Ayo berpikirlah, Watson.
Apa yang diinginkan organisasi sialan itu terhadap wanita-wanita tak bersalah? Ke mana mereka membawa Jerena? Kenapa mereka harus berpindah-pindah ke satu negara? Pasti ada yang tertinggal oleh Watson. Sebuah poin kecil bermakna besar. Ingat-ingat lah.
"Setelah kupikir-pikir, rasanya tidak ada gunanya kita ke Korea. Maksudku organisasi penculik wanita sudah bergerak membawa Kak Jerena. Mana pelacaknya dimatikan lagi. Untuk apa kita tertahan di sini?"
Watson berdecak mendengar gerutuan Violet. Halah, bilang saja Seoul tidak menarik lagi semenjak ritme perjalanan ini berubah serius. Tapi kalimatnya juga tidak salah. Untuk apa lagi mereka di sana ketika musuh sudah berpindah?
"Aku rasa tidak juga." King menyanggah, satu pikiran dengan Watson. "Mereka pasti meninggalkan jejak sebelum pergi. Kita harus mencari jejak itu. Mana tahu kita mendapat petunjuk." Bagus King! Itu membantu kebuntuan Watson. Anak itu tampak setengah sadar. Kurang tidur semalam, dan itu karena otak sialannya.
Violet merasa ada yang berbeda. Hal itu disadari oleh dua cecunguk di belakang.
"Hohoho." Aiden dan Jeremy meleleh jadi cairan, merayap, lalu kembali hidup di samping King. Tatapan setan menggoda manusia. "Tumben tidak gagap lagi di depan doi. Menyerah sebelum mulai kah?~"
King mengangkat bahu. "Violet sepertinya menyukai Watson. Aku hanya bersikap biasa."
"Kurasa tidak deh." Jeremy mengelus dagu, memperhatikan para terdakwa yang berbicara serius. "Lihat mereka, King. Tatap baik-baik interaksi keduanya. Terlihat sangat dalam namun dari segi keluarga. Itu tatapan adik ke kakak. Kurasa Violet menganggap Watson sebagai abangnya. Mereka kelihatan pure berteman. Jangan patah semangat dong."
"Jika iya Violet menyukai Dan, tak mungkin dia mengizinkanku memeluk Dan." Aiden menambahi. Ini mah bukan detektif kriminal lagi melainkan detektif cinta. Mereka keluar dari peran.
"Kalian tidak ada kerjaan membicarakan hal segabut itu?!" Dinda melotot.
"Kalau begitu," Jeremy kurang ajar malah mendorong Dinda ke depan King. Wajah Dinda seketika memerah. "Dia saja bagaimana?"
King manyun. "Teganya kamu Jer..."
"Ayolah, King, kamu seperti anak ayam letoy tak ada semangat. Padahal pertama-tama kamu bergabung, kamu tak bisa berhenti tersenyum. Kenapa sekarang tidak sih? Senyummu lucu lho." Aiden bersedekap, segera meralat dialognya. "Yah, meski begitu Dan paling manis sedunia."
"Bucin sadar tempat dong."
King mengembuskan napas, perlahan melengkungkan bibirnya. "Baiklah. Kalian berhasil menggodaku."
Aiden dan Jeremy tertawa. "Nah, 'gitu dong! Kan manis nih raja kita. Hahaha!"
Tapi mereka tak tahu-menahu, senyuman tersebut mengakibatkan kerusakan besar pada dua orang sekaligus. Yaitu Violet dan Dinda. Gadis-gadis itu tengah blushing.
"WOI, SERIUSLAH SEDIKIT!"
Suara bentakan tersebut berhasil menyentakkan mereka berlima, menoleh serempak. Itu suara Deon mewakili Watson yang setengah jengkel melihat teman-temannya asyik main goda-godaan.
Mereka tidak berguna! Padahal kasus ini berawal dari mayat wanita yang hilang, kenapa sekarang penuh pelataran romantis?! Watson menggosok-gosok wajah. Terasa gatal oleh amarah.
Terlebih, kenapa firasatnya makin jelek? Sebenarnya apa yang akan terjadi...
Netra Watson tertumbuk ke sebuah objek menarik. Dia melihat sosok ibu-ibu memberikan selembar kertas orang hilang pada warga sekitar yang tak peduli, membuang lembaran tersebut sembari sibuk melakukan kegiatan masing-masing. Tidak menyerah, ibu-ibu itu kembali memungut lembaran yang dibuang, menyodorkannya ke orang lain. Rambutnya tak tercepol dengan benar. Bahkan syalnya tersampir di bahu. Air mukanya khawatir.
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] Jeremy Bari - Fail Snowdown
Mystery / ThrillerJerena Bari, itulah nama kakak Jeremy. Seorang wanita tunagrahita yang menghilang selama setahun. Walau sudah meminta bantuan polisi dan divisi pencari orang hilang, Jerena tak kunjung ditemukan. Tampaknya dia tersesat jauh. Di balik keceriaannya...