Ayolah. Kalian tak mengira King tertembak tanpa sebab, kan? Setiap terjadinya suatu insiden, selalu ada pemicunya.
Apa yang terjadi beberapa jam lalu? Mari kita putar sedikit waktunya. Ketika lampu padam di tengah-tengah diskusi.
Dengan semua penjelasan Watson dan pengamatannya, Naluri King bekerja sesaat kemudian. Dia langsung mengendap bersembunyi bahkan sebelum para anak buah Organisasi menyergap klub detektif Madoka. King hafal rute hotel, jadi dia percaya diri bisa keluar tanpa pencahayaan sedikit pun.
King rela menyuruk di dalam bak sampah agar tidak tertangkap. King pun sempat melihat antek-antek Organisasi menyeret Jeremy. Dia tahu Organisasi itu menginginkan mereka berdua, tapi entah kenapa mereka terlihat mendahulukan penangkapan Jeremy.
Apa ada hubungannya dengan kakaknya, Jerena? Organisasi tahu mereka bersaudara maka dari itu mereka menculik Jeremy terlebih dahulu? King memang bisa berkelahi, namun perbedaan jumlah serta postur tubuh, jelas dia takkan menang.
Maafkan aku, Pak Jer, aku belum bisa menolongmu! batin King kembali bersembunyi.
Tapi bukan berarti King membiarkan Jeremy diculik begitu saja. Dinilai dari kalimatnya, dia hanya bilang 'belum bisa' bukan 'tidak bisa'. King diam-diam mengirim pelacak yang merayap sendiri ke kaki kala orang-orang Organisasi melewati bak sampah tempat persembunyiannya. Tampaknya cowok itu pintar dalam membuat benda elektronik.
Lalu berikutnya, suara teriakan Violet.
King nyaris melompat keluar untuk menolong, namun dia berhasil menahan hasrat tersebut, bergeming di bak sampah yang kebetulan kosong—mungkin petugas kebersihan sudah membuang isinya. King beruntung.
Anehnya, King lagi-lagi mendengar suara seretan. Sedikit mengintip, dia termangu. Kelompok Organisasi menangkap Dinda, yang lainnya menggiring kasar Violet. Aduh, masalah ini semakin kapiran.
"Berhenti!" Ternyata Deon mengejar, menodongkan pistol. Dia tak ragu menembak.
Mereka menoleh. Seketika panik. "Sialan! Jadi dia seorang polisi?! Kabur! Jangan sampai tertangkap! Bos Besar melarang kita terlibat dengan polisi!"
Dor! Dor! Tembakan Deon mengenai kaki salah satu rekan mereka, memperlambat mobilitas, namun mereka memaksa terus melarikan diri sembari membawa Violet dan Dinda. Juga Jeremy, beda lima belas menit.
Baiklah. King berhitung cepat dalam hati. Tidak ada Watson dan Aiden, itu berarti mereka berhasil bersembunyi. Jeremy pun telah dia beri pelacak, bisa disusul nanti-nanti. Yang mendesak sekarang adalah Violet dan Dinda. King tidak punya waktu mencari Watson guna menanyakan pendapatnya. Dia harus menyimpulkan secara mandiri. Jelas mereka berdua tidak ada hubungannya dengan Jeremy. Mereka pasti menculik gadis-gadis itu sebagai jaminan supaya Jeremy menurut.
Tak ada pilihan selain menyelamatkan Violet dan Dinda. King memutuskan ikut bersama Deon. Mereka membuntuti dari belakang.
Maka di sinilah mereka sekarang. Distrik Snowdrop. Nyaris dekat dengan gedung pelelangan. Salju turun, membuat beberapa bagian bumi dipenuhi butir putih halus, basah, dan dingin. Kabar baiknya ramalan cuaca mengatakan malam ini takkan terjadi badai salju. Setidaknya mereka tidak bertarung menyedihkan di bawah rintik salju dan angin.
Apa yang mereka lakukan di sini? Di mana auditorium pelelangannya? Apa mereka tahu mereka diikuti? Atau memang di sana lah pemberhentian mereka? Banyak pertanyaan di kepala, King lagi-lagi hanya bisa diam. Dia bukan Watson yang bisa menjawab segalanya. King hanya bisa menilai hal-hal logis, memilih opsi mana untuk langkah selanjutnya.
Satu sosok berpostur tubuh beruang turun dari mobil yang baru datang. Hawanya mengatakan bahwa dia memiliki mandat tinggi. Dia menatap dingin ke arah Violet. Tanpa basa-basi. "Aku dengar kamu seorang informan di New York. Bisakah kamu mencarikan seseorang untukku? Namanya Paul Procyon. Remaja, 18 tahun."
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] Jeremy Bari - Fail Snowdown
Mystery / ThrillerJerena Bari, itulah nama kakak Jeremy. Seorang wanita tunagrahita yang menghilang selama setahun. Walau sudah meminta bantuan polisi dan divisi pencari orang hilang, Jerena tak kunjung ditemukan. Tampaknya dia tersesat jauh. Di balik keceriaannya...