson?" Dinda pertama yang menyadari sinyal Watson.

Sosok itu menggunakan tenaganya untuk mendorong Watson, berhasil merebut Kotak Hitam kemudian lari ke tempat Jeremy. Watson bangkit, menunjuk-nunjuk sosok tersebut. Semoga Jeremy paham Watson ingin dia menangkapnya.

"Apa kata Watson, Din?"

"Tangkap dia, Jeri! Dia mencuri sesuatu!"

Begitu sosok itu sampai, Jeremy merunduk mengincar kaki, mengangkat dan membantingnya ke belakang dengan mudah. Sialnya sosok itu sukses menggores lengan Jeremy ketika Jeremy mengambil kembali Kotak Hitam-nya.

"Makan nih!" Dinda tak tinggal diam. Memukul-mukul kepalanya memakai tas memberi perlawanan yang lemah.

Deon akhirnya keluar dari kafe. "Watson? Apa yang terjadi—" kalimatnya menghilang karena Watson mendadak melucuti pistolnya.

Dijetreknya pelatuk pistol, namun tidak ada tembakan yang keluar. Apa ini? Bisa-bisanya Deon tidak mengisi pelurunya. Tak berguna!

Watson menunjuk ke depan. Jeremy masih bergelut dengan sosok itu mempertahankan Kotak Hitam. Susah payah menyampaikan 'permintaan tolong' pada Deon.

[END] Jeremy Bari - Fail SnowdownTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang